Seandainya

214 24 0
                                    

Putar lagu diatas
🎶 Seandainya - Vierra🎶

Inspired by BibleBuild New Series Poster

"Pergi."

"Bai-"

"Gw bilang pergi!" Bentak Bible.

"Aku gak berniat apapun. Kamu tau banget dari dulu aku punya cita-cita buat jadi designer di Paris." Ucap Build dengan cemas.

"Yaudah, pergi. No one is stoping you." Ucap Bible lagi dengan dingin sambil membelakangi Build.

"Bai.. jangan gini dong." Build jalan mendekati Bible. Namun, Bible masih enggan membalikan badannya.

"Go and don't ever look back."

"Aku gamau pergi kalo kita harus sampe musuhan kayak gini." Build memeluk Bible dengan erat.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara klakson mobil di luar. Bible dengan paksa melepas pelukan Build dan pergi mengangkat koper Build ke luar. Bible memasukkannya ke dalam mobil dan menutupnya rapat, sedangkan Build memandang Bible dengan raut muka sedih bahkan beberapa tetesan air mata lolos begitu saja.

"Bai.."

"Pergi." Bible masih konsisten dengan sikap dinginnya.

"Can I at least have a hug?"

"You'll get it when you returned"

"Bai.. kamu tau kan aku sayang kamu? Aku beneran gak ada niat nyakitin kamu."

"Just go. Lagian lu packing dan lakuin ini semua gak kabarin gw kan? Berarti emang gw gak sepenting itu bi. Jadi, daripada gw jadi batu sandungan mending lu jalan aja gausah liat belakang."

"Tapi aku gak bermaksud bai. Aku didesak waktu. Aku.." Build tak mampu lagi menahan air matanya.

"Just go bi. Aku gapapa." Bible melembut dan mengusap air mata Build yang turun dengan deras.

"Aku gak bakal pergi." Tiba-tiba Build berubah pikiran.

"You won't do that. Kamu harus pergi." Inilah kenapa sedari awal Bible memilih untuk tidak melembut.

Bible memang terluka saat ia tiba-tiba harus mengetahui perihal rencana kepergiaan pacarnya yang sudah 4 tahun bersamanya ini untuk ke Paris dari orang lain. Walaupun sebelumnya, Bible ada rencana untuk melamarnya. Namun, Bible juga tahu bahwa pergi ke Paris sudah menjadi cita-cita Build sedari awal mereka pacaran, Bible tidak ingin memaksa Build untuk menetap bersamanya.

Bible adalah kelemahan Build dan begitupun sebaliknya. Jadi bersikap keras adalah satu-satunya jalan agar Build tetap pergi dan Bible tidak harus melihat Build bersedih lagi.

"Aku-"

"Aku bilang pergi Build." Bible kembali mengeras dan Build memandangnya dengan muka terkejut. Segitu inginkah Bible untuk mengakhiri semuanya?

Build harus pergi, ia harus bahagia dengan pilihannya walau itu berarti mereka harus mengakhiri semua yang telah mereka bangun.

"Cepet, nanti kamu ketinggalan pesawat." Bible menarik tangan Build untuk masuk ke dalam mobilnya yang sudah menunggunya sedari tadi.

"Airport terminal 3 ya. Langsung jalan aja ya pak." Bible menekankan kata jalan.

"Tunggu! BIBLE!" Bible mengunci pintu itu secara manual langsung menutupnya dan sebelum Build bisa membukanya, mobil sudah melaju cepat.

Dapat terlihat Build memberontak dan berteriak. Sudah ku bilang, Bible adalah kelemahan dirinya.

Bible kini menunduk dan bahunya bergetar. Semuanya yang ia tahan pun meluap, ia terjatuh. Semua telah berakhir. Ia sebenarnya tidak ingin kekasihnya itu untuk pergi tapi semuanya untuk yang terbaik.

"Seandainya kau tahu ku tak ingin kau pergi meninggalkan ku sendiri dengan bayangku." Bible bergumam.

"Seandainya kau tau aku kan selalu cinta
Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini" Ucap Build dengan lirih.

Build kini sudah sampai di airport. Hampa dapat ia rasakan. Ini memang cita-citanya dan dia sudah beberapa kali mengeluh kepada Bible untuk dapat ke Paris. Ia tidak mau menetap dan mempunyai keluarga dulu. Ia ingin bebas, ingin mencapai sesuatu yang sangat ia inginkan.

Tapi.. bukan ini yang ia inginkan. Ia tidak bermaksud merahasiakan ini dari Bible, tidak bermaksud meninggalkan laki-laki yang ia cintai itu, tidak bermaksud untuk mengakhiri semuanya.

"Aku mau ke Paris deh!" Ucap Build sambil mengayunkan tangan Bible.

"Kamu udah bilang itu berkali-kali bi. Nanti kita pergi ya when everything has settled."

"Tapi terlalu lama. Aku maunya secepatnya bai. Aku gamau nikah dan punya keluarga dulu. Aku mau kejar karir trus jadi designer terkenal." Build merengek manja.

"Iya.. secepatnya." Bible tersenyum tulus

Build salah. Biblelah yang selalu membuatnya semangat untuk menjadi seorang designer. Ia yang selalu membuat Build mempunyai harapan untuk ke Paris. Sekarang tanpa Bible, semua rasanya percuma.

Build menatap tiket pesawatnya lalu merobeknya menjadi bagian-bagian kecil. Ia memanggil taksi, ia akan pulang ke rumahnya, pulang kepada Bible.

"Bai!" Teriak Build sambil mencoba memanggil sang pemilik rumah.

"BIBLE!" Build teriak kencang setelah melihat Bible berlumuran darah.

"Bai.. bangun! Bangun! TOLONG!" Build menangis deras sambil mencoba memanggil ambulance.

"Bertahan. Jangan tinggalin aku. Jangan. Aku mohon."

Ambulance datang dan membawa Bible ke rumah sakit. Build terus berdoa agar kekasihnya terus bertahan.

"Aku disini bai. Please bertahan. Aku gak pergi kemana mana. Aku mohon." Ucap Build sambil mengikuti suster yang membawa Bible.

Setelah beberapa jam menunggu di luar. Dokter akhirnya memanggil Build dan puji syukur Bible tidak kenapa-napa hanya harus transfusi darah karena ia kehilangan cukup banyak darah.

Beruntung Build datang tepat waktu saat itu. Ia tidak bisa membayangkan bahwa jika ia benar-benar ke Paris dan ia akan benar-benar kehilangan Bible seutuhnya. Ia akan kehilangan semuanya.

"Bai.." Build kini menangis di samping kasur Bible.

"Aku hampir kehilangan kamu.. maaf." Lalu keheningan menyelimuti mereka hanya beberapa suara tangisan yang mengisinya.

"Ak..aku gapapa.. ma..maaf aku egois" Ucap Bible dengan sangat lirih sambil mengusap kepala Build. Ia baru saja sadar. Build yang terkejut langsung bangkit berdiri dan memeluknya erat seperti takut kehilangan lagi.

"We'll be okay. Aku janji. Semua akan baik-baik aja." Ucap Build dengan yakin dan Bible tersenyum tulus.

- End -

Short Au Based On Songs - BibleBuildWhere stories live. Discover now