Day 1

11.4K 602 7
                                    

-Liana's POV-

Perlahan-lahan, kubuka mataku yang terasa berat ini. Yang pertama kali kulihat saat mataku terbuka adalah langit biru dengan awan putih yang terlihat seperti kumpulan domba. Sinar matahari yang terang di atas sana menyilaukan mataku. Mataku mengerjap agar bisa menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Sshhh..." aku meringis pelan sambil memegangi kepalaku yang terasa sakit. Perlahan aku duduk dan menatap ke laut.

'apa yang terjadi?' batinku bertanya-tanya. Sambil mengumpulkan ingatan, aku menatap deburan ombak yang cukup kencang di pantai berpasir putih ini.

"Bagaimana keadaanmu?" suara bass khas pria mengejutkanku. Sontak aku langsung menoleh ke arah suara itu.

"Apa yang kau lakukan disini?" aku mengabaikan pertanyaannya dan malah balik bertanya. Benar dugaanku. Dia adalah pria yang duduk di seberangku saat di pesawat. Si 'pria tanpa ekspresi'. Sementara itu, dia hanya menatapku datar dengan wajahnya yang menurutku pantas dilempar dengan kelapa yang ada di sana. Congkak sekali!

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyaku dengan alis yang berkerut tidak suka dengan tatapannya.

Ia menggidikkan bahunya. "Entahlah. Kau sangat aneh. Biasanya, jika seseorang terbangun dan menyadari bahwa ia berada di tempat yang asing mungkin akan bertanya 'dimana aku?'. Sedangkan kau.. Kau malah bertanya apa yang kulakukan disini. Menurutmu, apa yang sedang kau lakukan disini?" ujar pria itu sambil beranjak berdiri kemudian bersedekap dada.

Aku membulatkan mataku. Demi apa dia mengatakan aku aneh?! Baru pertama bertemu saja sudah mengatakan aku begitu! Err.. baiklah, bukan yang pertama. Tapi kan tetap saja!

"Seenaknya saja kau mengatakan aku aneh! Memangnya salah kalau aku ber-ta-nya?" aku menyadari perkataan pria itu. Mengapa aku bisa disini? Apa yang sedang kulakukan disini? Dimana aku? Yang lebih parah, mengapa hanya ada aku dan dia disini? Aku langsung berdiri dan memandang sekeliling.

Mengapa aku seperti berada di pulau yang sepertinya tak berpenghuni? Dan juga, pulau ini hutannya lumayan rimbun. Menyeramkan sekali.

"Dimana aku?!" tanyaku panik pada pria itu.

"Kau memang aneh. Mengapa kau baru bertanya sekarang?" ujar pria itu sambil menaikkan sebelah alisnya. Oke, dia memang ahli membuatku emosi. Tahan, Liana.

"Jawab saja pertanyaanku, pria menyebalkan!" geramku kesal. Aku berbalik dan lagi-lagi menatap sekeliling untuk memastikan dimana aku sebenarnya. Aku hanya mendengar ia menggerutu tidak jelas.

"Kita kecelakaan pesawat, ingat?!" kecelakaan pesawat? Tunggu dulu. Aku pikir itu hanya mimpi. Oh, sepertinya aku belum bangun.

"Aku masih mimpi ya?" aku mencubit lenganku. Mencoba bangun dari mimpi anehku ini. Haha. Ini mimpi kan?

"Aww sakit. Hey pria menyebalkan! Bantu aku terbangun dari mimpi anehku ini!" ujarku pada pria di sebelahku ini sambil mencubiti pipi dan lenganku sendiri. Sakit.

Pria itu memutar matanya melihat tingkahku. "Konyol sekali. Berkali-kali pun kau mencubit dirimu kau tidak akan terbangun karena ini memang nyata," ujarnya datar. Apa iya ini bukan mimpi?

"Ayolah, jangan bercanda! Kita tidak mungkin kecelakaan pesawat kan?! Jika iya, mana bangkai pesawatnya?!" celotehku sambil mataku mencari-cari ke sisi kanan-kiri ku.

"Mana aku tahu! Kau pikir disaat aku sedang panik menyelamatkan diri, aku akan berusaha menyelamatkan bangkai pesawat itu juga?! Dasar bodoh!"

"Hey! Jangan seenaknya saja kau mengatakan aku bodoh, ya! Kau pikir kau jenius?!" bentakku sambil menatapnya horor.

5 Days, and I'm in Love With You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang