[ Buku Catatan ]

8 1 0
                                    

Pada jam 7 pagi hari dosen yang mengajar kelas fisika memberitahukan lewat grup chat kalau akan ada kuis nanti. 

Aku saat itu sedang asik membereskan meja kerjaku yang berantakan. Ketika meja sudah rapi kembali aku baru teringat kalau buku catatan fisika milikku dipinjam Woely, teman satu praktikumku.

Gawat. Dengan buru-buru aku menelpon Woely.

"Woe, kembalikan buku catatanku. Cepat." Pintaku. Terdengar helaan napas dari sebrang sana.

"Buku catatan apa lagi? Kan sudah aku kembalikan semuanya kemarin." Balasnya dengan menggerutu.

Aku terdiam. "Jangan ngawur, kemarin kau cuma mengembalikan buku kalkulus, gambar teknik dan Bahasa Indonesia saja!"

Dengan telpon yang masih tersambung aku mencari-cari buku itu di rak buku. Sama sekali tidak ada.

"Hei, matikan dulu telponnya kalau ga ada yang mau kau katakan padaku. Buang-buang kouta saja tahu." Kata Woely yang bosan mendengar suaraku yang sibuk mencari buku.

"Iya iya. Bawel." Aku pun mematikan telpon.

-----------

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 tapi aku sedang berada di rumah sekarang. Buku catatanku masih belum ketemu. 

Kenapa barang selalu menghilang ketika dibutuhkan sih?!

Aku sudah menggeledah seisi rumah, bahkan dengan bantuan para saudaraku tapi tetap saja buku kecil mungil berwarna jingga itu tidak ketemu.

Terpaksa aku harus ke rumah Woely untuk memastikan sekali lagi. Masih ada waktu 1 jam lebih sebelum kelas dimulai.

Aku pun pergi dengan buru-buru. Sesampainya di rumah Woely, aku langsung masuk lewat pintu depan yang kebetulan tidak terkunci.

Aku berjalan menuju kamarnya yang berada di sudut rumah. Entah kenapa hawanya tidak bagus.

Di depan pintu kamar tiba-tiba sebuah angka merah terlihat lewat celah pintu.

00:00:00

Ini gawat. Aku mengurungkan diniatku untuk membuka pintu kamar dan segera menelpon polisi.

"Halo pak, di sini ada orang yang mati." 

Butuh 15 menit untuk kepolisian tiba di rumah Woely. Begitu sampai mereka langsung masuk ke dalam kamar, Woely ditemukan tergantung di tengah ruangan.

Salah satu polisi menghampiriku dan menanyaiku banyak hal. Aku menjawab seadanya saja. Pikiranku masih kosong akibat kejadian ini.

Dengan langkah lunglai aku melanjutkan perjalananku ke kampus. Ketika melewati sebuah tong sampah, sekilas aku melihat sesuatu berwarna jingga.

Buku catatanku! 

Cepat-cepat aku mengambil buku itu dan memeriksa isinya. Sebagian robek dan bernoda. Walau begitu tulisannya masih bisa dibaca, aku membacanya cepat dan menghapalkan semua yang ada di dalamnya.

Woely, gadis itu, sampai sebelum digantung pun masih tidak mengaku kalau dia tahu dimana buku catatanku.

Tetapi syukurlah aku menemukannya. Dengan begini aku bisa mengerjakan kuis dengan lebih mudah. Ya, tentu saja, bahkan tanpa melihat catatan pun aku bisa mendapat A+.

Drabble : About OCsDove le storie prendono vita. Scoprilo ora