47

361 34 3
                                    

mata yudha yang sedari tadi terus mengedar, yah jiwa biang gossip nya lagi kambuh. mata lelaki berdarah sunda itu tertuju pada sosok rendi yang sedang berlari menuju ke arah tempat biasanya para ob makan siang, "lah itu bukannya temennya si jevan ya? ngapain dia lari-lari kayak dora lagi nyari boots?"tanya yudha yang mendapat jitakan dari johnny

"lo tuh kalo ngasih perumpamaan yang bener dikit dong anjir!" kesal johnny

"ya dia kan lucu gemes anaknya"

"oy rend!"panggil abian selaku yang cukup mengenal rendi, soalnya kayaknya yudha bisa mendeteksi gossip hangat dan tentu saja dia tidak akan berhenti kalau belum tau apa yang terjadi

"oit bang" kemudian rendi menghampiri johnny abian dan yudha sambil sesekali mengatur nafasnya yang terengah karena berlari dari lantai 3

"ngapain? tuh muka lo ampe keringetan?!" tanya yudha penasaran

"lagi coba nyari ob buat minta kunci toilet gedung bersama lantai 3 bang"

"hah? ngapain anjir? tuh toilet mah udah ga kepake" ucap yudha

"bang liam bikin ulah lagi bang, dia lagi sama kay di dalam situ"

"HAH?!"

"kayla? temennya cewek gue dong?" tanya abian memastikan dan dijawab anggukan oleh rendi

"iya bang,gue sama anak-anak lain udah coba buat neriakin bang liam tapi doi ga mau peduli, bang liam kan agak nekat tuh takutnya ntar kay nya di apa-apa in"

"anak-anak lain? cewek gue juga?!" setelah melihat anggukan rendi kemudian abian dengan cepat berlari membuat johnny maupun yudha mau tidak mau mengikuti teman mereka itu

kalau sampai keana kenapa-napa abian bisa pastikan kalau liam akan menerima akibatnya!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"mundur lo semua" perintah abian membuat kerumunan itu merenggang, selain karena suara abian yang terdengar berbeda, raut wajah lelaki itu juga terlihat seperti ingin membunuh orang saja, sangat berbeda dengan abian yang biasanya terlihat ramah

"mana tuh si bangsat?" tanya abian yang kemudian mengarahkan tatapannya ke dalam toilet yang disana sudah ada nathan, jevano, haikal, keana, dan kayla. keana dilindungi oleh jevano dibelakang tubuhnya membuat abian sedikit bernafas lega karena keana baik-baik saja, ingatkan dia untuk berterima kasih pada jevano nanti karena abian yakin jevano sangat mampu untuk melindungi keana dari liam atau kejadian kurang mengenakkan lainnya. abian dan teman-temannya pun berjalan masuk kedalam toilet melihat sosok liam yang kini terbaring di lantai toilet

"kelakuan lo kok jadi makin brengsek sih? ga malu sama otot? masa otot di gede in buat mukul cewek?" setelahnya abian meraih kerah jaket liam dan memaksa cowok dengan jaket parasut itu untuk bangun, abian dapat melihat beberapa memar dan raut wajahnya yang menahan sakit. sementara theo beralih pada adiknya untuk memeriksa keadannya

"lo mau mana yang gue patahin? kaki? tangan? ato leher lo sekalian?"

"dulu lo juga pernah nampar kay kan? karena ngebantah mulu? gila kali lo ya!" marah yudha tidak habis pikir

Limerence [END]Where stories live. Discover now