si Jelek, Item, Gendut, Botak dan nggak punya muka

Start from the beginning
                                    

Sebenernya sih, semua yang aku omongin itu salah, yang terjadi sebenernya itu kebalikannya, dia itu itu prince charming sekolah, padahal baru beberapa hari ia masuk sekolah.

.

Mobilku berhenti tepat di depan Tasha, nggak perlu membuka kaca mobil biar dia tau kalau ini aku, karena kita udah sering pergi bersama memakai mobil ini.

"Sory ya lama. tadi ada kejadian yang nggak banget."kataku saat melihat Tasha sudah duduk nyaman.

Tasha terkekeh dan mengangguk. "nggak pa-pa kok Za, gua aja baru nyampe di sana karena ulah nyebellin Vino."

Aku tersenyum tipis mendengar perkataan Tasha, andai saja dr. Verdi itu sama seperti kak Vino, aku pasti bahagia banget, di cintai sebegitu dalamnya, nggak perlu memanggil para normal untuk mengetahui seberapa dalam kak Vino mencintai Tasha, cukup melihat kedua manik mata itu dan kalian akan tau sendiri.

Dulu aku selalu berangan-angan di cintai seseorang yang begitu dalam, sama halnya seperti kak Vino mencintai Tasha. kapan ada orang yang membawa cintanya padaku, bukan hanya membawa, tapi juga buktikan.

Mataku mengerjap beberapa kali mencoba fokus sama jalanan, aku nggak mau kejadian beberapa menit yang lalu terulang lagi.

"Loe lagi ada masalah Za?"

Kepalaku menoleh kearah Tasha menatap wanita di sampingku sekilas dan menggeleng.

"Jangan bohong Naza."

Aku terdiam mendengar perkataan Tasha, wanita ini bisa menjadi wanita yang peka jika dia ingin, dan dia juga bisa menjadi wanita yang nggak peka jika ia ingin, wanita di sampingku sangat unik. aku masih ingat saat pertama kali masuk SMA, aku selalu melihatnya yang selalu di ganggu sama kakak OSIS lelaki, dia terlihat seperti anak kuliahan yang kesasar ke SMA.

Bodynya yang bisa di bilang seksi meski baju SMP-nya agak kebesaran waktu itu, tapi tubuh meloknya masih bisa terlihat, wajah yang selalu menyungginggkan senyum menawan, kulit kuning langsatnya semakin membuat dia sangat menarik.

Terkadang aku tersenyum sendiri mengingat Tasha yang nggak pernah peka sama kode keras dari kakak OSIS, dulu aku kira dia orang yang nggak peka sama sekelilingnya tapi lambat laun aku bisa tau sifat aslinya karena entah bagaimana ceritanya aku selalu satu bangku sama dia, meski awalnya dia satu bangku sama orang lain tapi akhirnya kita akan kembali satu bangku.

"Naza jangan meleng."

Aku kembali tersadar dari dunia ghoibku, dan terkekeh melihat wajah Tasha yang mengembung sebal.

"Gua nggak mau balik sama loe nanti, nyawa gua bisa-bisa melayang kalo loe terus-terusan ngelamun saat mengemudi."

Aku mencibir perkataan Tasha. "Halah! bilang aja mau ayang-ayangan sama Aa' Vino. iya kan? pake acara bawa cara ngemudi gua lagi."

Tasha mendelik sebal mendengar perkataanku, sedangkan aku terkekeh melihat wajah meronanya, sangat nggak singkron sama matanya yang bulat menatapku tajam, ehm salah, mencoba tajam. yaampuun!!

"Ngemudi aja yang bener."

Dan aku semakin tertawa mendengar perkataan judes Tasha. Tasha-Tasha, dia masih aja sama, kalau nggak nyaman dengan pembicaraan dia akan dengan cepat mengalihkannya.

Tawaku hilang di gantikan kening yang mengkerut melihat Tasha menatapku aneh dari kaca spion.

"Ada apa sih Sha?"

Kepalanya menggeleng dan tersenyum mistrius "No think."

Keningku semakin mengkerut mendengar perkataan Tasha. ah sudahlah, mungkin anak itu lagi kangen sama aa' Vinonya.

That's LoveWhere stories live. Discover now