1. Pertemuan dan Perpisahan

Start from the beginning
                                    

"Ugh, lemarinya tinggi sekali."

Suara geseran kursi membuat Osamu menoleh ke asal suara. Ternyata itu adalah perbuatan sang gadis kecil yang mencoba untuk mengambil kotak bento dengan menggunakan kursi sebagai pijakan kaki.

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, gadis kecil itu naik ke atas kursi, lalu mengambil kontak bento milik Osamu yang ada di atas lemari.

"Yeay! Aku berhasil mendapatkan kotak bentomu!"

Untuk kedua kalinya Osamu terpanah sampai kedua pipi gembul merah seperti tomat, sudah pasti ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya.

Gadis kecil itu pun turun dari kursi, lalu memberikan kotak bento kepada Osamu.

"Ini."

Kedua pipi gembul Osamu masih merah, bahkan tangannya sedikit gemetaran hanya menerima kotak bento tersebut.

"A-arigatou."

Sang gadis kecil tersenyum lebar, ia senang bisa membantu.

"Karena kotak bentomu sudah ketemu, aku pergi sekarang, ya."

"Tunggu sebentar!"

Begitu gadis kecil itu berniat untuk meninggalkan kelas, Osamu menghentikannya.

Gadis kecil itu menoleh menatap Osamu, "Ada apa?"

Dengan perasaan gugup, Osamu berusaha mengeluarkan suara. Ia ingin mengetahui nama gadis kecil itu.

"A-ano, aku belum tahu siapa namamu."

"Oh, iya. Kita belum kenalan, ya?"

Osamu menggangguk kecil sebagai jawaban, sedikit menunduk untuk menyembunyikan pipi gembulnya yang masih merah.

"Baiklah, aku akan memberitahu namaku. Tapi, ingat! Kau harus memanggilku senpai!"

"Kenapa aku harus memanggilmu senpai?"

"Karena aku ini kakak kelasmu. Gini-gini aku itu kelas 6, jadi kau harus memanggilku senpai."

Osamu baru tahu kalau gadis kecil yang ada di hadapannya saat ini merupakan kakak kelasnya. Perbedaan tinggi badan mereka berdua memang tidak terlalu jauh, tapi gadis kecil itu lebih tinggi dibandingkan Osamu.

"Apa tidak ada pilihan lain? Aku tidak terbiasa memanggil seseorang dengan sebutan senpai."

Gadis kecil itu berpose mikir. Sebenarnya ia ingin sekali dipanggil dengan sebutan senpai, namun apa boleh buat.

"Hmm ... Bagaimana kalau kau memanggilku 'nee-chan'?"

"Nee-chan?"

Raut wajah Osamu semakin bingung, ini bahkan lebih aneh dibandingkan memanggil dengan sebutan senpai. Mengapa merepotkan sekali hanya ingin mengetahui nama gadis kecil itu saja?

Tak ada pilihan lain, Osamu pun menyetujuinya.

"Baiklah."

Gadis kecil itu tersenyum senang setelah Osamu menuruti keinginannya, "Bagus! Kalau begitu kau bisa memanggilku (Name) nee-chan!"

"(Name) ... nee-chan."

Rasanya aneh sekali bertemu seseorang yang meminta dirinya dipanggil dengan sebutan 'nee-chan', padahal mereka berdua baru pertama kali saling bertemu.

Namun, Osamu sama sekali tidak merasa keberatan. Sebaliknya, ia merasa senang bersamaan dengan perasaan asing yang masih belum diketahui.

"Benar, panggil aku (Name) nee-chan."

Waiting [Miya Osamu x Reader]Where stories live. Discover now