2. Pertunangan

113 24 4
                                    

.
.
.

☆✿✧◉◉۝◉◉✧✿☆

Helaan napas jengah keluar dari mulut Khayla. Tak menyangka apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi.

Haruskah Khayla memberi Lebel untuk hari ini? Hari yang paling sial selama hidupnya didunia.

Bisa bisanya mereka berbohong dan membawa Khayla ke sebuah hotel untuk melakukan Pertunangan.

Memang sedari awal Khayla menaruh rasa curiga pada Mamanya yang mengatakan kalau mereka akan Dinner dihotel bersama Keluarga Om Hermawan.

Bukannya Khayla yang bodoh, tapi Mereka yang terlalu licik.

Pikir Khayla, mungkin benar saja kalau itu sebuah dinner dengan membahas rencana perjodohan ini. Tapi ternyata mereka berbohong.

Disebuah ballroom hotel mewah, Khayla memasang wajah sangat teramat kesal sembari berdiri disebelah Haga, laki laki yang dijodohkan dengannya.

Acaranya terlalu megah hanya untuk sebuah pertunangan. Dengan tamu yang sama sekali tak mereka kenal, selain Om Januar ayahnya Haikal. Selebihnya mungkin saja mereka partner bisnis orang tua mereka.

Kalau menurut Khayla acara malam ini lebih mengarah pada acara Bisnis.

Bahkan Khayla tak tahan dengan mereka yang berpura-pura menjadi orang tua terbaik.

"Kalian sangat hebat, bagaimana caranya bisa menjadi keluarga bahagia seperti kalian?" Percakapan yang dapat didengar oleh Khayla, dengan pertanyaan paling konyol yang pernah Khayla dengar seumur hidupnya.

Pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya itu sangat tidak masuk akal menurutnya.

Keluarga bahagia?

Tau dari mana mereka keluarga bahagia?

Yang lebih tidak masuk akal adalah bagaimana Yasmine menjawab dengan malu malu dan mengatakan "kami hanya sering menghabiskan waktu bersama, bukankah keluarga seharusnya memang begitu?"

Wah bolehkah Khayla tertawa sekarang? Ini lelucon yang benar benar gila menurutnya.

Hah, keluarga katanya.

Khayla tak mampu menahan untuk tidak melepaskan tawa mengejek.

Seharusnya kedua orangtuanya itu bukan berprofesi sebagai pebisnis tapi lebih cocok jika menjadi pemeran dari sebuah film besar. Akting mereka tidak main main, lihat bagaimana tatapan kagum dari orang yang telah berhasil dia bohongi.

Haga dan Khayla sama sama memasang senyum palsu diwajahnya saat para tamu mendatangi mereka hanya untuk bersalaman ataupun basa basi sebelum pulang.

Hagara Juan Hermawan, sama halnya seperti Khayla, sama sama tak mengharapkan hal ini. Namun mereka melakukannya dengan alasan yang berbeda.

Jika Khayla melakukannya karena paksaan dan dibohongi, kalau Haga karena ucapan bundanya setelah pulang dari mengunjungi kediaman putranya hari itu.

Haga masih ingat bagaimana kalimat yang menyayat hati, saat bundanya membujuk dari sambungan telepon saat itu.

"Bunda mohon sama kamu sayang"

"Kali ini aja, boleh gak kamu nurutin Daddy kamu?"

"Kali ini aja, boleh gak Haga nolak permintaan Bunda?"

"Sayang, bunda gak akan minta apa apa lagi, tapi bunda minta kamu mau dijodohkan, anggap saja ini permintaan terakhir Bunda"

"Bunda"

"Bunda tidak akan meminta apapun lagi" suara terdengar pilu yang membuat Haga tak mampu menolak, karena bisa jadi penolakannya menjadi penyesalan terbesar yang akan terjadi.

"Jangan bunda...

.

.

"...Haga mau, tapi ini bukan permintaan terakhir bunda"

Bagaimana tangisan bunda malam itu yang membuat Haga teringat masa lalunya, dan memilih untuk menuruti permintaan Bundanya.

Ingat, ini karena Bundanya, bukan karena Daddy-nya.

✧◉⊹◉۝◉⊹◉✧

Sedikit bercerita tentang Khayla

Sebenarnya Khayla sudah pernah merencanakan akan hidup sendiri. Bahkan dia sudah sering mencari apartemen untuk nanti dia tempati. Toh, kalaupun tinggal dirumahnya dia tidak merasakan kehidupan disana.

Tapi mendadak hal yang sudah dia rancang disapu bersih oleh paksaan yang tak masuk akal.

Menurutnya, dia sudah cukup baik dan bersabar kepada orangtuanya dengan tidak mengeluh akan kekurangan perhatian yang dia terima dari orangtuanya. Tapi tidak bisakah dia memilih jalan hidupnya sendiri?

Khayla juga punya cita cita, tapi kenapa dia harus memenuhi cita cita orangtuanya? Yang bahkan menurut Khayla tidak pernah memperdulikan apa cita cita Khayla.

Khayla hanya ingin hidup sesuai dengan keinginannya, bukan keinginan orang lain. Dia hanya ingin hidup sesuai keinginannya, ada banyak yang ingin dia capai.

Jika orang mengatakan itu rumahnya, tapi tidak untuk Khayla, dia merasa tempat itu bukan seperti rumah untuknya, bukan tempat dimana dia bisa merasa nyaman dan bisa bersandar disaat dia lelah melewati hari yang berat diluar.

Tapi kenapa takdir senang sekali memainkannya?

Namun apa gunanya dia menggerutu sepanjang hari, karena hal itupun tidak akan pernah dapat dibantah.

Tapi setidaknya ada sesuatu yang dia harapkan setelah ini.

.
.

TBC

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Don't forget to Vote and comment for this chapter 🤗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Don't forget to Vote and comment for this chapter 🤗

Pride And Love |Hyunjin Karina (Ferromi)Where stories live. Discover now