You are right.

Kalau lo tau Tasya Farasya, Lizzie Parra, dan yang lainnya.. Milly sama seperti mereka. Followers dia di Tiktok udah jutaan. Gue aja shock pas tau dia seterkenal itu sampai ada turis yang minta foto.

"Lo sih! Semuaaaa akun sosmed lo close. Mau jadi manusia goa lo? Duh plis banget.. Inget The, kerja tuh boleh. Tapi jangan kayak robot!! Kita tuh makin tua. Kapan hepi-hepinya?"

Ceramah Milly dimulai.

"BENTAAAR!"

Gue diam seketika saat Spaghetti Laksa gue gak boleh disentuh selama beberapa menit karena harus foto dulu.

Milly sampe jinjit-jinjit untuk dapetin angle flat lay yang bagus, yang gak boleh ada shadow, apapagi backlight. Ya seenggaknya gue dapet ilmu baru karena dikunjungin dia awal tahun ini.

"Dah! Selesai. Boleh dimakan."

"Hhhh.." Keluh gue sambil geleng kepala.

"Hehehe.." Dia baru bisa nikmatin makannya setelah bikin story, terus beberapa video pendek buat review makanannya. Pantes pesenan dia banyak banget.. Ternyata mau dijadiin konten.

"Lo yakin mau temenin gue ke Cologne? Kalo lo ada kerjaan gak apa-apa banget loh." ujarnya.

"Yaelaaah, ini udah 4 tahun kita gak ketemu. Kapan lagi lo nyamperin gue? Udah tenang aja."

"Tapi gue sekalian nge-vlog gitu, gak apa-apa?"

"Gak apa apa Millyyyyy." Gue ngunyah laksa gue khusyuk sampe gak sadar Milly liatin gue. "Apaan?"

"Lo... Ya ampun.. Berubah banget." Dia nunjuk gue pake garpu. "Gue masih inget pas awal masuk kampus gue ajak kenalan aja lo gak mau anjir.. Malah tiap diajak pergi jawabannya gak mau mulu."

"Masa ya? Hahaha."

Apa iya gue berubah banget?

Gue ngerasa... Sama aja.

"Iya. You look happier." Milly berkomentar, bikin gue berhenti ngunyah sebentar.

"Iya ya?" tanya gue lagi mengambang. "Yaaah... Bagus lah."

At least I am not longer that mayat hidup yang biasa orang bilang.

But look happier. Do I?

Maybe ya.

"Lo gak risih punya temen content creator?" Kali ini celetukannya bikin gue ketawa.

"Hahahahaha."

"Dih! Gue serius! Gue aja risih nih sama diri gue sendiri.. Gue lagi nyari healing dari kerjaan, cuma tetep aja ujung-ujungnya liburan begini gue harus bawa endorsean."

"Ya istirahat makanya. Jangan ceramahin orang mulu, tapi diri sendiri sama aja."

"Iya ya.." Milly jadi mikir sendiri sambil nopang dagu sehingga gantian gue yang natap dia lama.

Full of proud feeling.

"Tapi gue seneng liat lo sekarang.." wajah Milly seketika berubah mendengar ucapan tulus gue. "Beneran seneng karena... You can love yourself."

Itu yang paling bikin gue bangga sama Milly.

"Gue seneng karena you can choose yourself first before anything else."

Milly adalah manusia paling realistis yang pernah gue temuin dalam hidup gue.

At the first sight, Milly terlihat persis seperti orang lain di muka bumi ini. Coba buat diterima sama semua orang, pastiin dirinya kelihatan supaya gak ketinggalan, rela lakuin sesuatu cuma demi bahagiain orang lain sekalipun dia gak suka itu... And she looked so happy with it.

LoversationWhere stories live. Discover now