Alasan Aurin

12 11 3
                                    

Haii guys, ini cerita pertama yang aku buat. Dan aku minta tolong banget sama kalian semua buat support aku ya, bantu aku untuk merintis karir ku sebagai author dari nol.

Terima kasih, jangan lupa vote!
Follow: Ig:amelia_rmdhni

Happy reading guys!

------
Promosikan cerita ini ke akun media sosial
Kalian yaaaa...
------

Aurin kembali ke kelas dengan kekesalan yang tak kunjung reda. Ia memejamkan matanya sejenak berusaha untuk merendam rasa kesalnya.

Dirasa sudah cukup tenang, ia membuka matanya bertepatan dengan ketiga temannya yang muncul dari arah pintu. Mereka melangkahkan kaki nya ke arah ia duduk.

"Au, gue minta maaf. Gue nggak bermaksud bocorin rahasia lo, gue lupa kalo ada Karin tadi" pinta Aurora dengan rasa bersalah.

"Tapi nggak seharusnya lo ngomongin gue sama Rayan di keramaian Ra." balas Aurin tenang.

"Gue minta maaf, Au. Gue bener bener minta maaf." Mohon Aurora mengatupkan kedua tangannya.

"Iya Au, maafin kita. Kita janji nggak bakal ngomongin tentang lo sama Rayan di depan umum, yakan Ra, Di?." Ujar Keysa berjanji diangguki Diandra dan Aurora.

"Kalian nggak perlu sampe segitunya minta maaf ke gue" ucap Aurin menepuk pelan kedua tangan Aurora yang di katup kan nya tadi, pertanda bahwa Aurora tidak perlu melakukan itu.

"Gue nggak marah, gue cuma kesel." Lanjut Aurin.

"Lo serius Au?" Tanya Diandra antusias dan Aurin mengangguk membenarkan.

"Makasih Au!!" Seru bertiga.

"Sejak kapan lo bertiga jadi almet?" Ejek Aurin

(Almet: alay jamet.)

Mereka hanya terkekeh menanggapi ejekan dari Aurin.

"Eh Au, kenapa lo nggak mau kalo Rayan tau tentang lo yang suka sama dia?" Tanya Diandra penasaran.

Aurora dan Keysa mengangguk pertanda bahwa mereka juga ingin tau alasan Aurin.

Aurin terdiam sejenak.

"Jarak aman mengagumi adalah mengagumi secara diam diam. Jadi, biarin gue berada di sisi yang gelap ini hanya untuk melihat sisi terang darinya." ungkap Aurin.

"Kenapa nggak lo coba ungkapin aja? Siapa tau Rayan juga suka sama lo" ujar Aurora.

"Itu cuma Asumsi lo doang" kekeh Aurin.

"Diam adalah pilihan terbaik untuk mengagumi. Memilih untuk diam, memperhatikan dari kejauhan, atau mendoakan dalam diam. Setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk jatuh cinta tanpa membagikan nya dengan orang yang dia cinta." Lanjut Aurin menatap lurus kedepan.

"Apa lo nggak punya keinginan buat memiliki dia?" Tanya Keysa masih ingin mendengar alasan Aurin.

Aurin kembali terkekeh. "Mengagumi belum tentu mencintai. Begitupun perihal mencintai belum tentu bisa memiliki. Gue nggak berharap buat memiliki dia, cukup menjadi pengagum rahasianya, mencintainya dalam diam dan merindukannya dalam doa" balas Aurin.

"Jadi itu alasan lo nggak mau berita itu tersebar. Bahkan kita bertiga aja nggak lo kasih tau! Seandainya gue nggak sengaja baca buku diary lo waktu itu, mungkin kita bertiga nggak bakal tau sampai kapanpun" Ungkap Diandra.

"Itu namanya lo kurang ajar! Main baca baca buku diary orang, bintitan kan lo kemaren" balas Aurin mengejek.

Ya, ketiga teman Aurin baru mengetahui perasaan Aurin seminggu yang lalu dikarenakan Diandra yang tak sengaja membaca buku diary Aulia yang berisi tentang ungkapan hatinya. Namun, setelah Aurin mengetahui bahwa Diandra telah membaca bukunya, ia mendoakan agar mata yang di miliki Diandra bintitan. Ternyata doa dari Aurin mustajab, benar benar terjadi.

Diandra mencebikkan bibirnya kesal, tak terima Aurin mengejek mata nya yang bintitan kemarin.

"Udah nggak bintitan lagi, juga!. Liat noh udah normal" kesal Diandra menunjukkan matanya di depan wajah Aurin.

Aurin, Keysa, dan Aurora tertawa menertawakan Diandra yang sedang kesal.

Hening sesaat.

Aurin mengarahkan pandangannya keluar. ia tersenyum kecut ketika manik matanya tak sengaja melihat seorang gadis yang ia ketahui adalah kakak kelasnya yang juga menyukai Rayan. Terlihat gadis tersebut menghampiri Rayan serta teman temannya yang tengah duduk di pendopo, mencoba untuk mendekatkan diri dengan Rayan, Meskipun tidak di tanggapi.

"Diam diam mencintai, diam diam sakit sendiri" celetuk Aurora yang sedari tadi memperhatikan arah pandang Aurin.

"Sakit memang. tapi gue sadar, Gue bukan siapa siapa. Gue nggak berhak marah ataupun melarang." balas Aurin tersenyum.

"BAGI KELAS YANG BELUM MENGANTARKAN ABSENSI KEHADIRAN KE MEJA PIKET, SEGERA DI ANTARKAN. KELAS X MIPA 1, X MIPA 2, XI IPS 4, XII MIPA 4" suara Bu Gia menggema seantero Saturnus.

"Woi absen, absen!" Pekik Ryan.

"Hish! Lo kira kita budeg apa, udah denger kali" gerutu Keysa.

"Maya mana dah?" Tanya Aurin.

"Tau tuh, tugas dia juga" balas Aurora.

"Yaudah lah, Rara mana Rara? Biasanya kalo nggak Maya ya Rara yang ngelapor" ujar Diandra.

"rapat OSIS" balas Huza singkat.

"Mampus! Feeling gue bakal ada acara yang ngelibatin perwakilan kelas. Mana tiga hari lagi peringatan ulang tahun SMANSA SATURNUS." panik Aurin.

"Sok tau lo!" Ketus Ryan.

Aurin menatap Ryan tak suka."lo punya masalah apa sih bangke? Ngajak berantem mulu lo sama gue" kesal Aurin.

Aurin dan juga Ryan memang sahabat dekat. Namun, tak dapat di pungkiri jika mereka telah di satukan akan seperti kucing dan anjing.

"Udah udah! Ribut mulu perasaan, heran gue" Heran Diandra.

Aurin memutar bola matanya malas.

"Jadi siapa yang ngelaporin absensi?" Tanya Aurora.

"Aska lah, jadi ketua kelas berguna dikit. Jangan bikin pulau aja kerjanya" balas Keysa.

"Anjir woi bu Gia keliling" heboh Aurora menunjuk nunjuk ke arah Bu Gia.

"Ngapain lo tunjuk bego!" Desis Diandra memukul pelan tangan Aurora.

Aurora menatap Diandra sinis sambil mengelus tangannya yang dipukul Diandra tadi.

"Ya biasa aja dong, Jangan main tabok aje. Lo kira nggak sakit" sinis Aurora Sok merajuk dan tak di tanggapi oleh Diandra.

"WOI ASKA! MOLOR MULU LO, LAPORIN ABSENSI SONO. BU GIA UDAH KELILING NOH BAWA ROTAN" Teriak Aurin membangunkan Aska yang tengah membangun pulau.

Aska yang mendengar suara keras nan nyaring Aulia lantas bangun terkejut.

"HAH? MANA MANA, SINI BIAR GUE ANTER" Panik Aska yang masih setengah sadar.

Karena belum sepenuhnya sadar, Aska tersandung kaki meja. "Anjing!" Umpat Aska.

"HAHAHAH" Tawa penghuni MIPA 1 pecah ketika melihat ketua mereka yang belum sepenuhnya sadar tersandung kaki meja.

"Bantuin kek, malah ketawa!" Desis Aska. Mungkin kesadarannya sudah sedikit kembali, haha.

★★★
Bersambung...

Di part ini banyak banget quotes nya ya, wkwk.
Maaf ya kalo nggak nyambung.
Tapi makasih kalian udah mau mampir.

See you next part.
Bye bye..

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Secret Admirer(On Going)Where stories live. Discover now