Prolog

560 87 27
                                    

Matahari mulai naik dengan sinar yang cukup membuat orang-orang di sekitar nya kepanasan.

Hari ini, sekitar pukul 10 pagi tiga perempuan paru baya berjalan pelan menyusuri tempat pemakaman umum, beralaskan sandal kaki itu melangkah pelan.

"Hati-hati sem, kaki kamu kemaren abis terapi kan?"

Yang tampak di wanti-wanti hanya tersenyum "Engga, di cek dokter doang"

"Sini pegangan" Tawar perempuan lain di belakang nya

Lima menit sudah ketiganya berjalan di sekitar pemakaman, akhirnya pusara bertuliskan sugawara koushi yang mereka hendak kunjungi sudah ada di depan mata.

"Assalamualaikum" Ucap semi eita, perempuan paru baya yang kini berdiri mengenakan gamis hitam nya tersenyum tipis

"Waalaikumsalam"

"Jangan gitu iwa ntar kamu nyusul loh"

"Tau si iwak, yaku kamu yang mimpin tahlil nya ya?" Sekarang semi mulai mengambil posisi duduk

"Kita baca yasin aja"

Begitu kurang lebih percakapan tiga ibu-ibu yang sudah lanjut usia ini, mereka membacakan surat yasin masing-masing tiga kali, setelah nya di tutup dengan doa yang iwaizumi pimpin.

Menit setelah nya, semi mengeluarkan sekantung bunga lantas mulai menaburkan bersamaan dengan yaku yang membuka air dalam botol yang sudah mereka bawa.

Hening.....

Tidak ada percakapan, ketiganya terdiam memandang tanah merah yang blum lama ini menjadi rumah terakhir untuk teman mereka.

"Waktu cepet banget yah" Iwaizumi menghela nafas, rasanya baru kemaren ia masuk pesantren "Sekarang tinggal bertiga"

"Emang boleh sesedih itu wak?"

"Bukan sedih meratapi yak, cuman kangen aja masa-masa dulu"

Yaku menyingkirkan beberapa daun yang ada di sana, membersikan daun-daun kering dan di ganti dengan bunga baru "Sekarang yang di kejar cuman tinggal akhirat, dunia udah selesai"

"Siapa yang mau ngejar dunia umur segini?"

"Emang umur kamu berapa sem?" Ucap yaku dengan tawa khas nya

"Kita semua seumuran ga sih?" Timpal iwak, beliau ini kagak ada berubah, kesabaran nya masih setipis tisu di bagi 10 "Sampean udah masuk fase pikun ternyata"

"Ga tau berapa sih umur kita?" Semi balik nanya "Intinya wakatoshi meninggal 7 tahun lalu, pas itu umur aku 41 apa berapa sih?"

"Cepet banget ya sem ga kerasa udah 7 tahun aja"

"Huum, padahal aku pikir bakal nyusul sekarang-sekarang, eh taunya suga duluan" Netra milik perempuan itu menatap pusara kayu yang dengan jelas mengukir nama sepupunya

"Tau si suga, meninggal ga ada aba-aba"

"Harusnya kamu dulu ga sih wak, yang meninggal"

"Sembarangan, aku masih punya banyak anak-anak di panti, situ kalo ngomong minta di tabok" Iwa bukan semi yang hidup nya udah berasa tinggal nunggu mati "Pengen panjang umur ini."

"Udah lah bercandanya" Yaku tau mereka berdua ini lagi sedih, tapi apalah candaan nya gelap banget, yaku sebagai orang waras berasa di tinggal sendirian, kita, akaashi trus sekarang suga?

"Tapi serius, sebenernya doa ku nih udah di titik, siap di panggil" Semi kangen berat sama lakik nya, walaupun kalo udah meninggal dia tau mereka masih di kuburan masing-masing dan baru bisa ketemu lagi pas di surga nanti.

The Best Imam [Haikyuu religi] Sequel 3 HiatusWhere stories live. Discover now