INTRODUCTION : Snow and Sun

117 22 24
                                    

Seorang gadis terlihat tengah menundukkan kepalanya putus asa atas apa yang telah ia peroleh hari ini. Gadis itu berdiri di atas rooftop rumah sakit siang bolong, dimana matahari bahkan tidak memiliki keberanian untuk menyinari wajahnya yang tertutup rambut panjangnya tersebut. Winter menghembuskan nafasnya beberapa kali hanya untuk melegakan ulu hatinya meskipun hal itu percuma. Ia gagal total tahun ini.

Winter gagal mendapatkan nilai bagus dan di-drop out dari kampusnya, Winter gagal mempertahankan keluarganya, Winter juga gagal menyelamatkan adiknya. Triple kill kalau orang-orang bilang. Winter termenung akan apa saja dosa yang telah dilakukannya selama ini sehingga ia mendapatkan hari-hari yang sangat sial ini. Ia bahkan merasa telah gagal menjadi manusia.

"Mbak, maaf ganggu waktu melamunnya tapi saya boleh minta tolong ga?" Atensi Winter dialihkan oleh lelaki berambut panjang dengan infus yang masih menancap di lengannya.

"Oh, iya, kenapa?" tanya Winter.

"Tolong potongin rambut saya, hehe," kekehnya sembari menyodorkan sebuah gunting pada Winter.

"Boleh, tapi maaf ya saya nanya agak melenceng. Emang boleh pasien rambutnya sepanjang ini?" Winter bertanya seperti itu karena lelaki yang ada di hadapannya ini memiliki rambut yang sama panjang seperti dirinya. Bahkan Winter hampir menduga lelaki ini adalah perempuan jika suaranya tidak berat.

"Justru itu, suster yang nyuruh potong tapi saya ga mau dipotongin dia takutnya kependekan," jelas lelaki itu.

"Oh hahaha, jadi mau segimana?"

"Wolf-cut lucu kali ya?"

"Mas maaf saya gaptek. Wolf-cut tuh yang gimana?"

Jujur, seumur hidup Winter belum pernah menata gaya rambutnya dengan gaya yang beranekaragam seperti salah satu yang diminta oleh laki-laki ini, jangankan menatanya, tau saja tidak.

"Kaya gini, tapi kalau ga bisa ga usah mbak asal jangan dipendekin banget," terangnya setelah memperlihatkan foto gaya rambut yang dimaksudnya.

"Oalaah gitu, bisa deh. Tapi kalau rambut masnya rusak jangan salahin saya ya."

"Hahaha ngga tenang aja. Lagian kalau bentar lagi saya mati juga percuma saya punya rambut kaya gitu."

"Nanti mati cepet beneran saya ketawain loh mas."

"Ga percaya. Adek mbak meninggal juga buktinya mbak nangis, ga ketawa kan?"

Winter terdiam di sela-selanya memotong rambut lelaki itu. Merasa tau bahwa Winter terdiam karena perkataannya tadi, lantas lelaki itu berbalik menghadap Winter dan tersenyum hangat.

"Saya liat mbak keluar dari kamar sebelah saya sambil nangis. Kebetulan kamar adek mbak sebelahan sama saya. Maaf ya saya telat ngenalin dirinya, saya Ben Grimes. Bukan Ben 10 apalagi Ben 7," jelas Ben.

"Saya Winter. Adek saya suka cerita orang di kamar sebelah baik banget suka nengokin adek saya kalau saya ga ada, itu masnya?" tanya Winter.

"Haha iya, saya suka kesepian jadi saya samperin aja. Itung-itung nambah temen. Fyi aja saya ga punya temen apalagi keluarga. Adeknya mbak itu temen pertama saya yang ga peduli sama rambut saya. Temen saya pada ga suka sama saya soalnya rambut saya panjang."

Dunia ini diisi oleh miliaran manusia, namun mau Winter atau pun Ben masih merasa kesepian karena alasan yang berbeda. Winter menjauhi sedangkan Ben dijauhi. Apa yang membuat Ben dijauhi adalah karena lelaki itu memiliki jiwa yang sangat bebas. Ia dibuang oleh keluarganya karena memilih musik dibandingkan bisnis, miris bukan? Kemudian ia dijauhi oleh teman-temannya karena rambut panjangnya, ya, karena hal sepele itu.

Snow White and Her SunshineWhere stories live. Discover now