{16} Just Stay - Ending

23 4 0
                                    

Seminggu berlalu semenjak Eya mengetahui rahasia yang Zely tutupi darinya, semenjak hari itu juga Eya berubah jadi pendiam. Dia selalu mengurung diri di kamar, tak mau bertemu siapa pun termasuk Cross.

Saat Eya berniat pergi karena ternyata Cross terlibat dalam kebohongan tersebut, suaminya itu melarang dengan paksa.

"Gue gak akan biarin dia tumbuh di perut gue!"

"Eya!" Mendengar itu membuat Cross naik pitam, dia mendorong Eya dengan kasar hingga membentur dinding.

Eya diam karena bentakan tersebut juga karena sikap kasar Cross. Dia menatap lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu dengan tatapan menantang.

"Eya, please ... gue gak mau nyakitin lo, jadi please ... tenang oke? Gue bakal jelasin semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi lagi, tapi tolong lo jangan gegabah, Ya. Lo lagi hamil, jangan bawa-bawa dia ke masalah ini, oke?" ucap Cross dengan lembut.

Eya memang telah mendengar semuanya, Eya juga tetap tinggal bersama Cross dengan si jabang bayi. Akan tetapi, Eya masih merasa kecewa, semua orang membohonginya. Eya tahu dia hanya anak manja, tapi bukan berarti Eya takkan mengerti dengan permasalahan orang dewasa di sekitarnya.

"Eya," panggil Cross seraya melangkah masuk ke kamar Eya sembari di tangannya membawa baki berisi makan siang untuk sang istri.

"Makan dulu, yuk! Terus minum susu, habis itu istirahat," ajak Cross.

Eya yang sedang duduk melamun di sofa lantas menoleh menatap Cross yang tengah tersenyum padanya. Meski seminggu ini Eya mengabaikan Cross, tapi lelaki itu tak pernah lelah mengurus Eya.

Cross bahkan mengambil cuti di kantornya hanya untuk menjaga Eya yang sedang dalam keadaan tak baik. Tiap pagi dia membuatkan sarapan, lalu membuatkan susu ibu hamil. Siangnya membawakan makan juga cemilan buah supaya Eya mendapatkan nutrisi yang cukup.

"Eya, makan dulu, ya? Sekarang 'kan di perut kamu ada baby, kasian kalau kamu gak makan," ucap Cross seraya duduk di sebelah Eya.

"Makan dulu ya?" sambung Cross saat Eya berbalik menghadapnya.

Eya lalu menatap makanan di atas meja, sepiring nasi berisi ayam kecap juga buah semangka dan melon yang menggugah selera. Meski sebenernya Eya ingin, tapi dirinya gengsi jika memulai duluan.

"Aku suapin deh, mau?" ucap Cross menawarkan.

Cross lalu mengambil piring berisi nasi serta lauk tersebut, kemudian mengambil satu suapan untuk Eya. "Aaaa ... buka mulutnya, gak usah malu," perintahnya.

"Gak mau," tolak Eya.

Cross menurunkan tangannya sambil menatap Eya. "Makan dulu, Sayang. Nanti kalau kamu sakit dedek bayinya gimana? Gak kasian sama dia, hm?"

Eya menatap Cross sinis. "Apa sih, sayang-sayang segala," sungutnya.

Cross terkekeh pelan. "Kamu istri aku, wajarlah kupanggil sayang," balas Cross, "Ayo makan, habis itu ngemil buah, tadi aku nyoba manis banget lho semangkanya."

Eya melirik buah yang ada di mangkuk, kemudian menatap Cross yang masih setia menyodorkan sesendok nasi padanya. Tak mau banyak drama, akhirnya Eya membuka mulut. Hal itu membuat Cross refleks tersenyum.

"Nah gitu dong, ini baru istri kesayanganku!" puji Cross.

Eya melirik sinis, membuat Cross meringis. Cross lalu dengan telaten menyuapi Eya sampai makanan yang ada di piring ludes dan hanya tersisa tulang dari paha ayam tersebut.

"Mau air putih," pinta Eya.

Cross mebgangguk, lalu mengambil air putih yang ada di nakas dan memberikannya pada Eya. Setelahnya ia menyuapi buah untuk sang istri.

AFFECTED | 2019 ✓Where stories live. Discover now