"Gue gak ngeraguin kekayaan kalian. Tapi ini keputusan gue, lo berdua juga pasti tau kenapa gue kerja mati matian gini" Jawab Laskar yang menatap kedua teman nya bergantian.

Bayu dan Tio pun tau, mereka sangat tau mengapa Laskar bekerja keras. Bukan soal biaya makan saja, ia pun harus memikirkan bagaimana cara agar bisa melunasi hutang almarhum sang ayah. Ayahnya meninggalkan hutang yang cukup besar, membuat Laskar pun harus melunasi nya. Ibunya tak mengetahui soal hutang itu, Laskar tak ingin itu menjadi beban pikiran bagi sang ibu. Toh ia pun masih sehat dan mampu untuk mencari uang dan melunasi hutang hutang ayah nya.

Saat itu Gavin pernah dengan diam diam membayar setengah hutang ayah Laskar, namun Laskar mengetahui hal itu. Itu membuat Laskar marah padanya, Laskar bukan tak ingin menerima bantuan Gavin, namun ia terlalu malu jika harus terus terusan dibantu. Laskar berkata kepada Gavin bahwa ia pun masih bisa berusaha, jika nanti ia sudah tak bisa, ia pun pasti akan meminta bantuannya. Laskar ingin teman teman nya mendukungnya saja, ia hanya ingin teman teman nya berada di sampingnya, itu pun sudah cukup menguatkan dan sudah sangat membantunya.

"Sekarang dimana lagi Kar?" Tanya Bayu penasaran, kali ini dimana lagi Laskar akan bekerja.

"Di kafe" Jawab Laskar

"Di kafe mana? Terus Lo bakal kerja tiap hari disono?" Tanya Tio

"Di kafe deket tempat gym yang selalu gue datengin bareng Gavin. Gue kerja disana tiap hari Jum'at, sama sabtu aja si. Selebihnya gue kerja di bengkel" Jawab Laskar. Kini mereka masih berjalan di Koridor sekolah yang sudah ramai dengan para murid yang sudah datang ke sekolah.

"Yah jadi sekarang kita cuman bisa nongkrong hari minggu doang dong?" Ujar Bayu yang memasang wajah sedihnya

"Makannya lo bantuin Laskar kerja, biar kita bisa nongki nongki lagi tar" Ujar Tio menatap Bayu yang masih glendotan di lengan Laskar.

"Kagak usah, kemaren juga Gavin udah bantuin gue di bengkel" Jawab Laskar sembari terkekeh melihat tingkat Tio dan Bayu.

"Gavin bantuin lo kerja kemaren?" Bayu menghentikan langkahnya begitupun dengan Laskar dan Tio. Laskar mengagguk mengiyakan ucapan Bayu.

"Keterlaluan, lo kagak koling kita" Ujar Bayu merasa kesal, Tio pun sebenarnya kesal mengapa mereka tak di hubungi kemarin.

"Elah, gue juga awalnya gak mau Gavin bantuin gue. Tapi dia maksa dan langsung jemput gue ke apart " Jawab Laskar, yang sebenarnya tak masalah jika teman teman nya tak membantunya.

"Tapi tetep aja kita kan harus susah bareng Kar, lo gak boleh capek sendiri. Besok besok kalo butuh bantuan, kagak usah sungkan, kita mau ko bantuin lo kerja. Yakan Yo?" Bayu menoleh ke arah Tio, yang mengagguk setuju dengan ucapan nya.

"Iya kar, apalagi di bengkel bang Javi kan selalu banyak kerjaan nya. Kadang lo pulang malem banget, lo pikir gue kagak tau apa" Kini Tio yang menatap Laskar kesal. Laskar lagi lagi terkekeh dan hanya bisa mengagguk mengiyakan ucapan teman teman nya.

"Kita gini sama lo bukan karna kasian Kar, tapi lo temen kita. Kita udah bareng bareng dari kita masih bocah di SMP, kita peduli sama lo, kalo lo capek kita juga bakal ngerasain capek nya lo " Bayu menatap Laskar serius, Laskar pun kembali tersenyum menatap kedua teman nya tulus. Ia tau se peduli apa teman teman nya padanya, itu yang membuatnya merasa bahwa ia punya kekuatan untuk menjalani hidupnya.

PANGGUNG SANDIWARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang