01

12 6 0
                                    

"entah kenapa mereka mengejar cinta, padahal sudah jelas tak akan ada yang bisa mencintai mu dengan tulus kecuali diri mu sendiri"

-
-
-
Zaynar

Hari itu ku awali dengan mood yang berantakan

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Hari itu ku awali dengan mood yang berantakan. Bagaimana mungkin tidak berantakan ? Mimpi yang sama terus saja terulang.

Bukan hanya sekali atau dua kali aku mengalaminya. Sudah berbulan - bulan mimpi yang sama terus saja terulang.

Dengan segera aku berjalan ke kamar mandi karena rutinitas bodoh ku akan di mulai.

Ya, aku harus kesekolah pagi ini. Dengan segera aku mandi dan melewati sebuah kaca di wastafel. Ku pandang jelas wajah ku di sana.

'pembunuh', ujarku dalam hati dan tersenyum miris.

Aku tak menyalahkan takdir atas yang menimpa ku saat ini. Mungkin benar kata mereka mungkin aku sang pembunuh gila. Sekali lagi aku membenci sosok di cermin itu sendiri.

Aku bergegas mamakai segaram sekolah dan hoodie hitam milik ku. Selain seragam semua ku selaraskan dengan hitam.

Tak tau kenapa, tapi aku benci dengan warna. Ku tinggalkan kamar ku dengan perasaan malas.

"semangat cuma sampe sore doang", aku berbicara untuk menenangkan diri ku sendiri.

Tak tau sejak kapan dan kenapa. Sekarang aku sangat benci berbasa - basi dengan semua orang. Menurut ku itu sangat munafik dan bodoh. Aku cenderung menghindar dan mudah lelah di keramaian. Sungguh orang aneh macam apa aku ini.

Aku bergegas turun menuju dapur dan mengambil sebotol susu dan roti lapis dari kulkas. Ku dengar di ruang tengah perdebatan dua orang dewasa yang saling menyalahkan. Bahkan tak jarang umpatan kotor bahkan keluar.

"loe harusnya bisa jaga dia sebagai seorang ibu. Loe sibuk terus dan bahkan gak perduli sama keadaan anak dan suami loe. Gue gak kuat lagi lebih baik kita pisah aja", ujar sang pria dengan berapi - api.

"pecundang hina kayak loe ngancem gue ? Ingat lu makan dari keringat siapa. Kalo bukan karena gue, loe udah mati dan jadi gelandangan di luar sana", balas si wanita dengan seringai remeh.

Adu mulut dan argumen terus setiap saat. Tapi menurut ku itu sangat lucu dan menghibur. Dengan seringai kecil aku berjalan dari hadapan mereka berdua.

Spontan saja aku tertawa di hadapan mereka yang sedang beradu argumen.

"cukup hiburannya pagi ini, gue berangkat dulu", ujar ku meninggalkan mereka berdua dengan seringai remeh.

Segera aku mencari motor kesayangan ku. Saat hendak melajukan motor ku, sialnya air bodoh itu lolos turun dari pelupuk mata ku.

"sialan kan udah biasa, kenapa lu malah makin rapuh sih tolol", ujar ku pada diri ku sendiri.

Ku lajukan motor ku hingga gerbang sekolah. Yang benar saja mood ku entah kenapa semakin berantakan saja.

Aku bergegas memasuki kelas sebab bel sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu.

Dengan santai aku memasuki kelas tanpa memperdulikan wanita paruh baya yang berdiri di depan.

Selang beberapa waktu bel tanda pergantian jam berbunyi.

"Zay, kamu ikut saya ke ruang bk", ujarnya sambil berlalu meninggalkan kelas.

Dengan malas aku berjalan mengekorinya hingga ke ruang bk.

"ini kesekian kalinya kamu berulah, ingin jadi apa kamu nanti ha ?", ujarnya dengan nada marah yang hanya ku hadiahi dengan seringai remeh.

"loe nanya itu terus. Gak bosen dengar jawaban gue ? Yaudah fine gue ulang. Gue cuma pengen semua orang mati aja dan gak ganggu hidup gue.", ujar ku kemudian bangkit meninggalkan dia sendiri di ruangan itu.

Bisa ku rasakan emosi yang memuncak darinya dari teriakannya yang menyebut nama ku agar kembali duduk. Namun teriakan itu ku abaikan dan berjalan menuju taman sekolah.

 Namun teriakan itu ku abaikan dan berjalan menuju taman sekolah

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


Tempat favorit ku. Di sini aku bebas mengekspresikan diri ku.

"gak guna amat loe hidup. Mending loe mati aja nyusahin amat hidup loe", ujar ku sambil menampar wajah ku sendiri dengan kuat hingga sudut bibir ku berdarah.

"Tapi gue juga udah berusaha", jawab ku kemudian sambil menangis tersedu - sedu.

"tolol loe berdua", ujar ku lagi tapi penuh dengan seringai aneh menyebalkan.

Atapu buat yang baca
Kasih jejak y

Sang MalamМесто, где живут истории. Откройте их для себя