DREAMS TALE

20 6 3
                                    

☆ Fully Presented ☆

"Ryu Jimin," Panggil Nami pada Jimin yang sibuk berkutat perkara mainan bagus yang rencana akan dibelinya untuk Ryusan berumur lima tahun.

Ryu San duduk di atas keranjang trolley, kemudian dia hanya memainkan mobil-mobilan kecil dimana bentuknya yang membuat Ryu San tertarik memainkan benda tersebut. Ryu Jimin selaku ayah dari Ryu San, terkekeh gemas sembari mengelus lembut rambut Ryu San yang tipis tidak seperti rambutnya yang lebat. Kemudian Ryu Jimin memperbolehkan Ryu San mengambil mainan di sana sehingga mereka perlu mencari mainan lain agar Ryu San dapat memainkannya bersama Raen serta Raeis yang kebetulan memiliki jadwal temu pribadi dengan keluarga Ryu di dalam mansion.

"Apakah tidak apa-apa jika aku membelikan Ryu San susu formula?" Nami bertanya sembari matanya sibuk mengamati komposisi dan memperlihatkan segera pada Jimin yang ikut mendekat dengan lengan melingkari pinggang Nami.

"Beli saja. Tapi jika tidak tertera untuk anak berusia lima tahun, maka simpan." Ujar Jimin lembut.

Ryu San kemudian tidak sengaja menjatuhkan mainan kecilnya yang sedang digerakkan pada pinggir besi trolley dimana Ryu San asyik duduk di dalam sana. Ryu Jimin tersenyum, mengembalikan mainan Ryu San dengan saran agar dia tidak kembali melakukan kali kedua terhadap mainan yang baru saja dibeli namun belum dibayarnya itu. Mereka kemudian berjalan menuju tempat lain dimana Ryu Jimin menyarankan Nami untuk membeli perlengkapan pakaian yang hendak mereka berikan pada keluarga Raemin yang kini istrinya terpaksa menjanda sebab cerai mati.

Nami lantas mengangguk patuh, berjalan mengambil beberapa paket pakaian yang sudah disediakan kemudian memasukkannya ke dalam trolley dimana Ryu San bukannya merapikan justru asyik menumpuk barang-barang mereka sampai nyaris berhamburan keluar, berjatuhan.

Nami memberikan peringatan ringan pada Ryu San kecil yang nakal. Lalu Ryu San pun terdiam sembari terkekeh gemas seolah perbuatannya bukan perbuatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap hukum sosial.

"Jimin, kau seharusnya memberitahukan Ryu San bahwa barang yang retak berarti membeli."

"Ryu San," Panggil Jimin setelah tadi dia sempat kena omel dari Nami. Ryu San yang mengerti maksud Ayahnya karena mereka sangat akrab lantas langsung menurut, menata rapi barang-barang yang sedang Nami masukkan untuk setelahnya mereka bayar ke kasir.

Keluarga sederhana Ryu lekas bersegera menuju basement dimana kendaraan mereka terparkir apik. Ryu San baru saja akan merengek jika Jimin tidak mengembalikan camilan miliknya yang direbut paksa. Nami memukul pelan lengan Jimin, memintanya berhenti bercanda sementara mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk menyambut kedatangan keluarga mendiang Raemin. Tidak lupa Jimin membeli bunga di toko florist langganannya sementara mereka memutuskan menjenguk keadaan rumah Raemin dimana Raemin pasti sudah damai di alam sana meski kenyataannya tidak selalu demikian.

Nama Wu Raemin terpampang berdebu sehingga Jimin perlu membersihkan debut tersebut menggunakan kain pada sikut lengannya agar ketika mereka datang rumah Raemin menjadi bersih. Betapa terkejutnya Jimin, Ryu San, maupun Nami manakala keluarga Raemin datang lima menit setelah kedatangan mereka ke makam.

"Oh, halo Ryu Jimin. Ryu Nami. Bagaimana kabar kalian?"

Baik Jimin maupun Nami keduanya saling menoleh iba, menatap penampilan sembab istri Raemin yang tentu sulit tidur. Karena kabarnya semenjak kepergian Raemin keluarga mereka jadi sedikit tidak stabil sehingga Istrinya memutuskan menempatkan Raen beserta Raeis di kediaman Bibi dan Paman Park agar mereka tidak melihat kekacauan Istrinya yang berduka.

Nami merengkuh tubuh bergetar Istri Raemin yang pasti sakit sekali rasanya ditinggal pergi seolah dunianya baru saja dihancurkan kendati sebenarnya dia sedang dibentuk oleh semesta. Ryu San pun turut merengkuh Nami tatkala dia jadi ingin menangis, mendengar perkataan Ibunya yang mengena dihati.

DREAMS TALE (REFRESHED)Where stories live. Discover now