"Xiao ge!" pekik Wu Xie. Sekali lagi dia menembakkan cahaya.
"Setan itu takut cahaya!"
Zhang Qiling melompat dan berdiri di sampingnya dengan raut wajah kesal. Merasa konyol karena telah dipermainkan mahluk bergaun putih itu.
"Nah, di mana dia sekarang?" suara Wu Xie terdengar bersemangat, seperti anak kecil menemukan permainan baru yang menyenangkan.
"Itu dia!"
Klik! Klik! Klik!
Berkali-kali dia mengarahkan kamera pada mahluk itu, seperti seorang fotografer profesional. Bahkan ia memiringkan tubuh dan kepalanya.
Astaga, Zhang Qiling mengernyit ganas, tapi tak berdaya akan perubahan situasi ini.
"Wu Xie, mahluk itu akan menyerangmu lagi," ia memperingatkan.
"Dia tidak akan berani menghampiriku."
Mahluk itu kini menggeram, asap keabuan mengepul di sekitarnya. Penampakan itu sungguh menakutkan, tapi Wu Xie bersikeras mengambil fotonya.
"Wu Xie .... "
"Tidak apa-apa Xiao ge, jangan khawatir." Dia baru saja menyelesaikan kalimatnya saat mahluk itu melesat padanya, membuat Wu Xie seketika tertegun kaku.
"Uaaah... !!" Ia memekik ngeri.
Marah atas kekurangajaran mahluk sialan itu, Zhang Qiling terpikirkan satu cara terakhir. Dia merangkul Wu Xie dalam gerakan yang tak kalah cepat, menggoreskan belati ke telapak tangannya, darahnya muncrat mengenai wajah mahluk menakutkan itu.
Suara desisan keras naik ke udara disertai kepulan asap. Mahluk itu meraung, serak dan parau. Meronta-meronta dan menggeliat kesakitan sebelum akhirnya terhempas ke lantai. Aroma tengik keluar darinya.
"Ugh, Xiao ge... " Wu Xie tersengal-sengal, tubuhnya menggelosor ke lantai seperti mie basah, lemas dan ketakutan.
"Aku memikirkan trik ini di saat genting," bisik Zhang Qiling, menghela napas dan menghembuskannya dengan kasar. Dia berjongkok di dekat Wu Xie, memegangi bahu kurus pemuda itu.
"Mahluk itu belum musnah. Dia hanya sekarat," desis Wu Xie. "Beri dia minum dengan beberapa tetes darahmu yang hebat itu."
"Kita tetap harus mengirimnya ke tempat dia berasal."
"Tapi ke mana? Ke hatimu?"
Zhang Qiling menatapnya gusar.
Seketika tatapan Wu Xie tertumbuk pada guci yang dia beli dari toko barang antik.
"Itu dia! Ya, tidak salah lagi Xiao ge! Setan sialan itu berasal dari sana!"
ujarnya sambil menjentikkan jari."Kau membuka segelnya?" selidik Zhang Qiling.
"Aku ... entahlah. Sepertinya itu mungkin saja." Untuk mengalihkan tatapan dingin dari Zhang Qiling, Wu Xie menunjuk mahluk wanita bergaun putih itu, memasang reaksi ngeri yang berlebihan.
"Tolonglah, masukkan dia kembali ke dalam guci," bujuknya.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya. Akan lebih mudah jika kita melenyapkannya saja."
"Ya. Lakukan apa pun, mandikan dia dengan darahmu. Aku benar-benar jijik melihatnya."
Wanita bergaun putih itu bergerak lagi, disertai erangan yang membuat siapa pun merinding. Tanpa menunggu lagi, Zhang Qiling melompat dan melemparkan darahnya lagi pada mahluk itu. Raungan keras menggema saat mahluk itu menjelma menjadi asap, menebarkan aroma busuk yang kuat sebelum asap hitam keabuan itu melayang-layang di udara.
![](https://img.wattpad.com/cover/308718253-288-k201338.jpg)
YOU ARE READING
𝐍𝐞𝐜𝐭𝐚𝐫 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞)
Fanfiction𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐬𝐢 𝐤𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐨𝐧𝐞 𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭/𝐭𝐡𝐫𝐞𝐞 𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐠𝐞𝐧𝐫𝐞. 𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐂𝐨𝐥𝐥𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐖𝐫𝐢𝐭𝐭𝐞𝐧 𝐛𝐲 𝐒𝐡𝐞𝐧𝐬𝐡𝐞𝐧_𝟖𝟖 𝐙𝐡𝐚𝐧...
Woman in White Dress (3)
Start from the beginning