1

5 0 0
                                    

Kala itu hujan, dan seperti biasanya kedua partner ini tengah menunggu di dalam kelas yang sudah lama kosong sembari mengebulkan asap dari mulut masing-masing. Noela terbatuk sedikit begitu asap yang dihembusnya masuk kembali melalui lubang hidung, ia mengusap matanya yang sedikit berair.

"Cupu banget sih, No," canda Arya yang kini tengah menunjukan sumringah puasnya.

Noela menoleh ke arahnya dingin. Berusaha mengabaikan ejekan dari sahabatnya sejak kecil itu Noela kembali menghirup dalam-dalam puntung rokok yang sudah setengah habis itu.

Sudah menjadi kebiasaan keduanya bila hujan tiba. Keduanya yang membawa motor tidak berani untuk menembus hujan demi pulang ke rumah. Mereka lebih memilih untuk tetap menunggu hingga hujan sedikit reda.

Noela membuang puntung rokoknya yang sudah habis ke bungkus bekas siomay yang kini menjadi asbak mereka. Ia meraih bungkus rokok dan kembali mengeluarkan sebatang rokok lalu mengapitnya di antara kedua mulut.

"Uy, korek," ujarnya memberi isyarat pada Arya untuk melemparkan koreknya.

"Balikin," sahutnya dan memberikan korek berharganya itu.

"Bawel korek 4 ribuan juga."

"Dih, mending daripada modal rokok doang tapi koreknya gaada."

"Bacot lu boti."

Hening kembali terjalin di antara keduanya begitu perdebatan kecil mereka selesai. Noela terus menghisap batang rokoknya sambil menonton kelanjutan season anime yang sudah ia tunggu-tunggu sejak lama. Arya tidak jauh berbeda dengan Noela, ia kini tengah membaca komik dari anime yang baru saja ia tonton. Ia tidak sabar menunggu season berikutnya sampai memutuskan untuk membaca lanjutannya dari manga aslinya.

Iya, ada sebuah alasan kuat mengapa mereka berdua bisa mempertahankan pertemanan selama itu. karena keduanya sama-sama wibu akut.

"Ih Ya baru inget, mingdep jadi kan nge-cosplay?" tanya Noela tiba-tiba.

"Jadi, gue jadi Luffy kan?" jawab Arya masih fokus dengan handphone-nya.

"Dih yakali Luffy bencong kayak lu."

"Heh, daripada lo maunya jadi robin, kayak tete lu gede aja."

"Bacot boti."

"Diem lakik."

"Cowo kok bwa parfume?"

"Cewe kok ditembak cewe?"

Yah...walau bisa dibilang akrab, tiada hari tanpa berdebat bagi keduanya.

BRAK!

"Ya Allah gustiii! Noela, Arya! Berani-beraninya ngerokok di ruang kelas lagi?! Ini udah yang ke berapa kalinya coba?"

Kedua sontak terkejut begitu pintu kelas yang sudah mereka ganjal dengan sapu didobrak oleh Bu Indah—Kepala Kesiswaan di sekolah ini. Noela hanya menatap Bu Indah datar lalu tersenyum kecil.

"Ibu mau join juga?" tanya nya sembari menyodorkan bungkus rokoknya. "Tinggal satu loh Bu, nanggung."

"NOELA TRELITA! Beraninya ngomong sama guru kayak gitu. Sini kalian, buang rokoknya! Jadi bau gini kelasnya," seru Bu Indah marah dan menyerbu masuk ke dalam kelas dengan kesal.

Ia merampas rokok yang ada di tangan Noela dan Arya lalu menginjaknya ke lantai. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan—berusaha menenangkan diri menghadapi dua murid "favoritnya" ini.

"Arya, keluarin semuanya," perintah Bu Indah yang kini menatap mata Arya tajam.

Arya tersenyum kikuk. "Kan udah diinjek tadi sama Ibu, sisanya udah diambil sama Noe tadi..." ujarnya malu-malu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Angelic DemonWhere stories live. Discover now