OS 14 : "Segila-gilanya saya gak akan jual diri Madam."

Start from the beginning
                                    

"Ene, mekenen!" gumamnya lalu pergi.

"Oh cemilan?"

Sudah satu minggu lebih tiga hari ia menjadi nyonya rumah ini, tapi baru kali ini ia sempat berjalan-jalan, melihat-lihat. Karena rumah ini luasnya gak ngotak. Butuh berhari-hari sampai berminggu-minggu mungkin pikir Rina untuk menjelajahi seluruh ruangan dan lantai rumah ini.

Tibalah ia di ruangan yang sepertinya ruang olahraga itu, yang ternyata ada Ryan yang sedang push up tanpa memakai baju.

Tanpa sadar Rina meneguk ludahnya sendiri, wajahnya merah padam. Memikirkan kala Ryan yang sedang push up di atasnya dan aarrghh- hentikan. Hentikan pemikiran kotormu itu Rinrina!!

Ryan menyadari kehadiran Rina sendikit dibuat terkejut dengan masker yang Rina pakai.

"Sedang apa disana? Ngintip, iya?" tanya Ryan berdiri lalu meraih handuk kecil, mengusap keringat yang megucut dari pelipisnya dan juga tak lupa ia mengelap badan bagian depannya yang terdapat roti bakar sedikit gosong itu di perut Ryan yang memang memiliki kulit berwarna sawo matang.

"Ng-ngak.. Ngapain ngintip." bukannya pergi Rina masuk keruangan itu sambil membuka maskernya dan duduk di sebuah sofa sambil memakan snacknya.

"Apa yang di wajah kamu itu?" tanya Ryan.

"Masker." jawab Rina. "Ee, Om. Mau tanya boleh?"

"Padahal udah nanya."

"Semalem mau apa Papih dateng?" tak niat menjawab Ryan membawa dua buah barbel yang berat satunya sepuluh kilo itu. "Om, jawab ih. Papih ada urusan apa semalem?"

"Gak perlu tau. Itu urusan lelaki." jawab Ryan masih dengan menaik turunkan kedua barbel yang menjadi dua puluh kilo itu di tangannya.

"Ish, dasar om tuir." cicit Rina lalu ia pergi. Ryan melihat pantulan Rina yang pergi dari kaca.

Sebenarnya semalam Raja datang untuk meminta uang lagi kepada Ryan. Ada saja alasan yang pria tua itu berikan kepada Ryan untuk memberinya uang.

Ia tak ingin memberitahu Rina karena ia tahu kalau semalaman Rina menangis di kamarnya. Ia tak mau Rina tahu juga kalau secara tak langsung memang Raja menjual putrinya itu padanya. Entah apa yang dipikirkan Raja sampai nekat seperti itu.

****

Rina memberikan lembaran tissue pada asisten rumah tangganya ini yang bernama Tyas. Hari ini Rina mengadakan konseling lagi setelah beberapa hari. Karena ia terlalu sibuk kemarin, tidak sempat.

Nama : Tyas misarih. Umur : 35thn. Tugas : cuci piring.

Tyas menceritakan tentang kegelisahan hidupnya yang memang agak terpaksa untuk bekerja disini karena suaminya seorang penjudi dan memiliki begitu banyak utang kepada Ryan. Suami Tyas ini awalnya adalah seorang satpam yang bertugas di depan gerbang rumah Ryan juga.

"Mbak Tyas gak jual diri ke Om Ryan kan??" tanya Rina langsung dibalas dengan gelengan kepala Tyas dengan keras.

"Segila-gilanya saya, saya gak akan jual diri madam." Rina menghela nafas lega.

"Untuk masalah itu yang harus dilakukan adalah. Ikhlas, itu kuncinya Mbak. Mbak harus ikhlas kerja demi membayar semua utang piutang yang bagaimana pun, sebrengsek apapun pria itu adalah suami Mbak. Separuh dari Mbak." Tyas mengangguk. Ia menyeka air matanya dengan tisu.

"Makasih atas nasihatnya Madam. Hati saya sedikit lega karena sudah menangis dan menceritakan semua ini sama Madam. Selama ini saya pendam cerita ini dari siapapun." Rina tersenyum. Ia mengangguk sambil mengelus pundak Tyas dengan halus.

"Iya. Terima kasih juga karena udah mau cerita sama saya ya Mbak Tyas." Tyas mengangguk. Ia pamit keluar.

Setelah Tyas keluar. Rina pun menyentang nama Tyas yang sudah ia konseling tadi.

Sebelumnya beberapa hari lalu ia juga sudah menanyai beberapa art dirumah ini. Dan Tyas adalah yang ke sembilan, satu orang lagi untuk hari ini.

Orang terakhir untuk hari ini pun ia panggil.

Belum apa-apa ibu paruh baya yang bernama Euis itu sudah menangis sesegukan karena kesusahan hidupnya.

Dengan mengkonseling art-art nya, Rina jadi tahu. Jika masalahnya dan keluarganya belum apa-apa, dibandingan dengan masalah para art-artnya ini.

Dengan begitu juga Rina menjadi kuat. Ternyata masih ada masalah yang masih berat dari masalah keluarganya dan mereka kuat menerima semua cobaan itu.

Mereka saja bisa, masa Rina tidak?

Mulai sekarang ia harus kuat.

•••

Keep fighthing untuk Rinrina!

25/nov/2023

Om, Eh SuamiWhere stories live. Discover now