{14} Kebohongan

18 3 0
                                    

"Mami kok pergi gak bilang gue sih, Cross?" Eya menatap Cross yang tengah membuat makan malam selagi menunggu balasan pesan dari Zely.

"Katanya dia pergi ke Singapur, curang banget nggak ngajak," gerutu Eya. "Nggak bilang. Nggak ngajak. Nyebelin!"

Cross yang tengah sibuk memasak daging wagyu hanya menoleh sekilas pada istrinya itu. Ada sesuatu yang ia rahasiakan dari Eya, dan ia memutuskan untuk tak merespon ucapan istrinya itu.

"Udah mateng belum?" tanya Eya yang kini berada tepat di samping Cross, membuat lelaki itu terkejut setengah mati.

"Eya!" bentaknya.

Eya refleks mundur karena bentakan Cross membuatnya kaget. Bahkan matanya berkaca-kaca. Ini kali kedua Cross membentaknya—setelah kejadian di mobil kala itu—dan itu masih menjadi hal yang menyakitkan bagi Eya.

"Bisa gak sih, jangan ngagetin! Gue lagi pegang wajan panas, kalau kena lo gimana?"

Cross malah mengomel karena memang benar; tangan Cross sedang memegang wajan yang berisi daging panas itu hendak menaruhnya ke piring. Tapi, Eya yang tiba-tiba berada di sampingnya—tanpa menimbulkan suara—membuat Cross benar-benar terkejut dan refleks membentaknya.

"Tau ah!" Eya mendengus sebal. Dia menghentakkan kakinya dan pergi meninggalkan Cross dengan mata yang sudah berair dan hendak mengalir ke pipi chubby-nya.

"Eya!" panggil Cross.

Wajan yang masih berada di tangannya ia taruh ke kompor lantas mengejar Eya yang berlari ke kamar. Dia mendecak kesal, susah ngadepin cewek kayak Eya.

Di kamar Eya sedang menangis. Selalu seperti ini jika ia habis dibentak. Hati Eya itu selembut sutra, dibentak sedikit langsung cengeng. Cross harus sabar menghadapi sikap istrinya.

"Eya, maaf." Cross menghampiri istrinya yang tengah bergelung dengan selimut mirip lemper. Emang gak engap?

"Eya," panggil Cross.

"Gue minta maaf. Tadi itu refle—"

"Refleks karena lagi pegang wajan!" potong Eya dengan suara paraunya.

Rambutnya acak-acakan dengan mata merah dan pipi basah. "Waktu itu juga gitu! Refleks bentak istri, terus aja gitu sampai refleksnya ganti jadi mukul!" seloroh Eya.

Cross melotot. Mana mungkin dia akan berbuat seperti itu, apalagi pada wanita yang mana adalah istrinya. "Enggak! Lo pikir gue banci?" sentaknya.

Eya diam. Kenapa Cross malah menjawab seperti itu. Eya kan ingin jawaban yang manis. Dasar cowok nyebelin! "Terserah! Mending lo pergi, gue eneg lihat muka lo!" usirnya.

"Nggak sebelum lo maafin gue." Cross berkata.

"Gue gak mau maafin lo, soalnya nanti gitu lagi, males, capek!" gerutu Eya.

Cross nampak menghela napasnya kemudian duduk di sebelah Eya. Diusapnya rambut sang istri lantas berkata, "Eya, maafin gue ya karena sering refleks bentak lo. Gue sayang sama lo, jadi gak mau lo kenapa-napa."

Karena Eya hanya diam, Cross kembali melanjutkan ucapannya. "Gue janji ini kali terakhir refleks bentak lo, jadi sayangnya gue jangan marah lagi ya? Maafin," tuturnya.

Eya sebenarnya geli mendengar perkataan Cross, tapi juga ia merasa meleleh karena Cross menyebutnya sayang. "Duh, jantung gue gak baik nih." Batin Eya.

"Eya," panggil Cross karena Eya hanya diam. "Dimaafin, gak?"

Eya akhirnya berbalik, dia menghapus jejak air matanya di pipi lantas menatap Cross yang tampak merasa bersalah. Sepertinya lelaki itu benar-benar tulus minta maaf. "Janji ya gak bentak-bentak lagi? Kalau ngelanggar gue bakal kasih hukuman buat lo!" Eya mengancam.

"Iya, Sayang."

• a f f e c t e d •

2 Minggu berlalu, Eya tengah menonton televisi bersama Cross yang ia jadikan bantal. Hari ini hari minggu, Cross di rumah seharian dan itu membuat Eya senang karena biasanya dia hanya akan bertemu Cross saat pagi dan menjelang malam.

Cross mengurus dua perusahaan sekaligus yang menyebabkan waktunya bersama Eya tersita. Meskipun Cross belum benar-benar menjadi pemegang sah perusahaan tersebut, tapi tetap saja Cross sibuk. Makanya hari minggu ini Eya manfaatkan sebaik mungkin.

"Eya," panggil Cross saat Eya menggerakan tubuhnya untuk mengubah posisi menjadi miring.

"Hm?" Eya yang tiduran di paha Cross menyahut. "Kenapa?" tanya Eya seraya melirik Cross sekilas.

"Kamu cantik," ucap Cross tiba-tiba.

Dahi Eya berkerut, ada apa ini? Kenapa Cross tiba-tiba bicara seperti itu? "Kesambet apa lo?" timpal Eya.

Cross langsung cemberut. "Padahal suaminya udah ngasih kode lho," kata Cross.

"Apa sih Cross? Kenapa? Gue gak paham, gak usah main kode-kodean, udah kayak anak pramuka aja," tutur Eya, dia lantas mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Eya, sex on the sofa kayaknya enak," celetuk Cross tiba-tiba.

"Cross! Apaan sih, kok ngomong gitu?"

Cross mendecak, istrinya benar-benar tidak peka. Meski begitu, Cross lantas menubruk Eya hingga istrinya itu kembali pada posisi tidurnya namun kali ini Cross berada di atas.

"Cross! Lo apa-apaan sih." Eya berseru kesal sekaligus berdebar. Jarak antara mereka benar-benar dekat.

"Let's making love, gue pengen ngasih cucu ke orang tua kita," ucap Cross.

Mata Eya membola namun ia seakan tak bisa berbuat apa-apa saat Cross benar-benar memintanya. Dan mereka benar-benar melakukannya di sofa, ditemani televisi yang kini malah menonton mereka.

• a f f e c t e d •

Hari ini Eya berniat pergi ke rumah mamanya karena ternyata mamanya itu sudah pulang dari Singapura. Cross tidak bisa menemani karena ia sedang sangat sibuk akhir-akhir ini, bahkan cowok itu hampir sering pulang tengah malam, membuat Eya sebal karena sering ditinggal.

Lory, sahabatnya, pergi melanjutkan kuliah ke Sydney jadi Eya tidak ada teman main. Chad pun turut serta melanjutkan kuliahnya ke negri paman Sam. Eya sebenarnya merasa kesepian meskipun kini sudah ada Cross, dia merasa hampa apalagi kini mamanya ikut-ikutan ngilang seperti yang lain. Eya sedih.

"Kamu istirahat aja Zel, biar aku yang siapin buat Eya. Kamu kan baru tadi malem pulang dari Singapur."

"Gapapa, Aeera. Aku harus keliatan sehat di depan Eya, aku gak mau dia tahu kalau aku lagi sakit."

"Iya, tapi kan sekarang Eya belum dateng, kamu istirahay aja dulu biar aku yang siapin semuanya. Kamu ngabisin waktu dua minggu loh buat berobat ke Singapur, dokter juga bilang kamu harus bedrest, jangan kecapekan sedikitpun."

"It's okay, Aeera. Kamu gak usah khawatir, aku sekarang udah mendingan kok. Oh ya, gimana make-up aku? Pucetnya ketutup kan?"

Eya mendengar semua percakapan Aeera dan Zely, dia diam mematung sambil mencerna setiap perkataan yang keluar dari mulut mamanya. Zely sakit sampai harus berobat ke luar negri, itu berarti sakitnya parah. Jadi, selama ini Zely menutupinya dari Eya? Dan Eya sama sekali tidak tahu maminya sakit saking rapihnya ia menyembunyikan ini dari Eya.

"Mami," panggil Eya, yang membuat kedua wanita paruh baya itu terkejut.

AFFECTED | 2019 ✓Where stories live. Discover now