empat puluh tujuh.

Start from the beginning
                                    

"Lin, gue mau beresin kamar bentar ya"

Guanlin menoleh. "Duduk aja sini, yang. Biar bibi nanti yang beresin"

"Gapapa, gue bisa kali"

"Duduk, gue bilang juga, nurut kenapa sih?"

Renjun menghela, memilih mengalah. "Lo tuh jangan banyak gerak, gunanya bibi ya bantuin lo. Kalau apa apa lo kerjain, terus buat apa dong gue ngegaji bibi?" lanjut Guanlin

"Iya iya ih. Ngomel mulu"

"Gak ngomel, gue Cuma—"

"Iya. Gue paham, udah gak usah dilanjut" potong Renjun yang kemudian memberikan satu kecupan di pipi Guanlin agar suaminya itu berhenti mengomel.

Benar saja, tidak lama bibi datang dan langsung mengerjakan pekerjaan rumah yang tadi niatnya Renjun kerjakan. Dan sekitar pukul sepuluh, Guanlin baru saja berangkat ke kantornya. Selang satu jam setengah dari Guanlin berangkat, anak sulungnya sudah kembali pulang dari preschool.

Bocah berusia dua tahun lebih itu terlihat sangat lesu, dan masuk ke rumah sembari menggeret tasnya.

"Anak Papi udah pulang, capek ya sayang?" tanya Renjun sembari mengambil alih tas Ayden

"Dedekna mana?"

"Itu, kakak mau main sama dedek?"

Ayden mengangguk, sedikit berlari hendak menghampiri adiknya. "Eh kak, cuci tangan sama kaki dulu, sama ganti baju"

"Nanti aja pwi"

"Sekarang kakak. Kan kakak baru aja dari luar"

Ayden menghela, ia melepas kaos kakinya. "Bi, tolong bantu Ayden ganti baju sama cuci kaki tangan ya bi"

Bibi yang tengah melipat baju itu pun mengangguk, meninggalkan baju yang tengah ia lipat dan menghampiri Ayden. "Ayo kakak, sama bibi ya" Ayden mengangguk, menggandeng bibi menuju kamarnya.

Tidak lama Ayden sudah kembali dengan pakaian rumahnya, ia berjalan menghampiri Renjun yang tengah memakan buah buahan potong sembari menonton siaran televisi dan adiknya yang berada di matras bayi.

"Hallooo, dedekk" sapa Ayden

"Tuh dek, kakaknya udah pulang tuh" Renjun terkekeh melihat Mingrui yang mengerjap beberapa kali melihat Ayden, "Kakak mau buah? Atau mau susu?"

"Mawu es kim boyeh?"

"Mmmm, kakak tadi udah makan belum?"

"Udah, cama buna nana cama ami"

"Ya udah, boleh makan ice cream kalau gitu. Coba minta tolong ke bibi buat ambilin es krim"

"Oteyyy pwapiii!!"

Ayden berlari menuju bibi yang kini tengah berada di dapur itu. Kurang lebih lima menit berada di dapur, Ayden sudah kembali dengan semangkuk ice cream vanila di tangannya.

"Pwapi mawu?" Tawar Ayden yang di jawab gelengan oleh Renjun.

"Buat kakak aja"

"Dedekna mawu?"

"Dedek belum boleh makan ice cream, sayang"

"Emmm, teyus mam apa?"

Renjun terkekeh. "Dedek cuma minum susu"

"Ndak lapel?"

"Enggak, sayang. Perutnya dedek masih kecil. Jadi cuma bisa susu"

Ayden mengangguk seolah paham. "Pwapaa, pingg pwiss"

"Upin ipin?"

"Iyaa"

Renjun mengganti saluran televisi, membuat Ayden tertawa senang menonton dua tuyul botak kalau kata Guanlin.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now