(53) Email: Jakarta - New York

Start from the beginning
                                    

______________________________________

Life is full the sweet mistakes
(Hidup ini penuh dengan kesalahan manis)

And love's an honest one to make
(Dan cinta itu jujur)

Time leaves no fruit on the tree
(Waktu tidak meninggalkan buah di pohon)

But you're gonna live forever in me
(Tapi, kau akan hidup selamanya dalam diriku)

I guarantee, it's just meant to be
(Saya jamin itu yang akan terjadi)

(John Mayer – You're Gonna Live Forever in Me)

Derap langkah kaki Andin terdengar sayup-sayup melewati sebuah koridor kantor. Dengan sebuah senyuman yang terukir indah, gadis itu melangkah dengan pasti dan percaya diri terhadap hari yang akan ia lalui. Ia memberikan senyuman manis dan sebuah anggukan pada setiap orang yang berpapasan dengannya.

Setibanya ia di meja kerja yang menjadi tujuan, Andin melihat ke jam tangannya yang baru menunjukkan pukul 9 pagi. Hari ini kemungkinan besar ia akan menghabiskan waktu di kantor. Ia tidak memiliki jadwal kuliah dan sudah meminta izin kepada Daniel untuk tidak datang ke Coffeshop. Hari ini ia ingin menuntaskan semua pekerjaannya yang tersisa. Sebab hari ini adalah hari terakhirnya bertugas di kantor milik Darwin tersebut.

Sejak kepergian kekasihnya Senin lalu, ia baru bisa berkomunikasi langsung dengan pria itu satu kali melalui video call, sisanya mereka hanya bisa saling berkabar via e-mail. Hal itu sempat membuat dirinya meradang, menyadari betapa penuhnya kesibukan kekasihnya di sana. Namun ia tidak ingin sifat kekanak-kanakannya itu menguasai dirinya.

Di meja kerjanya, ia membuka laptopnya, masuk ke akun email, lalu perlahan membaca ulang beberapa pesan dari kekasihnya lagi, setelah sebelumnya sudah berkali-kali membacanya. Andin membuka salah satu email yang pertama kali Aldebaran kirim untuknya sehari setelah ia tiba di New York.

[ Hai, Andin. Selamat pagi. Walaupun disini baru menjelang malam. Tapi sepertinya malam ini akan terasa sangat panjang, karena disini ternyata sudah memasuki musim dingin.

Apa kabar? Saya harap kamu selalu sehat dan menjalani setiap harinya dengan tersenyum. Meskipun saya akan merasa iri dengan orang-orang disana yang bisa dengan mudah melihat senyuman kamu.

Maaf ya, saya baru bisa mengabari sekarang dan hanya melalui email. Begitu saya tiba kemarin, banyak hal yang langsung harus saya urus. Selain itu, perbedaan waktu antara Jakarta – New York membuat saya harus berpikir berkali-kali untuk menghubungi kalian disana. Saya tidak mau mengganggu waktu sibuk dan rehat kalian.

Oiya, kemarin papa mengirimiku beberapa foto kalian saat sarapan bersama. Kau tahu Andin? Saya bahagia sekali melihatnya. Saya senang melihat perempuan yang saya cintai begitu disayangi oleh orang-orang terdekat saya, terlebih itu adalah mama dan papa. Walaupun sebenarnya saya sedikit iri karena papa dan mama lebih dulu mencicipi sarapan pagi yang kamu buat daripada saya.

Di email yang papa kirim, dia seperti puas sekali mengejek saya, hehe. Tapi tidak apa-apa. Toh, kalau kita sudah menikah nanti saya bisa setiap hari mencicipi sarapan yang kamu buat. Saya janji akan selalu memujinya, sekalipun mungkin sesekali rasanya akan tidak enak.

Andin, kamu tahu? Saya masih amat merasa bahagia mengingat kamu yang sudah menerima lamaran saya. Saya menjadi sangat bersemangat menghadapi hari-hari saya ke depan. Bagaimana dengan perasaanmu? Apa kamu merasakan bahagia yang sama seperti saya?

Saya akan berusaha sungguh-sungguh selama disini, supaya saya bisa lekas pulang. Untuk itu, kamu disana berusaha yang terbaik juga, ya. Selalu bersemangat untuk kelulusan kamu yang sudah ada di depan mata. Karena saya tidak ada disana, saya akan meminta mama, papa, Roy, dan Tommy untuk membantu kamu saat kamu perlu bantuan, termasuk mereka akan membantu kita untuk mempersiapkan segala keperluan pernikahan nanti.

Forever AfterWhere stories live. Discover now