10. Sedikit Celah

Depuis le début
                                    

"Please welcome...," Julian menahan kalimatnya, membiarkan kami semua menunggu lebih lama. "... My queen, Livvy Avory."

"WHAT?!

"ASTAGA!"

Angel dan Kirei memekik bersamaan. Aku ternganga, sedangkan Andre hanya diam tak mengerti. Biar kujelaskan lebih dulu, bahwa apa yang terjadi di malam itu benar-benar berada di luar dari perkiraan kita semua—utamanya aku. Aku yakin bahwa tak ada yang menyangka jika seorang Azka Julian Angkasa akan menggandeng gadis mahal seperti Livvy Avory pada malam itu.

Angel terus menggeleng tak percaya. Pasalnya, kami benar-benar paham sepak terjang Livvy seperti apa sejak SMA. Aku dan Angel memang tidak akrab mengenalnya, namun memang tak ada satupun di angkatan kami yang tidak mengenal Livvy. Gadis tercantik di angkatan, mayoret dalam marching band sekolah—yang dalam sebulan saja sudah bisa menolak lebih dari tujuh nama lelaki yang menembaknya.

"Livvy sudah kehilangan akalnya," celetuk Angel dengan wajah pias.

Kirei hanya diam. Di antara kami dia lah yang lebih mengenal Livvy sebab mereka berdua sama-sama mayoret ketika di SMA dulu. Mereka juga tergabung dalam agency majalah yang sama. Kirei seorang model, Livvy salah satu rival-nya dalam berkarir.

"Jujur saja, aku sama sekali tidak terkejut."

Kali ini mata kami bertiga tertuju kepada Kirei. Aku mengernyit, sedang Kirei hanya mengedikkan bahu dengan santai. "Kau tau, Na? Lelaki yang dulu kau puja-puja itu sudah sering mengobral diri semenjak putus dari Nadia. Dia banyak mendekati primadona-primadona dari SMA kita untuk membuktikan bahwa dia hebat. Tapi tak satupun dari gadis-gadis yang didekatinya tertarik dengan dia."

"Kau tau dari mana?" tanyaku.

"Maaf jika ini terlalu tiba-tiba. Aku baru akan mengatakan ini kepada kalian karena kurasa ini tidak begitu penting bagiku. Kalian tau bahwa jika teman-teman SMA kita membicarakan tentang primadona sekolah, aku selalu masuk dalam hitungan, tapi sungguh. Aku sedang tidak bermaksud untuk menyombongkan diri kali ini."

"Tapi yang ingin kuberitahu di sini adalah, berhubung karena aku adalah satu dari sekian siswi yang terhitung sebagai primadona—juga karena Julian sangat haus validasi untuk menggandeng gadis terkenal—dia sempat mendekatiku. Kalau tidak salah ingat, waktu itu kita semua masih berkuliah semester satu."

"Kau bercanda? Maksudku, kenapa kau justru baru bilang sekarang?" sanggah Angel.

"Karena aku tidak menganggap itu penting?" Kirei mengedikkan bahu. "Lebih dari empat kali dia mengajakku berkencan, lebih dari itu pula aku menolaknya."

Aku hanya diam. Dari masa waktu yang disebutkan Kirei aku bisa menebak dengan pasti bahwa saat itu aku sudah putus dengan Julian. Sekali lagi, tidak ada yang tau bahwa aku dan dia pernah resmi berpacaran. Mungkin karena itu pula lah Kirei sama sekali tidak keberatan untuk memaparkan itu semua. Satu hal yang mengganjal hatiku saat itu; sebesar itukah keinginan Julian untuk menghancurkanku? Hendak mengencani sahabatku setelah putus dariku? Oh, Tuhan. Andai saja perasaanku sudah tidak lagi mengarah kepada pria brengsek itu....

"Lagi pula, setampan dan sekaya apapun Julian itu, aku masih punya hati untuk tidak mengkhianati sahabatku sendiri. Aku tau seberapa besar kau memuja Julian itu, Na."

Ah, Kirei. Kau tidak tau bahwa sebenarnya dia mantan pacarku.

"Aku tidak mungkin mau mengencani dia. Tapi... ada apa dengan Livvy? Maksudku, aku tau Julian cukup oke. Tapi bukankah putri sejagad itu bisa memilih pria lain yang jauh lebih mumpuni?"

FWB: Friends With BittersweetOù les histoires vivent. Découvrez maintenant