"Kemarilah, unnie. Aku telah menyelesaikannya" panggil Rose.

Jisoo segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Rose. Sejujurnya, Jisoo sangat penasaran dengan apa yang Rose lukis hingga ia harus menunggu gadis itu menyelesaikan lukisannya.

Dahinya berkerut, menatap lukisan itu bingung. "Siapa gadis itu?" Tanyanya penasaran.

"Kau" jawab Rose. Dengan cepat Jisoo menolehkan kepalanya.

"Aku?" Tanyanya lagi memastikan.

Rose mengangguk mantap. "Gadis yang tengah melukis ini adalah dirimu" jelasnya.

"Lalu gadis yang sedang berlutut itu?".

Rose diam. Kedua matanya menatap Jisoo lama.
"Kemarilah". Rose menarik tangan Jisoo menuju bangku yang Jisoo tempati sebelumnya. Ia mengarahkan Jisoo untuk duduk kembali disana.

Tanpa Jisoo duga, Rose berlutut disisinya. Gadis blonde itu memegang sebuah kotak yang telah dibuka dan menampilkan sebuah cincin yang berkilau.

"Aku. Gadis yang tengah berlutut itu adalah aku" terangnya.

Tak ada ekspresi lain yang dapat Jisoo perlihatkan selain wajahnya yang bingung dengan semua ulah Rose hari ini. Ia terus bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan sahabat dari adiknya ini.

"Ini cukup berat untukku, unnie. Aku harus melewati hari-hari bahkan bulan-bulan yang sulit". Tatapannya tak lepas dari Jisoo. "Usahaku untuk menepis semua rasa ini berakhir sia-sia, karena pada akhirnya hatiku tetap memilih jatuh padamu" tuturnya.

"Rose, aku-".

"Lalisa dan mulut sialannya itu terus saja menggangguku, unnie. Aku sudah berusaha untuk mengabaikannya dan berpikir bahwa aku mengkhawatirkanmu karena rasa sayangku pada seorang kakak saja. Tapi yang lebih sialnya, ucapan Lalisa yang mengatakan jika ada orang lain yang sedang berada disisimu dan membuatmu bahagia benar-benar membuat dadaku bergemuruh dan itu mengusikku. Aku benci mengetahui ada orang lain yang menjadi alasanmu tersenyum, seolah seseorang sedang berusaha mengambilmu dariku" terangnya. Rose mengeluarkan segala isi hatinya.

"Aku". Rose mengambil tangan Jisoo untuk digenggamnya. "Aku ingin menulis cerita baru bersamamu. Dan menjadikanmu pemeran utama didalamnya" ujarnya.

Jisoo diam. Ia masih mencerna semua ini.

"Aku tidak akan memaksa. Kau pun berhak memilih peranmu" ujar Rose. Ia cukup sadar, bisa saja Jisoo hanya menganggapnya sebagai adik sebagaimana Jennie.

Jisoo memejamkan mata kemudian menghembuskan napas beratnya. Ucapan Rose, tingkah Rose, tidak pernah ada dalam dugaannya.

"Rose, aku, aku tidak tau harus bagaimana. Jujur saja, ini sangat tiba-tiba untukku. Kau datang dan mengungkapkan semua perasaanmu, ini membuatku bingung" ujarnya dengan raut menyesal.

Senyuman tipis yang Rose pancarkan sedikit membuat Jisoo tercekat. "Tidak apa, aku sudah mengatakan padamu tidak akan memaksa perasaan ini". Rose menutup kotak ditangannya dan cincin itu hilang dari pandangan.

Sebelum sempat Rose mengantongi kotak tersebut, tangan Jisoo lebih dulu meraihnya. Ia membuka kotak itu kembali dan mengambil cincin yang menawan itu.

"Aku yang akan menyimpan ini" ujar Jisoo.

"Maksudmu?".

"Aku akan mengambalikannya padamu setelah kau berhasil memintaku pada appa. Bagaimana?" Negonya.

"Jisoo-ya".

"Unnie!! Lamaranmu belum tentu berhasil" tegas Jisoo.

Rose terkekeh geli melihat tingkah wanita yang lebih tua dua tahun darinya itu. Wajah marahnya begitu menggemaskan.

"Aku pasti akan memilikimu. Sangjoon uncle akan dengan senang hati memberikan putrinya padaku" ujarnya yakin sembari mengedipkan satu matanya demi menggoda Jisoo.

🐼🐼🐼

Holaa,,
Panda balik lagi.
Udah hampir setahun ternyata🫣
Apa kabar???
Maaf ya buat kalian menunggu selama itu hehe

Ini bakal jadi epilog terakhir yang panda upload ya. Udah ga ada lagi epilog selanjutnya.

Bye🐼

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Entangled with The SupermodelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang