Bab 52

42 9 1
                                    

"Apa kabar?"

Aku mengangguk pelan. Kwanach tampaknya berusaha untuk tidak mencolok, tetapi dia tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan kemurungan yang langsung menodai matanya.

Wajah yang menyakitkan, seperti binatang buas yang ditinggalkan. Pangkal mulutnya terkulai, dan rahangnya yang tegang sedikit tersentak.

"Kau bilang tidak apa-apa bagiku untuk membencimu. Pembohong.'

Bagian yang lebih lucu adalah aku, yang hatinya mulai sakit begitu melihat wajah Kwanach seperti itu.

Meskipun itu tepat setelah kami memastikan perasaan kami satu sama lain, hubungan kami menjadi agak tidak selaras dan sedikit demi sedikit terpelintir. Akan lebih mudah jika aku benar-benar membenci Kwanach karena usahanya yang terlalu protektif untuk mengurungku.

Tapi aku tidak membencinya.

Apa pun yang kulakukan, aku tidak bisa membenci Kwanach. Saya hanya bingung dengan emosi ambivalen.

Kwanach duduk dengan satu lutut di samping tempat tidur dan menatapku. Mata gelapnya bersinar dengan berbagai emosi.

Tangannya yang besar menggeliat sesekali. Dia ingin menyentuhku, tapi dia sepertinya menahan diri.

'Apa yang sebenarnya kita lakukan satu sama lain .....'

Aku menghela nafas panjang. Kwanach memperhatikanku dengan cermat.

"Apakah tubuhmu baik-baik saja?"

"…… Tidak."

Alis tebal Kwanach bergetar. Matanya berkilat karena khawatir.

"Haruskah aku segera memanggil dokter?"

“Tidak, aku tidak sakit. Aku hanya frustrasi memikirkan tinggal di dalam. Aku ingin jalan-jalan dan menghirup udara segar.”

“…….”

"Tapi kamu tidak membiarkanku keluar."

"Kamu tidak dalam kondisi apa pun untuk berjalan."

"Aku bisa berjalan sekarang."

Kwanach tampak berkonflik sejenak, lalu berkata sambil menghela napas panjang.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar di taman bersama?"

"Apakah kamu tidak sibuk?"

“Aku punya waktu untukmu. Dan aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendiri.”

Aku tidak percaya dia bahkan tidak membiarkanku pergi sendirian ke taman rumah kaca di istana kekaisaran, yang telah dilindungi secara menyeluruh seperti penjara.

Kwanach sepertinya berpikir bahwa dia harus menemaniku jika aku ingin meninggalkan kamar tidur yang damai seperti penjara ini. Bagaimanapun, senang bisa keluar dari kamar tidur untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama.

"Ya. Ayo jalan-jalan bersama.”

Aku mengangguk, dan Kwanach tersenyum lembut untuk pertama kalinya dalam beberapa hari.

(End) Political Marriage With a friendly enemy Where stories live. Discover now