15. Bara Api Kebebasan

Začít od začátku
                                    

"Walau begitu, akan aku akui.. apa yang dia pertahankan, yang dia percayai, adalah hal berani yang aku sendiri mungkin tidak akan pernah berani lakukan, jangankan untuk melakukan, memikirkan saja mungkin aku tidak pantas. Bahkan ketika kali pertama berita perang besar itu merebak, aku tak punya kekuatan apapun, lantas ku beritahu diriku sendiri bahwa kau hanya bisa memikirkan dua takdir, mati karena dampak perang atau hidup sedikit lebih lama hingga perang berakhir."

"Bagaimana denganmu? Apakah kau juga mengikuti pendiriannya?" Tanya Mingi kemudian.

Yunho tersenyum, tampak keberatan dengan pertanyaan Mingi barusan.

"Aku tahu, kau tidak akan berbohong untuk hal seperti ini." Ucap Mingi lagi.

"Kau mulai mengenalku tampaknya." Kara Yunho.

"Mudah sekali membacamu seperti membaca sebuah buku klasik dengan banyak tambalan disana sini. Perilaku manusia membuatmu rusak namun menguatkanmu secara bersamaan, walau itu berarti memperburuk rupa dan tampilan hati dan otakmu. Oh, mungkin lebih mudah jika disebut balada saja." Balas Mingi.

"Kalau begitu kau sebuah serenade, Mingi?" Tanya Yunho.

Mingi menggeleng, "Aku lebih suka epigram."

"Aku bisa lihat itu pada dirimu." Ucap Yunho.

"Kau selalu menghindari pertanyaan dengan balik bertanya padaku hal yang sama, apakah itu sebuah kebiasaan untukmu?"

"Itu hanya bentuk pertahanan diri, Mingi."

"Omong kosong! Kau hanya tidak mau berbohong, hanya itu. Kau memegang prinsip hidup dari Ibumu begitu serius.. namun, mau bagaimanapun, akan sangat aneh jika aku mengatakan bahwa berbohong sesekali adalah hal yang biasa." Ucap Mingi, tampaknya dia mulai frustasi dengan sikap Yunho yang akan bisa Mingi katakan jarang sekali itu. Beberapa bangsawan yang pernah Mingi temui sebelumnya adalah para penjilat dan pencari muka, pembohong ulung yang akan terus membuat sebuah kebohongan untuk mengharumkan namanya di mata masyarakat lalu berkhianat setelah dia naik pangkat.

"Ngomong-ngomong, dimana pemuda itu? Dia tak ikut bersamamu tadi?" Tanya Mingi setelahnya.

Yunho menggeleng. "Dia punya hal untuk dilakukan katanya."

"Tidakkah kau khawatir? Aku rasa dia bisa benar benar melakukan hal gila jika tidak diawasi." Kata Mingi.

"Aku sudah mulai terbiasa dengan itu, sungguh." Yunho tertawa. "Lalu kau sendiri? Dengan pakaian seperti itu, bukankah hal aneh jika tidak pergi ke sirkus? Dan aku lihat tidak ada Belka bersamamu."

"Aku akan pergi setelah matahari tenggelam." Balas Mingi.

"Kalau begitu, aku rasa ini waktunya berpisah. Sampai jumpa." Kata Yunho.

Mingi mengangguk, lalu berpisah dengan Yunho di persimpangan jalan.

.
.

Yunho baru saja masuk ke dalam kamar yang dia pesan untuknya dan Hongjoong bermalam semenjak beberapa hari lalu dan dia temukan kawannya itu sedang duduk di depan jendela sambil jemarinya mengetuk ketuk meja kayu di sampingnya. Wajahnya yang diterpa matahari senja membuatnya tampak seperti penyair dari negeri timur yang hendak membuat serenade, namun kenyataannya, pemuda itu adalah elegi-elegi yang ditulis para penyair menggunakan darah di ujung jari mereka.

"Kita harus segera pergi dari London, Yunho." Kata Hongjoong tiba tiba.

"Kenapa?" Tanya Yunho. Dia benar benar hanya bertanya, tidak ada kekecewaan apapun yang tersirat di ucapannya barusan.

"Aku melihat beberapa orang milik Ayahmu di sekitar stasiun beberapa hari lalu." Balas Hongjoong. "Aku rasa mereka mulai melacak keberadaan kita, sebenarnya jika kau tidak berjalan jalan di pasar hari ini, kita bisa tinggal lebih lama."

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Kde žijí příběhy. Začni objevovat