Calliandra

34 1 0
                                    


An OhmNanon Alternative Universe Fanfiction

Written for OhmNon Fic Fest 2022

Prompter: universmol

Beta reader: blueming 

Cw//angst, character death, original character

Tw//mental health issue (PTSD, depression, hallucination, suicide attempt), talking about death/dead body

.

.

The crux of funeral services is keeping families moving in the right direction.

.

.

Dering khas alarm radio memecah kesunyian di pagi hari.

Sosok yang tenggelam di dalam balutan selimut abu muda itu terpantau tidak bergerak sedikit pun dari tidurnya. Setelah hampir 10 menit berlalu, kini alarm ponselnya yang berbunyi. Kali ini, akhirnya ia menggeliat.

[Fri 29/07/2022, 06:11 AM]

Samar-samar, ia dengar sebuah suara yang amat ia kenal menyebutkan 'sarapan' dan 'telur dadar', membuat pemilik rambut hitam acak-acakan itu tersenyum. Ia baru ingat janjinya menyiapkan sarapan nasi telur dadar untuk suaminya, menu sarapan kesukaan si tersayang, hari ini.

Ia harus bangun.

Dengan pikiran tersebut, ia menyibak selimut, memakai sandal rumahnya, dan segera menuju dapur.

"Pagi, Nanon!"

"Pagi, Bu Namtan!"

"Sudah sarapan? Mau jeruk?" Wanita paruh baya yang cantik itu menawarkan sambil menunjukkan tas belanjaannya, seperti habis dari pasar. Nanon mengulum senyum sopan dan menggelengkan kepalanya.

"Sudah, Bu, pakai telur dadar tadi. Terima kasih tawarannya."

"Oke, hati-hati di jalan, ya!"

Jam menunjukkan hampir pukul sembilan. Ia harus mempercepat langkah untuk bisa mengejar busnya. Sepanjang jalan menuju halte, Nanon menyapa beberapa orang yang ia kenal. Paginya selalu dihias dengan sapaan dan senyum ramah.

Nanon suka kota ini. Ia baru pindah sekitar enam bulan, tapi orang-orangnya sangat ramah dan menerima kehadirannya dengan baik. Meski sebagian besar tetangganya adalah paruh baya yang ditinggal anak-anak mereka merantau ke kota besar.

Kota Lama, kota kecil di bagian selatan. Tidak ada yang spesial dari kota ini. Hanya saja, untuk ukuran kota yang dekat dengan pelabuhan, tempat ini sering diselimuti awan mendung. Setengah tahun berada di sini, ia seperti merasakan musim gugur sepanjang waktu.

Ah, cuma perasaan kamu saja, beberapa warga setempat menjawab saat Nanon iseng bertanya. Jadi, sekarang Nanon sudah tidak memikirkan hal itu lagi.

Bus yang kini ditumpanginya mulai penuh. Tempat kerjanya, sebuah rumah duka di sebelah gereja paling besar di kota memang berada di pusat kota sehingga banyak dilewati jalur transportasi.

Hari ini sedikit lebih cerah dari biasanya. Sinar matahari menembus lapisan kelabu yang biasanya menggantung di langit.

Nanon merasa hari ini akan jadi hari yang baik.

"Pagi, Nanon."

"Pagi, Kak Jimmy," Nanon langsung membuka parka khaki yang dipakainya dan menggantungnya di balik pintu ruang kerja yang baru ia masuki. "Udah sarapan, Kak?"

CalliandraWhere stories live. Discover now