(48) Membuka Rahasia

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Di depan ada Roy. Dia bilang mau ketemu kamu."

"Roy?" Andin mengernyit, heran.

"Iya, sayang. Tapi kalau kamu masih pusing, biar mama sampaikan ke Roy kalau kamu belum bisa."

"Nggak, Ma. Aku nggak papa, kok. Biar aku keluar nemuin Roy."

"Kamu yakin?" Andin tersenyum, mengangguk.

Pintu rumah itu kembali terbuka, membuat Roy yang sedang menyesap minumannya yang sudah disediakan, dengan cepat bangkit dari duduknya. Andin keluar dengan pandangan datar, melihat Roy yang berdiri di hadapannya.

"Ada apa?" Tanya Andin, sambil menutup pintu tersebut.

"Ada yang mau gue bicarakan." Ungkap Roy, serius. Andin berjalan pelan ke sudut teras, sedikit menjauh dari posisi Roy.

"Soal Mas Al?" Tebak Andin. Roy hanya bisa menatap punggung perempuan itu dengan dingin.

"Bagus, kalau lo sudah tahu maksud kedatangan gue kesini."

"Lo juga mau maksa gue?" Andin berbalik, kembali menghadap Roy. Pria itu tertawa pelan, seakan sedang mengejek.

"Lo nggak capek nyiksa diri lo sendiri? Lihat lo sekarang, pucat, kayak nggak ada semangat hidup." Ejek Roy, sarkas. Andin terlihat marah dari tatapannya.

"Kenapa? Lo mau marah? Bener kan apa yang gue bilang? Lo mengambil keputusan yang ternyata menyiksa diri lo sendiri." Andin mencoba mengontrol emosinya.

"Kalau lo kesini hanya untuk memaki gue, mending lo pulang aja. Gue mau istirahat." Ucap Andin.

"Bisa lo istirahat?" Tanya Roy, mencegah Andin yang baru saja akan melangkah pergi.

"Lo mau sampai kapan terjebak sama bayang-bayang masa lalu lo itu? Apa lo nggak mau bangkit dan menata masa depan lo menjadi lebih baik?"

"Lo pikir yang gue lakukan selama ini apa, Roy? Gue sedang susah payah berusaha bangkit, tapi laki-laki itu datang lagi ke hidup gue. Dan itu semua atas campur tangan kakak lo." Sahut Andin, balik bertanya.

"Lo pikir mudah buat gue bisa nerima?" Andin bertanya, menuntut dengan emosi yang berusaha ia kendalikan.

"Oke, gue bisa mengerti perasaan lo. Tapi kenapa lo nggak mencoba melihat dari sisi yang lain? Lo pernah tanya nggak ke Al kenapa dia melakukan hal itu?" Sahut Roy membuat Andin tertegun dalam diamnya.

"Nggak, kan?"

"Gue tahu selama ini hidup lo tidak berjalan dengan baik. Gue tahu latar belakang keluarga lo seperti apa. Tapi lo juga harus ingat, yang merasakan kesulitan hidup bukan cuma lo. Lo bukan satu-satunya orang yang menderita di bumi ini, Ndin." Cerca Roy membuat Andin menatap pria itu, sengit.

"Yang pernah merasakan kehilangan bukan hanya lo. Lo nggak pernah tahu kan, kesulitan seperti apa yang pernah dilalui sama Al sampai dia bisa berada di titik sekarang?"

Perkataan Roy kembali membuat Andin bungkam dengan kening yang mengernyit. Apa maksud Roy? Kesulitan hidup seperti apa yang dia maksud?

"Maksud lo apa?" Andin bertanya dengan bingung. Roy menghela nafasnya. Tiba-tiba ia kembali menjadi ragu, namun ia sudah terlanjur membuka prolog tersebut.

"Roy, lo kalau mau ngomong, ngomong sekarang! Apa maksud lo?" Desak Andin.

"Seharusnya gue merahasiakan ini dari lo, sesuai permintaan Al. Tapi sepertinya gue nggak bisa. Lo harus tahu ini." Ujar Roy.

"Yaudah, lo katakan sekarang. Rahasia apa? Apa yang gue nggak tahu soal Mas Al, apa?!" Andin mendekat pada Roy dengan marah.

Matanya mulai memerah. Sepertinya gadis itu memiliki firasat yang tidak baik dengan rahasia yang akan diceritakan Roy mengenai Aldebaran. Tetapi ia sangat ingin mendengarnya. Apakah itu adalah jawaban dari segala rasa penasarannya terhadap Aldebaran selama ini? Roy menatap Andin lamat-lamat, kemudian menghela nafasnya dalam-dalam.

Forever AfterNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ