"Aku pulang" seruan keras itu membuat kedua orang dewasa yang tengah duduk menoleh cepat.

Gadis kecil berusia 7 tahun dengan rambut bergelombang itu berlari dengan riang. Ia menghampiri kedua orangtuanya lalu memeluknya satu persatu.

"Kau baru pulang?" tanya Jennie mengusap kepala anaknya yang kini duduk diantaranya dan Lisa.

"Hmm" gadis itu mengangguk semangat. "Pemotretan hari ini menyenangkan sekali, mommy. Mommy harus melihat hasilnya nanti" terangnya.

"Oh ya? Apa yang membuatnya lebih menyenangkan dari pemotretanmu yang lainnya?" tanya Jennie terdengar antusias.

"Mereka memilih tema 'mini Jennie'. Mereka mendadaniku seperti mommy dimasa dulu". Gadis kecil itu tertawa senang. "Mereka juga mengatakan, jika aku dan mommy sangat mirip" tambahnya lagi.

Jennie mengangguk-anggukkan kepalanya. "Benar, mommy juga merasa begitu" jawabnya.

Kedua supermodel berbeda generasi itu terus saja bercerita mengenai keluh kesah dunia modeling, juga berbagi pengalaman yang Jennie dapatkan selama berkarir, tak lupa Jennie juga memberikan beberapa wejangan pada putri semata wayangnya itu. Keduanya terlihat senang.

Sementara Lisa yang tak begitu mengerti, hanya diam dan memperhatikan. Sesekali juga menimpali obrolan anak dan istrinya. Ia pun menyadari, Jiwoo terlihat senang dan nyaman mengikuti jejak ibunya.

"Dimana Grandma?" tanya Lisa yang tak kunjung mendapati kehadiran sang ibu di rumahnya.

Lisa memutar tubuhnya, memperhatikan arah pintu masuk yang kosong, tak ada tanda-tanda kehadiran seseorang. Ia kira ibunya tengah memarkirkan mobilnya dan membiarkan Jiwoo masuk lebih dulu.

Jiwoo tertawa pelan dengan tangannya yang menutup mulut. "Kemari Dadda" pintanya dengan melambaikan tangan kecilnya.

Sesuai arahan, Lisa mendekat. Membiarkan Jiwoo mendekatkan wajahnya pada telinga Lisa.

"Grandma tidak berani turun karena melihat mobil Dadda didepan. Katanya, Grandma takut dimarahi oleh Dadda karena membawaku pemotretan lagi" bisiknya, namun suara Jiwoo yang tak terlalu pelan membuat Jennie juga dapat mendengarnya.

Jennie tertawa terpingkal, sementara Lisa menggelengkan kepalanya sembari menghela napas kasar. Memang, ada saja kelakuan ibunya itu.

***

Lisa baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil ditangannya, pelan-pelan ia mengusap wajahnya yang sedikit lembab. Gerakannya terhenti ketika suara desisan Jennie yang cukup kuat membuatnya terkejut.

"Sayang, ada apa?" Lisa segera mendekat pada Jennie.

Tidak ada jawaban, Jennie masih merintih dengan tangannya yang menutupi daun telinga.

Lisa menarik paksa tangan tersebut, hingga ia dapat melihat bekas kemerahan di sekitar daun telinga sang istri. Kemudian tatapannya beralih pada hairdryer yang masih menyala.

"Tunggu disini." Ujarnya. Namun sebelum meninggalkan Jennie, ia menyempatkan diri untuk mematikan hairdryer  tersebut.

Tak lama, ia kembali dengan kotak obat-obatan. Ia mengoleskan salep luka bakar pada daun telinga Jennie, begitu pelan dan berhati-hati.

"Ada yang sedang mengganggu pikiranmu?" Tanya Lisa, berhenti sesaat dari kegiatannya mengobati Jennie.

Jennie sedikit terkesiap, lalu menggeleng pelan.

"Tidak ada. Aku hanya sedikit mengantuk hingga tak sadar mengarahkan hair dryer pada telingaku" elaknya.

"Aku bukan Jiwoo yang bisa dengan mudah kau tipu" balas Lisa.

Entangled with The SupermodelWhere stories live. Discover now