Matthew menegapkan tubuh, memandang Dinda serius yang nyalinya sudah menciut mendengar Matthew menyebut nama panjangnya dengan tegas hingga wajahnya tertekuk. Perlahan Matthew menangkupkan wajah Dinda, memaksa perempuan itu untuk menatap kedua matanya dengan intens.

"Aku nggak suka dengan cara kamu yang selalu ingin nyelesaiin semuanya sendiri, Dinda. Lagi-lagi kamu seperti nggak nganggap aku."

"Nggak, maksud ak--"

"Diem dulu." Matthew menginterupsi dan Dinda segera mengunci mulut.

"What have you done is hurting my ego, Cantik. Aku tahu, itu masalah keluarga kamu dan kamu nggak mau aku ikut campur. Tapi, kamu ingat, kan, kalau aku mau bikin kamu bahagia?" Tanya Matthew yang dibalas anggukan kepala Dinda.

"So, let me help you, oke? Let me help you this time as my way to make you happy, boleh?"

Suara Matthew lembut menuturkan tanya itu, menggetarkan hati Dinda yang langsung memusnahkan alasan yang ingin ia utarakan kepada Matthew agar pria itu tidak ikut campur dengan urusan keluarganya. Untuk kali ini Dinda benar-benar tidak bisa menolak hingga ia menganggukkan kepala, menerima kecupan Matthew yang tiba-tiba diberikan pria itu kepadanya.

"Makasih, ya." Ucap Matthew sambil mengelus pipinya dengan lembut dan Dinda mengangguk pelan, beringsut memeluk Matthew erat dan berbisik kecil. "Makasih, Matthew."

~~~

Matthew mengelus pipi Dinda yang tengah tertidur dengan pulas di sisinya setelah menyingkirkan rambut-rambut halus perempuan itu ke sisi telinga. Ia tidak bisa mengelak kalau Manendra benar soal dirinya yang akan merasa bebas menghampiri Dinda di apartemennya. Bahkan di hari pertama Dinda pindah, ia sudah menemani perempuan itu tidur. Matthew tidak melakukan apapun, ia hanya menemani Dinda tidur karena perempuan itu mengaku takut tidur sendirian di apartemen baru.

Sebenarnya Dinda keukeuh ingin mencoba tidur sendiri, tapi memang dasarnya Matthew tidak ingin membuang kesempatan, ia memaksa untuk menemani Dinda hanya untuk hari ini saja--yang tidak bisa ditolak Dinda karena Matthew keras kepala.

Tidak bisa dipungkiri Matthew jika Dinda yang selama ini tidak bisa tergantikan di hatinya bisa ia lihat lagi dari dekat, bisa ia miliki lagi meski melewati beberapa kejadian yang akibatnya masih menghantui. Teringat bagaimana ia sudah putus asa, membiarkan dirinya dijodohkan oleh perempuan lain setelah putus dengan Dinda. Dan perjodohan itu ia tentang tanpa berpikir dua kali saat Dinda kembali ke hidupnya.

Matthew tahu, keberontakannya akan menimbulkan efek buruk kepada dirinya dan Dinda, maka dari itu ia menyiapkan segala rencana yang bisa mengurangi efek tersebut hingga ia lupa jika Dinda bukan tipe manusia yang bisa menerima segala hal dengan mudah.

Toko di Cibadak yang ingin ia berikan kepada Dinda dan keluarganya ditolak mentah-mentah. Bantuan yang ingin ia berikan untuk menebus rumah di Pajagalan pun ditolak seakan masalah yang Dinda alami tidak berhubungan dengan Matthew, padahal semuanya berasal dari keegoisan dirinya yang menginginkan Dinda lagi.

Ada satu sisi di hati Matthew yang merasa menyesal akan tindakannya. Perasaan itu membuatnya ingin terus memeluk Dinda dengan erat sambil mengucap maaf karena hanya itu yang bisa ia lakukan. Tidak ada jalan memutar dan kali ini Matthew tidak ingin menyerah, ia ingin hidup dengan Dinda bagaimana pun caranya.

"Hmm? Matthew?" Dinda terbangun, suaranya serak memanggil Matthew yang langsung menyunggingkan senyum kepadanya.

"Kenapa bangun?"

"Kamu... tidur?" Tanya Dinda seperti meracau sembari memegang tangan Matthew yang masih mengelus pipinya.

Matthew terkekeh pelan, gemas dengan Dinda yang setengah sadar. "Hm... tidur." Balasnya dengan suara yang kecil.

"Apa?"

"Kamu, tidur." Titah Matthew sambil merapatkan posisi mereka hingga ia bisa menyatukan dahinya dengan dahi Dinda.

Dari jarak yang terlampaui dekat itu Matthew hanya bisa merasakan deru napas Dinda yang tenang. Kedua mata perempuan itu tertutup rapat, kelihatan sudah kembali tertidur hingga Matthew juga ikut menutup mata. Tangannya yang tadi berada pada pipi Dinda turun ke pinggang, kali ini menarik tubuh Dinda lebih dekat agar ia bisa memeluknya dengan erat seperti enggan membiarkan perempuan itu jauh dari sisinya barang sedetik pun.

Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

Unbroken String [Complete]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora