Bisa-Bisanya Cinta

121 4 0
                                    


*

*

*

Cho Seungyoun turun dari mobil porsche warna merah menyala yang baru saja berhenti di area parkir fakultas. Di belakangnya menyusul dua mobil impor warna biru dan putih yang sama-sama berhenti dan parkir di dekatnya. Pemuda itu melepas kacamata hitamnya lalu menyelipkan tangkainya di kerah baju putihnya. Selagi menunggu tiga rekannya keluar dari mobil, Seungyoun merapikan rambut. Disisir kebelakang dengan telapak tangan. Menyisakan secuil anak rambut di bagian depan—dibentuk seperti poni rambut superman.

Lee Jinhyuk menepuk bahunya, kepala menggelang-geleng heran. Dia tidak habis pikir mengapa sahabatnya yang satu ini suka sekali menghabiskan pomade berkaleng-kaleng hanya untuk menata rambutnya senorak ini. Rambut klimis dengan poni berbentuk ekor babi menggantung. Model rambut ala yakuza. Setidaknya itu yang dipikirkan Jinhyuk—yang selera fashionnya bertolak belakang dengan Seungyoun. Ketimbang, ketiga temannya, dia yang paling melek soal fashion. Sebab, keluarganya menjalankan bisnis yang berkaitan dengan mode.

Jumpermu kenapa tidak kau kenakan?” Ini Han Seungwoo yang bertanya. Pria dengan wajah paling tampan dan hidung paling sempurna itu berdiri di sebelah Jinhyuk. Mengangkat satu alisnya ketika Seungyoun menyampirkan satu lengan jumper ke pundak dan lengan lainnya dipinggang lalu diikat di depan dada.

“Kau tidak lihat ini sudah kukenakan?”

Maksud Seungwoo bukan seperti itu, tapi ya sudah. Seungyoun memang penyuka style yang aneh-aneh.

“Biarkan saja dia berbuat sesuka hatinya.” Hangyul menimpali. Pemuda bermarga Lee tersebut menepuk lengan Seungyoun—berupaya mendapatkan atensinya. Saat seluruh perhatian Seungyoun mengarah padanya, Hangyul menyeringai,”Kau mau pamer otot? Lengan tanganmu masih belum ada apa-apanya dengan milikku.”

Seungyoun mendelik. “Bicara sekali lagi kupatahkan hidung bollywood-mu.”

“Hei, sudah. Ayo masuk.” Jinhyuk melerai keduanya. Bahu Seungyoun didorong, dijauhkannya dari Hangyul. Sementar Seungwoo merangkul Hangyul dan menepuk pundak sahabatnya dua kali.

Mereka disambut meriah oleh mahasiswi seperti hari-hari sebelumnya. Mendapat teriakan histeris dan ucapan-ucapan memuja. Setiap langkah yang mereka ayunkan seolah diiringi lagu Sesange serojilo i love you, neol saranghandago seperti di drama-drama comedy-romantic.

Kadang ada beberapa yang dengan lancang menyentuh mereka. Namun, biasanya nyali mereka akan menciut lebih dulu ketika Han Seungwoo melirik tajam seolah berkata jangan-melewati-batas.

Nama mereka disebut, dielu-elukan layaknya selebritis papan atas. Diantara keempatnya, Seungyoun yang paling terkenal karena kekayaan yang dimiliki keluarganya. Menempati urutan kedua, Han Seungwoo juga tidak kalah populer, ditambah lagi dia seorang mahasiswa kedokteran. Hampir semua perempuan rela bersakit-sakitan jika dokternya setampan Han Seungwoo.

Seungyoun mengangkat dagunya, membusungkan dada, melangkahkan tungkai dengan gagah. Kedua telapak tangan tenggelam dalam saku celana. Dia hampir berbelok setelah melewati lobi akan tetapi seseorang yang tidak dia kenal tiba-tiba menerobos—membelah kerumunan, terbawa arus dan menumpahkan minuman.

Kejadian itu bagai slowmotion. Semua berjalan dengan sangat lambat. Bahkan saat cairan berwarna kuning itu melayang di udara, waktu serasa berhenti berputar.

Semua orang membeliak dengan mulut yang menganga lebar dan wajah pucat pasi.

“Bajingan!” Umpatan keras menggema. Kedua tangan terangkat kaku di sisi badan. Seungyoun melempar tatapan nyalang pada sosok berbadan kecil yang barusan menyiramnya. “Sudah bosan hidup rupanya?”

Bisa-Bisanya CintaWhere stories live. Discover now