"Tadi paman mu datang." Ucap ibunya.

"Tumben." Komentar si gadis berambut hitam.

"Dia akan menikah minggu depan."

"Yang kedua kali nya?" [Name] meneguk minumannya.

"Bukan, ini keenam-"

"PPPPFFFFTTTT-!! Uhuuk! Hhuuk-!" Gadis itu tersedak setelah mendengar jawaban dari ibu nya. Dia menepuk-nepuk pelan dada nya sendiri, "Yang benar saja?! Keenam? Apa paman sudah gila?!"

"Bukan paman mu yang gila, tapi wanita yang tergila-gila dengan nya. Ibu juga tak mengerti bagaimana bisa memikat para wanita di luar sana, disaat dia itu penggangguran." Geleng si wanita berkepala empat.

[Name] memakan potongan ayam karage, "Apa ibu tidak sadar? Walaupun umur paman sudah tidak muda lagi, tapi wajah serta tubuhnya masih sangat jauh dari kata tua. Orang-orang tidak akan percaya kalau paman berumur 50 tahun, mereka akan mengira dia masih 20 tahunan."

"Maka nya, dia masih bisa berkencan sana sini, aura nya sangat memikat bagi siapapun." Oceh gadis itu sambil melahap nasi dalam mangkuk kecil.

"Lihatlah gadis kecil ibu, kau sebegitunya hafal tentang paman mu. Apa kau juga jatuh cinta terhadap paman mu sendiri?" Celetuk ibu nya.

"Tidak, aku ini hanya cinta uang." Balas [Name] dengan mulut nya yang penuh makanan, "Lagipun, aku tidak ada rencana untuk menikah."

"Nak, kau harus tahu. Kelak di masa tua kau akan kesepian tanpa orang yang dicintai ada di samping mu." Kata ibu nya sebagai nasihat terhadap pemikiran sang anak soal pernikahan.

"Tapi, ayah saja tidak ada disamping ibu. Justru dia bersama wanita lain-"

"[Name]." Tegur si ibu.

"...Maafkan aku." Cicit gadis yang melirik ke arah lain seraya merutuk dirinya sendiri karena sudah kebablasan dalam berbicara hal yang sangat sensitif tersebut.

"Sudahlah, habiskan makanan mu." Suruh ibu nya yang mendorong mangkuk sup miso kearah [Name] sambil mengukir senyuman sangat lembut.

Gadis berkemeja kotak hitam putih ikut tersenyum tipis dan menggigit sumpit nya, "Ngomong-ngomong-"

"Apa ibu akan hadir ke pernikahan paman?" Gadis yang mencepol rambutnya mengubah topik pembicaraan. Netra hitam pekat melihat wanita paruh baya itu menghela nafas dan saling berkontak mata dengan anak nya tersebut.

Ibu [Name] mengangguk, "Tidak enak jika tidak hadir, paman mu juga sudah datang kemari dengan membawa kartu undangan pernikahan nya."

[Name] berdeham agak ragu, "Apa aku harus ikut?"

"Apa ada acara di kampus?"

"Tidak ada."

"Lalu?"

Ini dia kesempatan untuk meminta izin kepada ibu nya untuk menginap di apartemen seorang Itoshi Sae. Mereka sudah janjian bertemu lagi di pertengahan bulan ini, namun [Name] tak kunjung ada kesempatan berbicara langsung kepada sang ibu nya.

Bukan karena mereka sibuk atau jarang berinteraksi dirumah.

Namun, meminta izin kepada orang tua butuh nyali yang sangat besar. Apalagi, notabene nya yang mengajak nya menginap adalah seorang laki-laki. Bukan perempuan.

Ingat, lawan jenis.

Gadis bermanik hitam berdeham, lalu mencoba menjelaskan dengan nada lembut, "Aku mau menginap dirumah teman ku minggu depan, aku tidak bisa menolak nya karena dia butuh bantuan ku dan kami sudah terlanjur buat janji. Aku menginap disana hanya selama tiga hari saja, bu."

72 Hours? || Itoshi SaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang