(45) Hujan dan Airmata

Mulai dari awal
                                    

Atau berdarah untukmu

Apapun itu asal kau mencoba menerimaku

Dan kamu hanya perlu terima

Dan tak harus memahami

Dan tak harus berpikir

Hanya perlu mengerti, aku bernapas untukmu

Jadi tetaplah disini, Dan mulai menerimaku

(Momo Feat. Noah – Cobalah Mengerti)

Ia meraih benda mungil yang terletak pada nakas di samping tempat tidur itu. Sebuah benda bertekstur kenyal seperti squishy yang berwarna hijau berpadu dengan ungu dengan bentuk menyerupai sebuah karakter kartun bernama barney.

Setelah memandangi benda itu beberapa saat, ia membuka laci nakas tersebut dan mendapati sebuah kotak beludru berwarna biru gelap. Dengan getir, ia membuka kotak itu perlahan. Terdapat sebuah cincin permata cantik berwarna silver dengan sedikit garis emas yang melingkar.

Bibirnya membentuk sebuah senyuman. Senyuman yang diiringi kembali oleh tetesan airmatanya. Dadanya sesak, sanubarinya terasa remuk. Ia menutup kotak itu dan menangkup wajahnya dengan satu telapak tangannya, menyembunyikan airmatanya. Ia tidak menyangka mencintai akan membuatnya sesakit ini.

Sementara itu, Andin yang baru sampai di rumahnya malam itu, langsung melangkah menuju kamarnya, tanpa menyadari sang mama dan Baskara yang menatapnya keheranan. Gadis itu menutup pintu dan menguncinya. Seakan tak ada tenaga lagi yang tersisa, tubuhnya tersandar pada daun pintu itu dan berangsur terduduk sambil menangis dalam kebisuan.

Cobalah mengerti semua ini mencari arti

Selamanya tak kan berhenti

Inginkan, rasakan

Rindu ini menjadi satu

Biar waktu yang memisahkan

(Momo Feat. Noah – Cobalah Mengerti)

Maaf. Seandainya aku tahu sejak awal bahwa kita tidak searah, aku mungkin tidak akan menyakitimu terlalu dalam. Apakah aku sudah menjadi perempuan yang jahat? Membiarkanmu menanti sebuah jawaban bersama angan-angan indah yang pada akhirnya kita hancurkan bersama-sama? Oh Tuhan, Aku mencintainya. Tetapi mengapa seperti ini jalannya?

//TOK TOK!!//

Andin segera menyeka airmatanya yang tumpah kemudian berusaha berdiri dengan hati yang telah lelah. Ia sedikit merapikan rambutnya agar tetap terlihat baik-baik saja di depan sang mama dan adiknya.

"Andin!" Panggil sang mama yang baru saja mengetuk pintu itu. Tak perlu waktu lama, pintu itu pun terbuka, menampilkan Andin dengan senyuman manisnya.

"Kenapa, Ma?" Tanya Andin dengan suara yang terdengar sedikit serak.

"Kamu baik-baik saja, sayang?" Susan nampak curiga saat melihat penampilan Andin yang sedikit kusut karena matanya yang sembab, ditambah dengan suara yang tak seperti biasa.

"Aku? Iya, aku baik-baik saja, Ma." Jawab Andin sedikit tergagap. Susan menatap putrinya dengan lekat. Seperti yang ia lihat, nampaknya Andin memang ada masalah, namun ia berusaha menyembunyikannya.

"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Sebentar lagi kita makan malam sama-sama, ya." Ujar sang mama berusaha memahami putrinya yang belum ingin bercerita.

"Oh, iya, Ma. Aku mandi dulu, ya."

"Iya, sayang."

Roy turun dari tangga sambil memikirkan sikap Aldebaran yang menurutnya tak seperti biasa. Langkah kakinya berhenti di dapur saat melihat sang mama sedang sibuk menyiapkan makanan untuk makan malam mereka dibantu oleh dua asisten rumah tangga. Tak ingin merasa penasaran sendiri, ia pun menghampiri sang mama.

Forever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang