The last chapter

99 15 0
                                    

“Kalian sedang apa di sini?” Yeonjun bertanya di sela-sela aktivitas makannya.

“Sudahlah. Makan dulu. Ceritanya panjang.” Beomgyu yang menjawab selagi mulutnya sedikit penuh. Soobin mendelik heran. Kalau cerita Beomgyu panjang, apalagi cerita Soobin yang dikejar-kejar orang tidak dikenal dan mencurigakan kemudian nyasar ke kuburan dan menyaksikan makhluk astral melayang-layang?

Ngomong-ngomong soal sosok misterius. Tiba-tiba dari kejauhan Soobin melihat sosok lelaki misterius yang tadi mengejarnya. Ia terkejut, dan langsung meletakkan ayamnya di atas api unggun kembali. Bodo amat lah kalau sampai jadi terlalu matang atau bahkan gosong sekalipun.

“Hei! Ada apa Choi Soobin?” sewot Beomgyu yang makanannya baru direbut. Soobin menarik tangan Beomgyu, dan membawa anak laki-laki itu menghampiri Taehyun dan Yeonjun. Dan karena terlalu syok, Beomgyu tidak kepikiran untuk berontak sedikitpun. Sementara tangan kiri Soobin mencengkeram pergelangan tangan kanan Beomgyu, tangan kanannya merebut ayam yang sedang dinikmati Taehyun dan Yeonjun seraya meletakkannya di atas api unggun. Taehyun dan Yeonjun hanya bengong melihat tingkah aneh Soobin.

“Ssst. Lihat lelaki itu. Tadi dia mengejarku. Ia yang menyebabkan aku lari ke sini.” Soobin berbisik agak keras pada mereka bertiga. Mereka menoleh ke arah laki-laki yang dimaksud Soobin.

“Ayo, kita harus segera sembunyi.” Ajakan Soobin yang menjurus pada perintah. Lalu membawa mereka bertiga ke balik semak-semak. Dan mereka begitu saja patuh pada Soobin.

Sementara si misterius itu berjalan ke arah api unggun, mereka bertiga berjongkok dan mengintip dari balik semak-semak.

“Ke mana mereka?” ujar lelaki itu, clingak-clinguk mencari orang. Ia melepas kacamata hitamnya dan sedikit memelorotkan turtle neck yang menutupi mulutnya.

“APA?!” Soobin terkejut ketika melihat wajah lelaki itu. Soobin segera berdiri dan berjalan cepat menghampirinya.

Ternyata lelaki itu bukanlah orang asing. Itu adalah Kai, teman sekolahnya.

“Ternyata kau, Huening Kai!” Ia mencekik leher Kai.

Yang dicekik tentu tidak akan mengeluarkan reaksi lain selain terbatuk-batuk, karena kehabisan napas, “Lepaskan! Akh—”

Sisa tiga teman lainnya mendengus. Mereka bangkit dan keluar dari persembunyian. Menghampiri Soobin dan Kai.

Soobin akhirnya melepaskan tangannya dari leher Kai. Yang mencekik, ekspresinya antara menyeringai dan kesal. Sementara Kai yang dicekik anatara bingung dan kau tahu ekspresi ikan yang terdampar di daratan? Ya. Seperti itu.

Kai sekali lagi terbatuk sebelum memprotes, “Hah! Kau gila Choi Soobin! Kau tidak bisa berbuat seperti itu!”

“Kau yang gila! Tadi kau mengejarku. Kukira siapa. Itu membuatku sangat takut!” Soobin tidak peduli kalau ia mengeluarkan kalimat barusan dengan suara melengking nyaris mirip anak gadis. Ia hampir mati ketakutan atau mati dirasuki hantu atau kedua-duanya. Ia akan menyimpan dendam pada manusia satu ini selama beberapa lama.

“Aku hanya ingin mengerjaimu saja. Kau tidak perlu balas dendam padaku sampai segitunya.”

“Menyebalkan. Itu sama sekali tidak lucu.”

“Sudahlah. Ayo kita makan lagi. Kai, ayo bergabung bersama kami,” tawar Taehyun.

“Tidak boleh. Tidak ada jatah untuknya.” Soobin masih menunjukkan salah satu emosi buruknya yang disebut ngambek. Ala ala gadis pra-menstruasi.

Kai menundukkan kepala. Berekspresi seperti anak anjing yang baru saja dibuang dalam kardus oleh pemiliknya.

“Tidak, Kai, kau boleh makan ini berdua dengan Yeonjun. Aku sudah kenyang,” ujar Taehyun, sangat, sangat, sangat, munafik. Membuat image yang baru. Bukan si rakus seperti yang dikatakan Beomgyu tadi. Lagi pula rakusnya Taehyun itu tidak negatif. Ia banyak makan, tapi ia selalu berbagi.

C L U E • yeonbin ✔Where stories live. Discover now