"Lagi bikin apa Kang? Kok keringetan banget," goda Indah. Memang keringat Om Muh nenetes deras dari badannya, membuatnya nampak sangat gagah.

"Lagi bikin pintu," jawab Om Muh singkat.

"Ohh, kirain lagi bikin anak, ehh," tambah Indah menggoda kembali. Namun itu tak dihiraukan oleh Om Muh. Om Muh sebenarnya malas meladeni Indah. Ia tak suka dengan sikap Indah yang semena-mena, suka menggosip, dan tak tau sopan-santun.

"Ulalaa, bagus bener kang garapannya, jadi pengen digarap juga," goda Indah lagi. Ia tak lagi bisa menahan kegatalannya di depan Om Muh. Ia berjalan menuju arah Om Muh dan berada tepat di depannya. Jarak mereka kini terpisah oleh meja kayu tempat Om Muh membuat pintu.

Om Muh kini memandang Indah, dan pandangannya tertuju pada belahan dadanya. Indah memang sedang mengenakan pakaian seksinya. Bagian atas baju merahnya terlihat turun, sehingga memamerkan belahan dadanya yang putih mulus. Indah sengaja, membuka sedikit outernya sehingga dadanya bisa telihat jelas oleh Om Muh. Kedua puting yang tegak mengacung menghiasi dada bulat merkah itu karena ia tidak mengenakan bra. Itu merupakan pemandangan yang sudah tidak pernah dilihat oleh Om Muh sejak lama. Jakunnya naik turun, matanya fokus menatap belahan dan puting itu. Om Muh mencoba sekuat tenaga untuk menahan diri.

Usaha Indah tidak hanya berhenti sampai disitu, ia bergerak menuju samping Om Muh. Om muh berdiri diam tak bergerak.

"Oh ayolah kang, jangan kaku-kaku udah lama kan?" tanya Indah dengan suara berbisik di telinga Om Muh.

Indah nampaknya sudah kehilangan kewarasannya. Bagaimana tidak, ia terang-terangan menggoda seorang duda di depan rumahnya di sore hari. Untung suasana saat itu sedang sepi.

Tangan kanannya merangkul pundak Om Muh, sedangkan tangan kirinya meraba dada Om Muh. Sentuhan tangan Indah begitu lembut, Om Muh sudah lama tidak pernah merasakan sentuhan ini. Perlahan nafas Om Muh mulai memburu. Ketika tangan Indah mulai memainkan putingnya, Om Muh melenguh.

"Ahhhh," desah Om Muh dengan suara tertahan. Memang, puting menjadi titik lemah dari Om Muh.

Melihat reaksi Om Muh yang tidak menunjukkan penolakan, Indah semakin berani. Kini ia mendaratkan ciuman di lengan Om Muh yang masih dipenuhi keringat. "Gimana Kang? Mau dilanjut?" Bisik Indah di telinga Om Muh. Lidahnya dimainkan ditelinga Om Muh, dan menjilati keringat yang ada di tengkuk Om Muh. Tangannya aktif untuk memilin-milin puting Om Muh. Hal itu membuat pertahanan Om Muh longgar dan sedikit mendesah.

Om Muh mencoba bertahan sekuat hati. "Ngga Indah, ini salah," jawab  Om Muh mencoba melangkah mundur.

Indah kembali mendekat. "Oh ayolah Kang, kamu bilang ngga, tapi ini ga bisa bohong," bisik Indah sambil meremas barang milih Om Muh dari balik celananya. Om Muh tercekat dengan kelakuan Indah.

Memang, barangnya menjadi tegang dengan rangsangan yang diberikan oleh Indah. Ia merasakan tangan Indah, meremas pelan barang miliknya. Hal itu membuatnya semakin memberontak dibalik celananya. Indah nampaknya tak main-main dengan keinginannya.

"Ughhh, gedhe banget, ahhh," desah Indah pelan di telinga Om Muh. Suaranya begitu menggoda ketika mendesah.

Nafas Om Muh mulai memburu, ia tak sanggup menolak rangsangan Indah itu. Nafasnya semakin memburu. Ia menatap tajam wajah Indah, sedangkan Indah menggigit bibir bawahnya menggoda Om Muh.

Tangan Indah kini menggenggam tangan Om Muh. Ia membimbing tangan itu menuju area kewanitaan Indah yang hanya tertutup rok jeans pendek. Diarahkannya tangan kekar Om Muh dibalik rok itu.

Om Muh terkejut karena Indah tidak mengenakan celana dalam. Ia bisa merasakan rambut-rambut halus yang menutupi kewanitaan Indah yang sudah mulai basah. Tangan Indah membantu OM Muh untuk mengusap-usap area itu.

Dika dan Para Suami - New ChapterWhere stories live. Discover now