5. Sumber Masalah

Comincia dall'inizio
                                    

"Adek, sayang." Pedih hati Nayya saat uluran tangannya ditolak oleh Xabina yang memundurkan diri. Kontak batin yang ia miliki dengan si anak bungsu sangatlah kuat hingga rasanya ia dapat berdiri diatas kedua sepatu Xabina saat ini. "Ayah dan bunda bukan bermaksud untuk tidak menghargai keputusan adek. Ayah, bunda, Om Michael dan Tante Diana mengatur pertemuan antara adek dan Nak Barat hari ini supaya kita bisa berunding bersama. Pendapat adek dan Nak Barat akan menjadi pertimbangan paling utama yang kami dengar sebagai orangtua. Adek jangan berasumsi yang macam-macam, itu tidak baik, sayang." Meski lembut dari tutur kata miliknya diperdengarkan, tatap penuh kekecewaan yang bersarang pada kedua netra Xabina belum juga sudi untuk beranjak.

Melihat bagaimana kacau keadaan Xabina saat ini, Barat yang sedari tadi memilih diam pun akhirnya memberanikan diri untuk melangkah maju. Jujur saja, sejak ia bertemu dengan Xabina yang beradu kalimat sarkas dengan dirinya di toilet, Barat sudah dapat menyimpulkan bahwa calon istrinya itu benar-benar buta terhadap kondisi. Padahal, sempat Barat berasumsi bahwa sikap penuh keberanian Xabina saat melawan dirinya di kelas merupakan hasil dari keangkuhan si pria manis yang sudah mengetahui seberapa intim keterikatan status diantara mereka.

"Xabina, saya minta maaf atas kejadian pagi tadi, saya juga tidak bermaksud untuk menjahati kamu melalui hukuman itu."

Terlalu sibuk dalam merangkai kata, Barat tak sadar bahwa salah satu gelas yang tersaji di atas meja sudah berada dalam genggaman tangan Xabina. Bahkan, pewaris tunggal Keluarga Arupalaka itu hanya dapat termenung saat wajah tampan miliknya terasa beku akibat sensasi dingin yang berasal dari champagne hasil siraman Xabina. Tak ada penyerangan secara verbal maupun fisik, Xabina hanya menatap dirinya dengan penuh kebencian sebelum berlari keluar meninggalkan restoran yang malam itu sudah dipesan khusus oleh Michael.

"Adek! mau kem-"

"Om, maaf sebelumnya." Barat menahan satu tangan Jonathan untuk menghentikan niat hati calon mertuanya itu dalam menyusul Xabina "Secara kebetulan, entah takdir atau bagaimana, tapi Xabina merupakan salah satu mahasiswa yang saya ajar di Universitas Pandji Mukti dan ada sedikit kesalahpahaman yang terjadi diantara kami. Kalau Om Jonathan dan Tante Nayya berkenan, saya ingin meminta izin untuk bicara berdua dengan Xabina." Begitu tulus senyum yang Barat berikan saat berujar.

"Tapi-"

"Ayah." Nayya bangkit dan mengusap bahu lebar milik Jonathan. Wajah cantik yang mirip seperti milik Xabina itu membalas senyuman Barat dengan tak kalah tulusnya. "Nak Barat, titip adek, ya. Mungkin adek akan sedikit marah dan tidak ingin pulang ke rumah. Biasanya, kalau sedang merajuk begitu, adek akan menginap di rumah Nathan atau Jerry. Kalau nanti mood adek masih jelek, turuti saja kemauan adek untuk makan dessert. Tapi, kalau adek minta es krim, jangan banyak-banyak, adek gampang kena flu-"

"Bun, kita harus bicara sama adek. Bunda gak lihat gimana tadi adek udah kurang ajar dengan nyiram muka Barat? adek gak sopan, bun. Kalau kita biarin Barat nyusulin adek, yang ada malah makin kacau." Jonathan yang sebenarnya masih belum rela untuk menyerahkan Xabina berduaan dengan Barat pun berusaha keras untuk mencari alasan masuk akal. Meskipun, pada akhirnya Nayya dapat membaca itu semua dan tetap kukuh akan pendirian yang ia miliki.

"Sudah, sudah. Nak Barat boleh segera pergi, takutnya adek keburu pergi jauh. Adek belum pernah naik angkutan umum, tante takut adek nyasar."

Mendengar penuturan Nayya, Barat segera berlari meninggalkan restoran dengan segudang rasa khawatir yang mengisi relung hatinya. Abai terhadap Michael dan Diana yang bersorak heboh untuk berikan semangat layaknya pemandu sorak di lapangan basket, abai pula terhadap Jonathan yang merengut sebal dan Nayya yang sibuk menertawakan hal itu.

"Jo, take it easy, chill. Biarin aja anak-anak urus masalah mereka sendiri. Lagipula, ini salah you juga yang gak kasih tahu Xabina lebih dulu. Wajar kalau you punya anak yang menggemaskan itu akhirnya protes dan gak terima." Michael memberikan isyarat pada pelayan untuk datang dan membereskan kekacauan yang telah terjadi.

XABINADove le storie prendono vita. Scoprilo ora