"Winter-ah."
Panjang umur.
Winter hafal sekali dengan suara ini dan ia sudah tau seseorang itu tanpa perlu menoleh. Kaki Winter lantas berjalan dengan cepat. Ia ternyata belum siap bertemu dengan orang ini.
Duk
Winter yang berjalan cepat dengan menunduk itu tiba-tiba tertabrak oleh sesuatu di depannya. Bukan sesuatu, melainkan seseorang.
Winter mengusap kepalanya sambil mendongak. Mulutnya terbuka kaget karna Jaeminlah yang berada di depannya. Dan Winter menyadari sesuatu saat matanya turun ke arah persis garis lurus matanya. Dada bidang itu. Kepala Winter ternyata terbentur dada bidang Jaemin.
Tidak, Winter berharap tidak mengulang kalimat barusan. Pipinya sudah merah merona sekarang.
Winter menutup muka dengan kedua tangannya. "Ah, mianhae sunbae, aku tidak melihat."
Winter bergeser, bersiap untuk melangkah. Namun Jaemin mencegatnya. Kembali Winter bergeser, dan tentu saja Jaemin juga masih mencegatnya. Tidak ingin mangsanya ini lepas dari jangkauannya.
Winter yang sadar itu kini berdiam diri. Wajahnya masih ditutup oleh kedua tangannya, ia mengeluh di dalam hati. "Aish eotteokhae!"
Jaemin melihat tingkah Winter itu terkekeh pelan. Jaemin menunduk sedikit, menarik tangan Winter agar tidak menutupi wajahnya.
"Aigo, wajahmu masih memerah," ucap Jaemin sambil tersenyum.
Tentu saja, bagaimana wajah Winter tidak memerah, banyangan semalam saja masih melekat dengan jelas. Apalagi sekarang, ditatap jarak dekat seperti ini oleh Jaemin, apa tidak seperti kepiting rebus wajahnya?
"Sepertinya kau masih mabuk, kau sudah makan sup pengar untuk meredakan mabukmu?"
Ah, ternyata benar. Jaemin memang benar mengantar Winter ke apartementnya. Mana mungkin Jaemin tau semalam Winter mabuk berat. Astaga, rasanya Winter ingin kabur sejauh mungkin.
Winter menggeleng pelan, sangat pelan. Bahkan mungkin Jaemin juga tidak menyadarinya.
"Tentu saja, pasti belum. Aku kenal ibu kantin yang bisa memasak sujebi dengan enak. Kau harus mencobanya. Ayo ikut aku."
Kini, kembali lagi tangan Winter di genggam oleh Jaemin. Rasa sakit itu seketika sirna. Tangan Jaemin memang terlihat kekar, tapi kali ini, genggaman itu terasa hangat. Memang seharusnya rasa ini yang Winter rasakan, bahkan saat dari pertama ia mengenal Jaemin.
"Ahjuma, sujebi hana jusseyo."
Ahjuma yang berada dibelakang counter makanan itu menoleh dan tersenyum melihat Jaemin datang. "Omo, tumben kau memesan sujebi Jaemin-ah? Kau tidak abis minum semalam kan?"
Jaemin terkekeh mendengar ucapan Ahjuma itu. "Aniyo Ahjuma, ini dia habis minum banyak semalam."
Winter melirik Jaemin yang juga meliriknya sambil tersenyum. Melihat itu, Winter lalu membuang mukanya, tidak mau Jaemin melihat wajahnya yang kembali memerah.
"Aigoo~ yeojachingu?" ucap Ahjuma itu sambil berbisik.
Jaemin tersenyum menjawab pertanyaan dari Ahjuma. Ia kini menuntun Winter untuk duduk sambil menunggu pesanannya jadi.
Kini keheningan melanda mereka berdua. Winter sibuk dengan memainkan jemarinya, dan Jaemin sibuk memperhatikan Winter tanpa sedetikpun melepas pandangannya dari gadis itu.
"Kim Minjeong."
Winter mendongak. Ia menyeritkan alisnya "Eotteo-khae?" Winter sejujurnya terkejut karna Jaemin memanggilnya menggunakan nama aslinya. Semenjak ospek kemarin, semua orang memanggilnya dengan Winter. Memang tak banyak yang tahu nama asli Winter, makadari itu Winter sangat terkejut saat Jaemin menyebut nama aslinya.
YOU ARE READING
DIVE INTO YOU
RomanceJAEMIN X WINTER Pertemuan pertama Jaemin, senior di fakultas seni dan tari dengan mahasiswa baru bernama Winter, membuat ia ingin selalu melindungi gadis ini. Bahkan, ia juga meminta seseorang untuk memata-matai Winter agar ia bisa tau kabar dari ga...
Part 14 : Explain
Start from the beginning
