12. Kepedihan Atas Ketidaksempurnaan

Mulai dari awal
                                    

    Ketika Mingi belum cukup dewasa untuk memahami jika keluarganya sangat miskin, disana ada hari hari dimana Mingi tidak bisa tidur karena kelaparan. Lalu Beyah mengatakan bahwa suara yang timbul dari perut Mingi itu adalah seekor kucing yang hidup di dalam tubuhnya dan sedang mencari makanan di dalam perutnya. Mingi pernah berpikir bagaimana jika kucing itu akan mengobrak-abrik tubuhnya dari dalam jika tidak diberi makan. Karena itu Mingi sering memakan sesuatu yang bukan makanan untuk memuaskan kucing di dalam perutnya itu.

    Semenjak itu, ketika Mingi lapar, maka dia akan memakan kulit pisang lama ataupun kulit kacang yang dia temukan di dalam tempat sampah. Dia bahkan pernah berusaha mengunyah beberapa benda, namun itu terlalu sulit untuk ditelan. Mingi telah menghabiskan separuh dari masa kecilnya ketakutan akan kematian akibat kucing kelaparan di dalam perutnya.

    Namun, walau begitu, jika ada Beyah didekatnya, maka Mingi tidak akan melakukannya—menguyah apapun yang bisa mengganjal perut itu, karena Beyah pasti akan mencarikannya makanan, bagaimanapun caranya, jikapun itu artinya Beyah harus mencurinya dari pasar. Suatu ketika Mingi melihat Beyah dipukuli oleh beberapa penjual roti karena telah mencuri dagangan mereka karena Mingi mengeluh pada ibunya bahwa dia mungkin akan mati kelaparan hari itu. Mingi tidak pernah mau melihat Beyah dipukuli lagi, karena itu dia tidak pernah lagi mengeluh soal rasa lapar membuncah kepada ibunya itu.

    Sang ayah yang prihatin pun memberanikan diri untuk membuat keputusan luar biasa 'unik' dari sekian keputusan yang terlintas di kepalanya. Dia meminjam uang dengan jumlah besar, untuk menghidupi keluarganya dan membangun bisnis nya sendiri, yaitu sirkus. Ayahnya memang mendapatkan banyak cercaan di awal karir nya namun perlahan, pria itu mampu menawarkan hal lain yang tidak ada di sirkus manapun, yaitu manusia manusia absurd.

    Mingi ingat betul pertama kali dia ikut Ayahnya mencari anggota sirkus, dia pergi ke pedalaman Italia dan bertemu dengan seorang wanita cantik jelita yang kulit dan rambutnya berwarna putih pucat. Itulah pertama kali dia bertemu langsung dengan manusia albino, dan Mingi kecil untuk pertama kalinya menyadari bahwa orang seperti itu benar benar ada—bahwa segala yang ayahnya katakan adalah benar, di dunia ini ada seorang manusia seputih salju, ada pula manusia yang hitam kelam seperti malam namun begitu cantik karena keunikannya itu sendiri.

    Dunia seakan terbuka luas untuk Mingi, rasanya dia tidak akan punya cukup waktu untuk bisa menjelajahinya dan itu benar. Semua itu benar. Kematian ayahnya. Kejahatan Sirkus Mimpi. Dan hari ini, kematian ibunya. Semua hancur lebur dalam kepala Mingi hingga serasa kepalanya akan pecah.

    Jika ini memang sudah menjadi garis keberuntungan Mingi, rasanya benar dan tidak. Sebagian besar anak mendapatkan orang tua yang akan dirindukan ketika mereka mati, namun sebagian lagi mendapatkan orang tua yang mana membuat semua menjadi lebih baik setelah mereka mati. Segala hal baik yang Ibunya telah lakukan untuk Mingi kini telah mati, bersama dengan satu satunya simbol kehidupan di dalam hati Mingi untuk bertahan.

.
.

    Yunho mendongak ke atas, menatap air hujan yang tak juga bosan untuk turun. Dia tak membawa payung bersamanya malam ini, kecerobohan yang padahal jarang sekali dia lakukan. Mungkin dia terlalu bersemangat untuk menemui teman barunya—Mingi di sirkus malam ini. Hongjoong berdiri di sampingnya seperti biasa tenang dan diam, namun Yunho tau otaknya sedang memikirkan sesuatu yang kadang tidak bisa dia duga.

  "Seseorang butuh bantuan." Kata Hongjoong tiba tiba. Lihat? Yunho sudah mengatakannya tadi.

  "Hampir setiap tempat memiliki mereka, Hongjoong." Balas Yunho.

    Hongjoong menggeleng, "Kau pergilah mencari Mingi Barnum. Aku akan tunggu disini."

     Yunho menekuk alisnya, "Kenapa?"

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang