1.

25 5 1
                                    

"Jangan nangis kalo lo nanti di jambakin sama orang gila nya disana."

Haura memasukan beberapa berkas magang nya yang mungkin di perlukan, ke dalam tas ransel nya. "Tenang, gue udah terlatih sama lo kok."

"Sialan. Mending lo pikir pikir lagi deh, ketemu orang gila di jalan aja lo takut, ini malah mau ke markas nya. Bukan nya lo jadi pinter, malah jadi ikutan gila ."

Haura akui, mungkin sekitar 75%  kebanyakan orang masih menganggap Rumah Sakit Jiwa sebagai tempat yang menakutkan. 

Ya jelas, isi nya orang gila semua, dan cukup menyeramkan jika di bayang bayang.

Dan tidak hanya itu, banyak orang beranggapan, yang magang di Rumah Sakit Jiwa, akan tertular sakit jiwa, dalam kata lain "dokter yang kerja di RSJ malah jadi pasien nya." affah iyah?? Jujur, Haura jadi tambah merasa tertantang!

"Ya enggak lah, gila. Lagian gue juga gak sendiri kok, banyak temen-temen gue yang magang di RSJ juga."

"Emang berapa orang yang magang di RSJ?"

"Emm,,, tiga kayak nya."

***

"Silahkan mba Haura, mba Niken, dan mas Gusti. selamat bergabung di Rumah Sakit Jiwa Istimewah ini."

Jantung Haura langsung terjun ke area lambung saat kaki nya baru saja menapaki lantai luar Ruangan Dokter atau yang biasa di sebut Doctor's lounge.

Setelah menerima beberapa penjelasan dari beberapa dokter tentang, peraturan rumah sakit, kinerja perawat dari pasien rawat inap hingga rehabilitasi, dan ciri ciri apa saja gangguan yang biasa pasien alami.

"Gimana, mas dan mba nya mau  langsung keliling dulu atau ada yang mau di tanyakan sebelum kita berkenalan dengan pasien disini?"

Mata Haura melirik ke arah Niken dan Gusti sekilas. Kedua teman Magang Haura ini hanya tersenyum simpul ke arah pak Samsul yang tidak lain adalah perawat juga di RSJ ini.

"Kita langsung keliling aja pak, nanti kita sekalian berkenalan sama pasien disini." Ujar Gusti dengan sopan.

Pak Samsul kembali melempar senyum ke arah ketiga pemuda di depan nya. "Boleh, nanti jika ada yang ingin di tanya kan, tanya aja ya, jangan sungkan."

Tubuh Haura sedikit terjingkat saat tangan Niken mencekal kuat lengan nya. Haura tau, pasti gadis itu tengah ketakutan. Tidak munafik, Haura juga takut ketika tatapan tajam para pasien yang tengah bermain langsung tearah pada mereka yang tengah melakukan orientasi dengan pak Samsul.

"Pak Samsul!!"

Empat pasang kaki itu langsung berhenti ketika ada suara melengking memanggil nama pak Samsul.

"Eehh Angel,,"

Seorang remaja dengan boneka teddybear di tangan, berlari dan langsung menghambur pada pelukan pak Samsul. Oh ya, jangan lupakan wajah putih gadis itu karna bedak yang sangat tebal. 

"Angel udah mandi yah? Cantik banget." Ucap pak Samsul sembari mengusap surai panjang gadis bernama Angel itu.

"Udah dong. Oh iya, pak Samsul sama siapa? Kok rame-rame?"

Tangan pak Samsul kembali mengusap surai Angel perlahan. "Ini pak Samsul lagi sama kakak kakak dokter baru, Angel kenalan dulu sama kakak kakak dokter nya. Ini nama nya kakak Haura, ini kakak Niken dan ini kakak Gusti."

Haura mengulurkan tangan ke arah Angel. "Hallo Angel, aku Haura."

"Hallo kak Haura."

Haura sejak tadi berfikir, tidak ada hal yang aneh pada diri Angel, lalu kenapa gadis semanis dan sehumble Angel berada di tempat seperti ini? Haura pikir, Angel adalah gadis normal ya kan.

"Ya udah, Angel main lagi ya. Pak Samsul mau muter muter dulu sama kakak kakak dokter. Nanti pak Samsul kesini lagi, okey?"

Gadis itu mengangguk nurut dengan ucapan pak Samsul. "Okey dokey!"

"Pak Samsul, maaf jika pertanyaan saya melenceng. Kalau boleh saya tau, kenapa Angel ada disini pak?"

Haura merasakan bahu nya di pukul oleh Niken. Apa yang salah? Haura penasaran, mulut nya gatal sejak mata nya melihat Angel.

Pak Samsul tersenyum sebentar. "Gak apa apa mba Haura, saya malah seneng kalau ada yang peduli sama Angel."

"Emang Angel kenapa pak? Soal nya kita gak lihat ada tanda odgj di diri Angel." Ucapan Gusti, diangguki oleh Haura dan Niken.

"Angel memang anak seperti biasa, dia anak yang normal dan ceria. Dia ada disini karna Angel pernah mengalami kekerasan waktu dia kecil,,, trauma dan akhir nya mental anak itu terganggu. Orang tua nya sendiri yang membawa Angel kesini."

"Angel anak yang pinter kok, dia selalu rajin belajar. Tapi, kelemahan nya cuma satu, ketika rasa trauma itu kembali muncul, dia akan sulit di kendalikan. Angel hanya butuh di sayangi, dan di cintai. Maka nya, kita yang mengerti tentang psikologis, kita juga harus mengerti orang orang seperti Angel."

Dengan kisah Angel Haura jadi tau, tidak melulu orang gila akan menunjukan bahwa dirinya gila. Ternyata ada orang yang sudah sangat hancur namun tetap terlihat baik baik saja, seperti Angel. Wajah ceria itu hanya tipuan.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HauraWhere stories live. Discover now