Matthew Tanudjaja (Xu Minghao) harus kembali ke Indonesia untuk menjalankan restoran milik keluarganya setelah berkuliah di Australia. Tidak sengaja ia bertemu kembali dengan mantan pacarnya saat SMA, Dinda Clarissa yang memutuskannya karena uang. K...
Ciuman itu tidak singkat, Dinda ingat dengan jelas bagaimana mereka hanya saling menempelkan bibir, diam dengan dua mata tertutup. Rasanya aneh karena hidung mereka terhimpit, meski begitu Dinda tidak bisa pungkiri betapa menagihkannya debaran yang ia rasa di dada selama mereka berciuman.
"Uyy!! Dinda?"
Dinda mengerjapkan matanya beberapa kali, menghapus kenangan yang bermain di otaknya saat Dafa menepuk bahunya pelan.
"Sorry... ngelamun." Kata Dinda nyengir.
"Ngelamunin apa maneh? Siang-siang ngelamun di toko. Kalau ada maling kumaha?" Tanya Dafa heran, memandang Dinda dengan dahi berkerut.
"Jangan sampailah, Dafa."
"Geus, mau beli gula sekilo." Kata Dafa sambil menyerahkan pecahan uang 100 ribuan kepada Dinda yang langsung mengambilnya tanpa ragu.
"Kasbon bulan kemarin beli Minyak Goreng sama Mie Instan cukup, ya."
"Heh!" Seru Dafa terkejut. "Itu mah nanti aja atuh, Din."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ini ada uangnya! Sekalian ih kamu, teh!" Seru Dinda di dekat rak gula, memandang Dafa dengan nyalang.
"Engke atuh, Ci!" Balas Dafa menahan kesal, tapi Dinda sudah memicingkan mata, kedua telinganya bergetar saat mendengar panggilan sahabatnya itu barusan.
"Ci Ci Ci... uangnya nggak aku balikin, ya!"
~~~
"Kagak waras dah lu, emang." Hardik Manendra pada Matthew yang masih tersenyum seperti orang gila di sisinya.
Sejak kemarin malam, tingkah Matthew jadi aneh. Pria itu suka melamun lalu terkekeh pelan hingga Manendra frustasi melihatnya. Bukannya tidak tahu alasan kegilaan sahabatnya itu, Manendra melihat dengan jelas Matthew dan Dinda berciuman di tempat yang tidak jauh dari mobilnya terparkir, tapi menurutnya tingkah Matthew sudah terlalu berlebihan.
"Hehe... Dinda kangen ama gue, Nen." Kata Matthew sambil memeluk dirinya sendiri di bangku penumpang tepat di samping Manendra yang masih menyetir mobil, membelah jalanan kawasan Cibadak yang masih sepi siang itu.
"Lu udah ngomong berulang kali Matthew. Capek telinga gue!" Seru Manendra gregetan, melirik Matthew yang kembali nyengir memandangnya.
"Sorry, gue seneng banget soalnya hehehe..."
"Seneng boleh, Thew. Tapi inget, lu nggak boleh gegabah! Jangan sampai Mami Papi atau Yona tahu kalau kalian masih berhubungan." Jelas Manendra dengan bijaknya sampai Matthew terdiam setelah menghela napas yang super panjang.
"Iya, tahu."
"Tahu! Tahu! Ini rukonya dimana sih, anj*ng!?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Masih terus, Nen. Sebelah kanan dekat toko plastik A." Kata Matthew yang mood-nya sedikit hancur karena kekesalan Manendra yang bisa ia pahami.
Matthew tahu diri juga, kesenangannya memang sangat berbahaya, tapi ia tidak bisa pungkiri betapa hatinya mengembang setelah pertemuannya dengan Dinda kemarin malam. Ia pun tahu, sekarang dirinya sangat egois, meminta bantuan Manendra untuk kebahagiaannya sendiri.
"Kalau bisa, lu kurang-kurangin ketemuan sama Dinda, Thew. Bandung nggak gede. Gue nggak mau tahu lu kenapa-kenapa karena dia."
"Dia yang bisa kenapa-kenapa karena gue." Matthew mengoreksi dan Manendra mengamini.
"Gue emang belum nemu orang yang bisa bikin gue bulol kayak lu, gue nggak paham kenapa lu jadi kayak orang gila karena perempuan, tapi gue tahu kalau lu udah nekat kayak gini, pilihan lu nggak salah, Thew. Cuma... ya itu please, jaga diri."
Matthew berdehem. "Iya, Nen. Lu tahu juga kan, gue bisa kayak gini di depan lu sama Jay doang?"
"Iyee tahuu." Sahut Manendra keki. "By the way, rukonya yang itu bukan?" Tanyanya menunjuk sebuah ruko berpintu harmonika yang tertutup. Pada pintu ruko itu terdapat sebuah papan putih bertuliskan 'Dijual' dengan sebuah nomor di bawahnya.
"Iya, cocok sama foto yang dikirimin Jay."
"Eh, ini lu serius mau beli hari ini rukonya?" Tanya Manendra sambil memperhatikan ke sekitar ruko, mencari tempat parkir.
"Iya, Nen. Lebih cepat lebih baik, kan?"
Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^