17.

1.2K 195 12
                                    

Wang Yibo duduk di ruang rapat sambil memperhatikan beberapa dokumen di depannya.

Auranya yang dingin dan menekan membuatnya terlihat mengagumkan.

Pria yang tidak pernah lagi tersenyum itu menatap orang-orang di depannya dengan sorot mata yang dingin dan tajam.

"Jadi, apa rencana kalian selanjutnya?" Tanya Yibo dengan nada yang dingin.

Seorang wanita berdiri dengan senyum yang berseri, "Kami akan melakukan yang terbaik agar tidak mengecewakan anda presdir." Jawabnya.

"Hm." Yibo hanya menganggapi singkat dengan pandangan yang datar. Kemudian dia berdiri dan pergi dari ruangan tersebut.

"Kyaaaa.. Lihat? Aku berbicara dengan presdir.. Dada ku jadi berdebar kencang sekarang." Seru wanita itu dengan bangga.

"Ah, aku sangat iri padamu. Sepertinya presdir juga menghargai kerja keras kita. Dingin dan tidak banyak bicara, benar-benar tipe-ku." Seru yang wanita yang lainnya.

Sementara Yibo berjalan kembali ke ruangannya.

Pria Wang itu menatap mejanya yang di penuhi dengan beberapa bingkisan diatasnya.

"Sekretaris Han, sepertinya ini bukan ruang kerja saya, melainkan tempat penampungam barang-barang, ya?" Yibo melirik sekretaris Han dengan ekor matanya, bertanya dengan nada yang dingin.

Sekretaris Han seketika merinding dengan aura yang di pancarkan oleh presdirnya itu.

"Ma-Maafkan saya presdir.. Sa-Saya pikir anda akan menyukai hadiah dari para karyawan jadi..."

"Buang semua ini dan ganti mejanya!" Titah Yibo, memotong pembicaraan Sekretaris Han.

Sekretaris Han dengan sedikit gemetar mengangguk, "Ba-Baik presdir."

Beberapa barang dalam ruang kerja itu di ganti dengan yang baru.

Sekretaris Han menghela nafas panjang dengan tetesan keringat membasahi wajahnya karena kerja kerasnya.

Kenapa ya, aura presdir itu, sangat berbeda dengan bibinya?

Walau pun sama-sama memiliki aura pemimpin, tapi aura presdir terasa lebih menekan dan, menakutkan..

Sekretaris Han mulai sedikit membandingkan antara Yibo dan Bibi Wang, tetapi dia tetap harus setia bekerja di bawah mereka.

Saat sekretaris Han hendak masuk ke ruang presdirnya, suara dingin dengan aura yang menusuk membuat kakinya berhenti bergerak sebelum pintu ruangan itu ia buka lebar.

"Pergi! Tidak peduli berapa orang yang mereka bunuh! Bukan urusanku!" Yibo berbicara dengan dingin pada pria lain di depannya.

"Tuan.." lelaki itu bergerak dengan bingung dan gelisah, "Saya mohon tuan, tolong sadarlah.. Anda harus ingat tugas sejati anda tuan." Kata pria itu, mencoba memberitahu Yibo untuk sadar akan siapa dirinya yang sebenarnya.

Yibo menatap lelaki di depannya dengan tatapan yang menusuk, terasa seperti menembusi kulit hingga ke tulang yang paling dalam.

"Tugas sejati? Tidak ada tugas lain selain bekerja sekarang. Pergilah! Kamu menganggu waktuku!"

"Tuan!" Pria itu sedikit meninggikan suaranya, sembari memijat keningnya yang mulai terasa pening.

"Tuan, anda tidak bisa terus jatuh seperti ini karena dia. Dia sudah tidak akan kembali lagi tuan. Anda harusnya juga tahu it............................."

Pria itu terkejut saat lehernya tiba-tiba di cekik dengan sangat kuat hingga membuatnya kesulitan bernafas. Matanya memerah karena kesakitan sembari menahan tangan Wang Yibo yang mencekik lehernya dengan sangat kuat seolah akan membunuhnya.

Fobidden Love (Yizhan/END 🖤)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang