Episode 14

5 0 0
                                    

🍂 Hilangnya Kesucian Sania

Tidak jauh berbeda dengan rencana jahat Alya, di negara berbeda tepatnya di Negara Belanda.

Terlihat di dalam apartemen, ada sepasang pria dan wanita tanpa busana berada di atas ranjang. Sang wanita terus saja menangis, dan tidak berhenti memberikan pukulan kecil pada sang pria.

Ya, sesuai rencana Devan yang tidak lain kekasih gelap Sania telah mengambil kesucian Sania. Ia telah berhasil melakukan niatnya untuk menodai Sania, dengan cara memberikan obat perangsang pada Sania terlebih dahulu.

"Kamu jahat, Devan! Jahat sekali, hiks, hiks," Sania terus saja menangis, ketika ia telah sadar, dan terbangun dari tidurnya ia telah dalam kondisi tanpa busana.

Kemudian saat ia melihat di bagian bawah, ada bercak merah. Intinya juga merasakan sakit, ia mengerti satu hal jika sang kekasih telah mengambil kesuciannya yang selama ini ia jaga. Karena ia berharap hanya suaminya yang akan mengambilnya, tapi nyatanya Devan telah mengambil yang selama ini ia jaga.

"Maafkan aku, Sayang. Aku semalam khilaf, dan kamu duluan yang terus menggodaku. Apa kamu tidak ingat, saat kamu sendiri yang menciumku dengan penuh hasrat."

''Bahkan kamu juga yang melepaskan pakaianmu sendiri, bukan aku. Aku tidak mungkin melakukan hal yang tidak kamu sukai, Sayang."

"Apa selama ini aku pernah melakukan hal tidak senonoh padamu. Tidak 'kan? Aku selalu menjagamu. Hanya kecupan di bibir, dan itu pun tidak lebih, karena aku tahu kamu pasti marah jika sengaja aku melakukannya," bohong Devan.

'Benar yang dikatakan Devan, selama ini dia tidak pernah berbuat hal seperti yang ia katakan tadi. Selain ciuman, lainnya dia tidak pernah melakukannya.'

'Apa benar, aku sendiri yang merayu Devan? Lalu aku yang meminta Devan untuk menyentuhku, kenapa aku bisa lepas kendali seperti semalam?' kesal Sania pada dirinya sendiri.

'Ya, bisa saja memang aku yang menginginkan duluan, dan Devan yang menuruti kemauanku.'

'Ya, bisa jadi seperti itu. Karena pengaruh minuman keras yang semalam kuminum,' batin Sania terus mengaitkan kejadian semalam, dengan apa yang terjadi sekarang. Ia pun mulai merasa bersalah, dan tidak lama ia meminta maaf pada Devan.

''Maafkan aku, Devan. Mungkin itu semua salahku. Karena semalam aku minum alkohol terlalu banyak, dan aku tidak sadar dengan apa yang terjadi. Aku pun bersikap tidak normal,' sesal Sania, seraya memandang Devan terselip perasaan bersalah ketika ia telah menuduh Devan tanpa alasan.

Namun, Sania tidak tahu. Apa yang dikatakan Devan tadi semua adalah kebohongan. Padahal dia sendiri yang sudah merencanakan semua sedari awal, agar dia bisa mengambil kesucian Sania.

'Yes, akhirnya kebohonganku tidak diketahui Sania,' batin Devan senang.

"Tidak apa-apa, aku mengerti dengan apa yang kamu rasakan Sania. Kamu memang pantas marah padaku, karena memang benar aku yang menodaimu."

"Sungguh kamu boleh memukulku, atau bahkan membuhnuhku. Sebab itu pantas aku dapatkan, aku tidak akan menghentikanmu jika kamu melakukannya," lagi-lagi Devan menutupi kesalahannya, dengan sebuah kebohongan.

''Ssttt ... jangan berbicara kematian, karena aku tidak mau kehilangan dirimu Devan. Aku mencintaimu, jika tidak saat ini. Mungkin saat kita menikah, kamu juga yang mengambilnya,'' Sania mencoba menenangkan hati Devan, meskipun ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi pada kehidupnya nanti.

"Terima kasih, Sania. Sungguh kamu wanita yang baik, dan aku beruntung takdir mempertemukan kita," ucap Devan dengan langsung memeluk tubuh polos itu, yang hanya terhalang selimut di tubuh Sania.

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang