⚛️Chapter 1⚛️

11K 966 11
                                    

Disebuah taman bunga, musik lembut mengalun memenuhi udara menemani sore hari seorang pemuda yang kini tengah meminum tehnya dengan anggun seraya menikmati pemandangan yang disuguhkan.

Pemuda ini memiliki paras yang rupawan; rambut pendek sehitam tinta, alis yang melengkung sempurna, bulu mata panjang, serta sepasang mata berwarna cokelat yang bersinar dikala cahaya matahari menyinari sebagian dari wajahnya. Bibir tipisnya melengkung indah saat dia mengamati kupu-kupu cantik yang hinggap di bibir cangkir yang ia pegang.

"Anda terlihat senang tuan muda."

Luca Aziel Lawrence terkekeh saat mendengar celetuk gadis pelayannya itu. Anak tunggal Marquess Lawrence ini menatap kepergian kupu-kupu yang terbang menjauh dan menjawab, "Tentu saja."

Lia terpana dengan tawa sang tuan muda, pipi gadis itu memerah dan dia tanpa sadar berkata, "Cantik.."

"Begitukah?" Luca tersenyum, tanpa menunggu gadis pelayan itu menjawab dia melanjutkan, "Bagaimana kabar bibi?"

Lia yang berdiri di belakang tuan muda segera menjawab dengan sigap, "Nyonya Aleth baik-baik saja dan saat ini beliau sedang pergi minum teh dengan bangsawan lain di taman belakang."

"Oh.." Luca menjawab dengan mata malas. Pemuda itu meminum tehnya dan melambaikan tangan, "Pergilah. Aku ingin sendiri."

"Baik tuan muda." Lia menjawab sopan dan pergi dengan patuh.

Hanya ada pemuda itu di taman saat ini. Di temani dengan beberapa kupu-kupu yang berlalu lalang, dia secara perlahan menghela nafas.

Luca saat ini bukanlah Luca. Luca yang kini tengah duduk santai di taman dan meminum teh dengan anggun adalah jiwa seorang pemuda abad ke-21. Pemuda ini entah kenapa bisa terlempar ke dalam novel abad pertengahan, padahal dirinya ingat bahwa dia tertidur di meja belajar dan saat membuka matanya seminggu yang lalu, TADA~ dia pindah...

Dan sialnya, dia berada di tubuh karakter figuran yang penyebab kematiannya adalah karena terkena panah nyasar! Bukankah ini tidak masuk akal?

Luca kembali menghela nafas saat dia mengingat nasib tubuh ini. Yah, karena dia sudah disini, maka tentunya hal mengerikan itu tidak akan terjadi. Dia akan menghilangkan plot tentang kematiannya, selebihnya - asalkan hidupnya aman - yang lain tidak penting.

Dan untuk mencapai kata 'aman' ini, ia harus berurusan dengan ibu tiri pemilik asli.

Nyonya Aleth Gabriel Lawrence adalah istri dari Marquess Lawrence - Victor Evans Lawrance - yaitu ayah Luca. Wanita itu bukan ibu kandung tapi hanya ibu tiri yang menikahi sang Marquess satu tahun yang lalu dan kemudian di bawa ke kediaman utama setelah ibu kandung Luca - Olivia Wilde Lawrence - meninggal enam bulan yang lalu.

Bukan itu saja, Aleth membawa serta putrinya - yang usianya tidak jauh dari Luca - masuk ke dalam silsilah keluarga. Kini wanita itu menyandang gelar Marchioness dan putrinya juga di angkat sebagai putri dari Marquess Lawrence.

Di novel tertulis bahwa wanita itu akan mulai meracuni Luca bahkan mengirimkan pembunuh bayaran untuk membuat Luca meninggal. Ini di lakukan agar posisi pewaris di alihkan kepada putrinya.

Serakah.

Itulah yang dipikirkan Luca saat dia mengingat plot novel.

"Karena aku sudah disini, semuanya akan berubah." Gumam Luca seraya tersenyum.

***

Lembar demi lembar buku di baca Luca. Pemuda tampan bermanik cokelat ini kini tengah berada di perpustakaan yang ada di kediaman Marquess, membaca beberapa buku tentang sihir.

Dunia novel ini bergenre romance-fantasy di abad pertengahan dan sihir ada di dunia ini. Luca menyukai hal baru dan dia sangat penasaran tentang sihir, jadi begitulah, pemuda itu kini menyerbu perpustakaan di kediaman dan membaca semua buku mengenai sihir.

"... Seseorang dinyatakan sudah mempunyai akar sihir saat dirinya berusia delapan tahun." Luca membaca bagian itu sekali lagi dan tatapannya beralih ke arah tangan kirinya.

"Bagaimana cara mengeluarkannya?" Gumam Luca bingung.

Pasalnya novel ini sama sekali tidak menceritakan bagaimana Luca asli mendapatkan akar sihirnya. Novel hanya mendeskripsikan tentang Luca yang secara tidak sengaja terbunuh oleh salah satu pangeran, setelahnya diketahui bahwa pemuda yang terbunuh adalah putra dari seorang Marquess. Tidak terima dengan kematian putranya, Victor memimpin pasukan untuk memberontak dan menyerang kerajaan.

Bisa diketahui bagaimana kelanjutan dari hal ini. Kaisar dibantu dengan putranya memangkas habis pasukan yang dipimpin Victor dan seluruh keluarga Lawrence yang berada di perbatasan hanya dalam dua hari.

Itu menyedihkan.

"Tuan muda makan siang sudah siap. Nyonya Aleth meminta anda untuk pergi ke meja makan." Lia berbicara dengan sopan.

Gadis itu tidak memanggil Aleth dengan sebutan Nyonya Lawrence karena dia tahu betul bahwa tuan mudanya tidak suka mendengarkan itu.

Luca menutup buku yang ia baca. Pemuda itu menggeser tubuhnya menghadap ke samping dan menatap Lia, "Bagaimana caranya mengeluarkan sihir?" Dia mengabaikan apa yang pelayan itu katakan sebelumnya.

"Eh? Anda akhirnya memutuskan untuk belajar sihir tuan muda?" Lia membulatkan matanya kaget kemudian gadis itu tersenyum cerah.

Anak-anak pada usia lima belas sudah mulai mengenali sihir mereka dan beberapa bahkan sudah ada yang bisa menguasai satu atau dua teknik sihir. Tapi tuan mudanya berbeda. Tuan muda belum pernah di uji akar sihirnya dan tuan muda juga tidak pernah berlatih sihir. Sedari kecil tuan mudanya diurus oleh Nyonya Lawrence karena Tuan Lawrence sibuk mengurusi perbatasan, Nyonya Lawrence tidak pernah memaksa putranya untuk melakukan suatu hal yang tidak disukai oleh tuan muda.

Ini hal yang semua pelayan kediaman tahu.

Luca menggaruk tengkuknya, dia berkata sambil tersenyum, "Kurasa aku memang harus mempelajarinya. Akan memalukan jika anak Marquess tidak bisa sihir, 'kan?"

Lia mengangguk semangat, "Saya tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan sihir, tapi saya bisa mencarikan anda beberapa buku tentang itu."

"Kau bisa mencarinya?" Luca bertanya ragu, kemudian menunjuk meja di belakangnya. "Di sini lebih banyak buku tentang militer. Lihatlah, aku hanya menemukan tiga buku setelah mencari selama lebih dari dua jam."

Lia melirik ke arah meja yang ditunjuk tuan mudanya dan terlihat dua buku yang terbuka setengah di baca dan satu buku yang tertutup. Gadis itu menjawab, "Anda tenang saja tuan muda. Saya akan membawanya pada anda sore ini."

"Terima kasih dan maaf sudah merepotkan mu." Luca tersenyum.

"Sudah tugas saya." Lia mengibaskan tangannya, pipi gadis itu memerah. "Makan siang anda--"

"Bawakan saja ke kamarku." Luca memotong. Dia tidak ingin melihat wajah wanita dan putrinya yang entah kenapa ingin sekali ia pukul.

Lia tidak bertanya lagi, dia dengan sopan menjawab 'Baik' kemudian mundur dan pergi dari perpustakaan.

Melihat kepergian gadis itu, Luca kembali mengingat plot novel.

Gadis itu, Lia, adalah seseorang yang secara tidak sengaja bertemu dengan Olivia. Karena merasa kasihan, Olivia mengajaknya kembali ke kediaman Marquess dan menjadikannya sebagai seorang pelayan yang akan merawat putranya. Dia juga memberi nama pada gadis itu, Lia.

Lia adalah pelayan paling setia Luca. Sayangnya gadis itu mati saat dia memakan makanan yang memang sudah di beri racun oleh Aleth yang tadinya ingin membunuh Luca.

"Bahkan makan pun bisa membunuh ku. Hah..."

Luca merapikan buku-bukunya dan berjalan keluar dari perpustakaan dengan buku di pelukannya.

⚜️⚜️⚜️

[BL] Back To Medieval TimesWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu