16. Daratan Komunis

Start from the beginning
                                    

    San mengira jika semua akan baik baik saja, bukankah mereka hanya datang untuk dipekerjakan? Walaupun artinya mereka secara tidak langsung menjadi penyebab banyaknya korban jiwa di perang tersebut karena terus memasok senjata senjata baru. San kala itu masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, San bahkan belum bisa mengartikan apa itu definisi perang yang sebenarnya.

    Dia hanya bekerja, membuat senjata seperti yang telah diajarkan oleh ayahnya. Namun perlahan, para penjaga yang mengawasi mereka membuat senjata mulai berlaku kasar pada mereka semua. Jam kerja mereka secara konsisten bertambah seiring dengan perang yang kian memanas. Namun, upah yang seharusnya didapat malah semakin menurun, bahkan beberapa kali tidak mendapat upah sama sekali. Para penjaga berpakaian bagus itu mengungkapkan alasan bahwa mereka kini tengah melakukan upaya bela negara tanpa pamrih dan sekali lagi, San yang sedari dulu hanya dihadapkan dengan hal hal baik tidak menyadari makna bejat tersembunyi dari kalimat itu.

    Hingga dia terlambat menyadarinya.

.
.

    Ketika Hongjoong, Yunho, dan Mingi menginjakkan kaki mereka di daratan Rusia, hawa dingin menyambut mereka dengan segera. Jika saja mereka lupa jika sekarang adalah pertengahan musim panas, maka benarlah mereka menganggap sekarang telah masuk musim gugur.

    Mereka mulai berjalan, menyusuri jalanan yang lokasinya jauh dari tempat dimana tentara Jerman dan Rusia tengah berperang. Walaupun bisa dikatakan tengah berperang, entah kenapa kegiatan masyarakat masihlah terlihat normal, hanya harga beberapa bahan pokok saja yang tiba tiba naik.

  "Kau pernah kemari, Mingi?" Tanya Hongjoong.

  "Tidak." Jawab Mingi. "Namun Ayahku punya hobi membeli senjata dari sini."

  "Dari beberapa orang?" Hongjoong kembali bertanya.

    Mingi menggeleng, "Spesifik, dia hanya membeli buatan tangan keluarga Khabbab."

  "Mereka membuat senjata dengan baik?" Tanya Yunho.

    Mingi mengangguk lalu menunjukkan salah satu pisau tangan yang selalu dia bawa. Pisau itu mungkin hanya berukuran sekitar 20 cm, gagang pisaunya bewarna perak dengan sebuah batu merah di tengahnya. "Bak pahatan paling sempurna dari tangan manusia."

  "Mereka menggunakan batu ruby?" Tanya Yunho yang terpikat pada batu merah delima di gagang pisau itu.

  "Yeah, seperti yang bisa kau lihat." Balas Mingi.

  "Akan sangat menguntungkan jika memiliki seorang pandai besi atau ahli pembuat senjata seperti Khabbab ini sebagai rekan. Ngomong-ngomong, apakah Rusia memang sedingin ini?" Kata Hongjoong.

  "Ya, setiap tahunnya aku rasa, namun tampaknya Belka menyukainya." Balas Mingi sambil menoleh ke arah Belka yang tak henti menggoyang goyangkan ekornya.

  "Well, aku rasa kita harus segera memulangkan Belka dan segera pergi dari Rusia." Tawa Yunho.

 
  "Tidak bisakah Anda mengasihani saya? Hanya ini uang terakhir yang saya punya."

  "TIDAK! JIKA KAU TIDAK BISA BELI, YA TIDAK USAH BELI!"

 
    Keramaian itu menarik perhatian mereka. Di salah satu pedagang roti, tampak berdiri seorang pemuda yang baju dan mukanya kotor, tampak baru saja membersihkan cerobong asap seseorang untuk mendapatkan upah yang uangnya tengah coba dia belikan roti itu.

    Memang hari sial nya mungkin, pemuda itu didorong oleh si pedangan bersamaan dengan dilemparkannya uang uang receh yang pemuda itu berikan tadi. Melihat itu, baik Hongjoong dan Mingi berpikiran untuk tidak ikut ikutan, namun Yunho, dengan segala kerendahan hati dan budi pekerti luhur nya menghampiri. Dia memberikan cukup uang untuk membeli beberapa roti si penjual sembari membantu pemuda itu untuk bangkit.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Where stories live. Discover now