Cewek Barbie 2 (Sahyo)

Mulai dari awal
                                    

"Nggak ngaca, kalian berdua juga tuh, friendzone sampe jelek" Aku membalas Jeongyeon. Dua orang yang kusindir langsung menjitakku secara bersamaan. Kompak sekali Nayeon dan Jeongyeon ini kalau menyakitiku. Huft.

Yah begitu lah. Selain finansial yang kritis, kisah cinta anak kontrakan ini juga tragis.

****

"Cari siapa mbak?" Tanya satpam rumah keluarga Sana. Satpam baru maksudku. Satpam lama pasti langsung membukakan gerbang untukku karena sudah hapal dengan vario butut yang sudah kustandarkan ini.

"Cari Sana Pak, saya Jihyo sekampus sama Sana"

"Sebelumnya sudah buat janji mbak?" Tanya Pak satpam baru itu. Aku menggeleng. Bapak itu mengisyaratkan untuk duduk terlebih dahulu di bangku kayu panjang dengan bahan dasar kayu mahoni. Setelah selesai dengan interkom yang menghubungkan pos satpam dengan rumah dalam, Pak Satpam tadi kembali menghampiriku.

"Boleh masuk mbak, silakan"

"Terima kasih, Pak"

Aku langsung masuk membawa vario bututku dan memarkirkannya di depan rumah Sana yang begitu besar. Ya semoga motorku yang kuparkirkan di sini tidak mengganggu siapapun.

Pintu rumah setinggi empat meter ini terbuka, aku melongok sebentar ke dalam sembari mengucapkan salam. Asisten rumah tangga keluarga Sana yang memang hapal denganku menyambut setelah mendengar salamku.

"Mbak Jihyo kemana aja nggak pernah ke sini. Bude Ratih kangen sekali" Aku terkekeh. Bude Ratih tetap orang yang sama. Heboh dan menyenangkan.

"Ayo masuk mbak. Mau nunggu di sini atau langsung ke kamar Mbak Sana? Bude mau ambilkan minum buat Mbak Jihyo dulu"

"Bude nggak usah repot-repot, saya nggak haus kok. Saya juga cuma sebentar. Sananya mana ya, Bude?"

"Yang bener mbak Jihyo nggak mau apa-apa?"

"Iya Bude, bener. Sananya mana ya?"

"Mbak Sana tadi baru selesai yoga, mungkin lagi mandi. Mbak Jihyo nggak mau langsung ke kamarnya aja?"

"Oh oke kalau gitu saya tunggu di sini aja Bude"

"Ngapain kamu di sini?" Belum sempat Bude Ratih menyahut, batang hidung Sana sudah terlihat di tangga menuju ruang tamu. Gadis itu terlihat manis dan segar khas orang baru mandi. Tidak seperti aku yang bau knalpot. Matanya menatapku dengan malas. Wajahnya tidak ada bahagia-bahagianya sama sekali.

"Nah mumpung Mbak Sana udah turun kalian tunggu sini dulu ya cah ayu, Bude ke belakang dulu. Mbak Jihyo pokoknya harus coba teh yang bude bawa dari kampung, nggak boleh nolak!"

"Ya ampun Bude maaf ya ngerepotin" Aku berseru sedikit yang entah di dengar atau tidak oleh Bude Ratih. Aku terdiktrasi Bude Ratih hingga melupakan Sana yang ternyata sudah duduk di sofa seberangku. Meja jati berukuran 3x2 meter memisahkan kami. Kalau sedang begini, rasa tahu diriku semakin meningkat dan kepercayaan diriku semakin menurun. Sana seperti jauh tak tergapai. Oh bahkan ukuran meja Sana sama dengan ukuran kamar tidurku.

"Hai Sana, maaf ganggu waktunya" Aku berucap seraya mengeluarkan amplop coklat dari tas selempang eiger yang telah lusuh.  Ada cokelat silverqueen juga di sana. Aku sudah menyiapkannya untuk Sana yang mungkin habis ini akan kuberikan. "Saya ke sini mau balikin uang mentor yang kamu transfer, saya cuma ambil untuk tiga pertemuan kemarin. Makasih banyak ya atas bantuan kamu dan kepercayaan kamu memilih saya sebagai mentor" Sana hanya diam dan melirik amplop tersebut dengan malas. Dan itu membuat kepercayaan diriku semakin menurun. Mungkin baginya uang segitu tidak penting. Dia tidak akan pernah tau bahwa uang sejumlah itu sama dengan uang makan kontrakanku selama sebulan yang kami dapatkan dengan cara iuran. Aku semakin merasa berbeda dengan Sana. Sebaiknya silverqueen ini kusimpan baik-baik bersamaku. Dia mungkin bisa saja mendapatkan lindt ataupun godiva untuk dirinya sendiri. Momo atau siapapun yang setara dengannya akan dengan mudah memberikan yang lebih baik daripada aku.

Jihyo OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang