Merasa bahwa Tian memanggilnya dengan sebutan yang ia benci, Xabina membuka kedua mata dan beralih menatap sangar. "Bukan putri, tapi pa-nge-ran. Adek ini laki-laki loh! abang nakal sekali! adek akan adukan abang pada bunda! adek juga akan call-call ayah agar nanti abang dihukum!" Kedua tangannya ia simpan di pinggang saat mengerucutkan bibir. Niat hati ingin mengancam Tian, namun apalah daya jika kakak keduanya itu malah memekik gemas dan menangkup wajah untuk memberikan gigitan keras pada salah satu pipi.

"AAAA!!!!! ABANG TIAN, NWOO!!! PIPI ADEK KENAPA DIGIGIT?! ABANG TIAN INGIN MAKAN ADEK!! AYAH! BUNDA! ABANG OKTA! KAKAK PADMA! SELAMATKAN ADEK!! HUWAAA~"

"Tian!!! Lu apain adek???!!!!"

Mendengar suara kakak kembarnya dari lantai bawah, Tian panik dan segera mengambil alih tubuh sang adik kedalam gendongan koala. "Aduh, cil. Udah jangan nangis, abang bercanda doang. Sakit, ya? mana sini abang lihat-"

"Abang jahat! pipi adek sakit, nyut~ nyut~ rasa.. rasanya. Adek angry besar pada abang- uhuk, uhuk!"

"Hm, kan batuk. Tenggorokan kamu bukan speaker karaoke, cil. Jangan teriak-teriak begitu, abang bolehin kamu jajan pentol abis sarapan deh."

Xabina yang mendengar penawaran menarik pun berangsur memelankan tangisannya dan bangkit menatap Tian dengan hidung merah dan mata berair. "B.. benar? abang.. no lie pada adek, kan?" tanyanya sesenggukan.

Tian mengangguk dan menghapus hujan yang membasahi wajah sang adik menggunakan tangannya. Meski seisi rumah akan memarahinya karena sudah memperbolehkan Xabina jajan sembarangan, Tian tidak masalah. Apa saja akan ia lakukan demi meredakan tangis sang adik yang luar biasa memekak telinga.

"Okiee! ayo, abang! kita ngenggg~ adek ingin mam!" pekik Xabina sambil mengalungkan kedua tangannya dengan erat pada leher Tian.

*****

Menuruni tangga dengan perlahan, Tian yang masih betah menggendong Xabina langsung berjalan menuju ruang makan yang didominasi nuansa biru dan putih. Entahlah, mungkin karena Jonathan, ayah dari 4 anak itu menghabiskan 3/4 dari waktu hidupnya sebagai laksamana TNI angkatan laut, atau memang ia menyukai warna biru tanpa alasan apapun.

 Entahlah, mungkin karena Jonathan, ayah dari 4 anak itu menghabiskan 3/4 dari waktu hidupnya sebagai laksamana TNI angkatan laut, atau memang ia menyukai warna biru tanpa alasan apapun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hi kawanz, nih pangeran kecil udah bangun dari bobo cantiknya!"

Xabina berdecak sebal lalu menjewer pelan telinga Tian. "Ish, ganteng, abang! bobo ganteng!" protesnya tak terima.

Okta, anak sulung di keluarga Wiraloka yang tengah sibuk meracik kopi menggunakan mesin pun hanya turut tertawa mendengar sangkalan tiada habis yang adik bungsunya lontarkan. "Udah, adek duduk dulu. Abang sudah buatkan honey waffle dan susu stroberi kesukaan adek," ujarnya kemudian.

 Abang sudah buatkan honey waffle dan susu stroberi kesukaan adek," ujarnya kemudian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
XABINAWhere stories live. Discover now