Benar-benar berisik.

Tapi jika tidak memasang alarm, maka ia akan bangun kesiangan.

Hinata membuka mata bulannya sedikit demi sedikit, tangannya terulur meraih ponsel, pastinya untuk mematikan alarm, kemudian Hinata akan tertidur lagi.

Sudah menjadi kebiasaan di pagi hari.

Setengah jam kemudian alarm kedua berbunyi, jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, kali ini Hinata benar-benar harus bangun dari tidurnya.

Ia akan memaksa dirinya untuk berhenti hanyut dalam dunia mimpi.

Setelah selesai dengan rutinitasnya ketika bangun tidur, kini ia membereskan sedikit kekacauan yang terjadi di dalam kamar kos sepetaknya.

Masih menggunakan baju tidurnya yang berwarna pink, dengan rambut yang dikuncir kuda. Hinata keluar kamar kos dengan membawa sekantung plastik yang berisi sampah.

Hinata menuruni tangga kosnya, menuju halaman terluar bangunan kos, dan membuang sampahnya ditempat sampah.

Hinata tidak menyadari, ada seseorang yang memperhatikan dirinya dari balik kaca mobil mewah yang terparkir di depan bangunan kosnya.

Seseorang itu terus-menerus tersenyum dengan penuh gemas memandang Hinata, setelah menyadari Hinata akan kembali masuk ke dalam kosnya, akhirnya seseorang itu pun keluar dari mobilnya.

"Hinata", seseorang itu memanggil Hinata dengan suara yang lembut.

Hinata menoleh dengan wajah imutnya, mata bulan Hinata kini membola sempurna seperti bulan purnama, mulutnya mengangga.

Hinata tidak percaya dengan pandangannya kali ini, ia terus menerus menatap lelaki tampan yang kini berdiri di depannya.

Lelaki tampan itu memakai pakaian kerja lengkap dengan jas hitamnya.

Terlihat sangat mempesona, sungguh.

Hinata masih mematung di depan lelaki itu. Jiwanya seolah pergi meninggalkan raganya sejenak, lelaki itu tersenyum salah tingkah, sambil memberikan sebuket bunga mawar merah pada Hinata.

Karena Hinata masih terus mematung, akhirnya lelaki itu meraih tangan mungil Hinata, supaya tangan mungil Hinata menerima buket bunga mawar merah darinya.

Lelaki itu pun mencubit pipi Hinata dengan gemas, dan setelahnya langsung pergi meninggalkan Hinata begitu saja dengan menaiki mobil mewahnya.

Waktu sudah berlalu selama 5 menit.

Akhirnya Hinata kembali sadar, ia menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Apa ini ?", Hinata memandang buket bunga mawar merah yang berada ditangannya.

"Neji menemuiku", sambung Hinata.

"Apa dia sudah gila ?, dia datang kemari, dia pasti gila, aku yakin dia pasti sudah gila", Hinata terus menggelengkan kepalanya sampai kakinya melangkah memasuki kamar kosnya.

Hinata memegang detak jantungnya dan mencubit ringan kulit tangannya.

"Ahh sakittt", Hinata mengusap-usap kulit tangannya sambil berpikir.

Suara ponsel merusak acara berpikir Hinata, Hinata mengambil ponselnya, rupanya ia mendapat sebuah pesan.

"Aku tidak akan menyerah Hinata, aku berjanji", pesan dari Neji.

"Ahhhh ... Dia memang sudah gila, apa yang dia harapkan dariku ?, lelaki aneh, tapi dari mana dia bisa tau alamatku ?", Hinata menepuk jidatnya sendiri, ia baru ingat jika semalam ia bertemu dengan seorang lelaki suruhan Neji.

"Apa aku harus pindah kos ?, apa aku harus melarikan diri lagi seperti saat Shikamaru mengejarku ?", Hinata bermonolog lagi.

Kepala Hinata kembali terasa pusing, ia memegang pelipis matanya.

Baiklah, seperti biasa Hinata memilih mengabaikan pesan dari Neji, ia tidak ingin membalasnya.

Sepertinya Neji benar-benar jatuh cinta padanya.

~~🎬~~

Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, Hinata saat ini sudah berada di halte.

Menunggu Ino.

Hinata tidak ingin menyusahkan Ino untuk melewati gang-gang sempit di sekitar kos tempat tinggalnya, jadi sekarang ia disini, duduk manis sambil memandang jalan raya.

Hari ini Hinata tidak berlari, karena ia tepat waktu, sesuai dengan janjinya pada Ino kemarin.

Mobil hitam mewah tiba-tiba berhenti tepat di depan Hinata, tapi Hinata tidak menyadarinya.

Tentu saja, karena ia duduk di halte yang menghadap jalan raya, dan di halte sangat ramai.

Ditambah pula yang ia tunggu juga mobil Ino, jadi jika ada mobil lain yang berhenti tentu saja tidak akan menarik perhatian Hinata.

Sepasang mata biru terus memperhatikan Hinata dari dalam mobil mewahnya.

Setelah 5 menit memperhatikan Hinata, akhirnya pemilik mata biru itu menurunkan kaca mobilnya, "Hinata naiklah".

"Naruto", Hinata terkejut, sungguh.

Mobil mewah itu saat ini berjalan dengan kecepatan standar.

"Aku sengaja menjemputmu, aku ingin mengantarmu", Naruto berucap dengan ekspresi datar.

"Sungguh aku terkejut karena kau yang datang menjemputku", Hinata menoleh sekilas menatap Naruto.

"Aku yang memintanya pada Ino, kau tidak perlu khawatir, kau hanya cukup diam, dan aku akan menemanimu, aku juga ingin mencoba menciptakan ikatan diantara kita berdua, sebelum acara makan malam keluarga hari ini", Naruto masih berucap dengan ekspresi datar.

"Maksudmu supaya kita tidak canggung ?", kali ini Hinata benar-benar menatap Naruto.

"Hem", Naruto mengangguk mantap.

"Aaaa ... begitu, aku mengerti", Hinata tersenyum manis.

"Baiklah, hari ini kau kekasihku, tuan muda Uzumaki Naruto", sambung Hinata masih sambil tersenyum manis.

Naruto kini tersenyum sekilas karena tingkah gemas Hinata.

Hinata menggodanya, dasar gadis kecil.

Kali ini Hinata terlihat bersikap biasa, ia menunjukkan sikap tidak canggungnya pada Naruto.

Profesional.

Naruto kembali menatap Hinata, senyuman manis Hinata masih terlukis di wajah cantiknya, dan senyuman itu sedikit membuat hati Naruto terasa hangat.

Ada apa ini ?.

Waktu pun terus berlalu, dan saat ini mereka sudah sampai di lokasi yang mereka tuju.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Selamat membacaaa 😉

COUPLE (SASUHINA)Where stories live. Discover now