00+01

27.8K 1.3K 162
                                    

Nama ku Juli.
Usia 20 Tahun dan aku seorang gay.

Ya, aku menyukai laki-laki dan sekarang aku tengah menjalin kasih dengan salah satu senior di sekolah semasa aku SMA dulu.

Kami sudah menjalin kasih hampir 3 tahun, sekarang dia bekerja di salah satu kantor pemerintah sementara aku bekerja di toko buku.

Sesekali aku mengunjunginya saat dia tidak sibuk, kami sering makan berdua dan jalan-jalan menikmati waktu luang.

Sampai suatu hari, aku bercerita padanya kalau biaya kontrakan ku naik lagi dari tahun kemarin, gaji ku sebagai karyawan toko tidak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kamu mau tinggal disini ?" Tawarnya.

"Eh, tinggal di rumah mu.. ah, tapi.." aku senang dia menawarkan ku tempat tinggal tapi aku masih punya adik perempuan yang belum mengetahui kalau kakaknya ini gay.

"Tapi kenapa ?" Tanyanya.

"Kamu tau sendiri aku punya adik perempuan, dia akan bingung saat kami pindah kemari"

Dia menyentuh tangan ku.
"Mari beritahu adik mu"

"Huh ?" Aku menatapnya tidak percaya.
"Ka-kamu yakin.. ? Maksud ku, apa kita siap dengan resiko yang ada ?"

Dia tersenyum manis.
"Mari beritahu adik mu dan mari lihat reaksinya, kalau dia menyayangi mu.. ku rasa dia akan menerima hubungan kita"

Aku membalas senyumannya.
"Ya, kamu benar"

Kami berdua merancang rencana untuk mempertemukan kami bertiga dalam satu meja, kami memesan makanan dan mulai mengobrol.

Adik ku tidak banyak bicara jadi aku tidak begitu tau reaksinya nanti seperti apa, aku merasa gelisah tapi kekasih ku ini menggenggam tangan ku memberi semangat.

Aku menghembuskan nafas ku berat lalu menatap adik ku serius, aku memberitahunya alasan kami mengajaknya makan di tempat ini.

Aku memperkenalkan kekasih ku pada adik ku dan memberitahunya semua rahasia ku selama ini, ku pikir dia akan marah atau kecewa tapi dia malah mengatakan dia sudah tau.

Dia hanya pura-pura tidak mengetahui hal ini terlebih kakaknya sering menginap di rumah yang katanya teman dan adik ku sering mendengar suara laki-laki di telpon jadi dia sudah tau sejak satu tahun lalu.

Aku bernafas lega karena adik ku mau menerima kami, dia pun setuju untuk pindah ke rumah kekasih ku tapi hanya untuk sementara sampai kami menemukan kontrakan yang murah.

Kami bertiga mulai menjalani hari, kekasih ku pun terlihat mencoba mendekati adik ku yang memang sangat cuek pada sekitarnya.

Mereka berdua terlihat seperti adik dan kakak, aku senang melihat mereka bisa dekat satu sama lain.

Tapi..

Setelah 10 bulan tinggal bersama.
Kekasih ku mengajak kami bertiga duduk berkumpul di meja makan dan anehnya adik ku duduk di sebelah kekasih ku ini.

Aku tersenyum kaku melihat suasana kaku di antara kami.
"Kenapa ? Apa kalian tengah mempersiapkan kejutan ulang tahun untuk ku ? Haha .. tapi ulang tahun ku sudah lewat" ujar ku setengah bercanda.

Kekasih ku mengigit bibirnya lalu menaruh sesuatu di atas meja, benda putih dengan garis dua di tengah.

Deg!
Jantung ku hampir berhenti berdetak saat melihat benda yang ternyata tespek.

"Ah, apa ini ?" Aku mengambil tespek tadi mencoba melihatnya dari dekat.

Adik ku yang tadinya hanya menunduk perlahan mengangkat wajahnya.
"Itu milik ku kak, aku hamil"

Keringat membasahi dahi ku.
"Ha-hamil.. apa kamu punya kekasih ? Kamu masih 17 tahun, apa dia teman satu sekolah mu ?" Aku mencoba berpikir positif tapi pikiran positif itu langsung buyar saat kekasih ku bicara.

"Itu milik kami" ujarnya dengan suara pelan.

Tangan ku bergetar, nafas ku mulai terasa sesak.
"Hah.. apa ?"

Kekasih ku mengangkat wajahnya lalu menatap ku serius.
"Maaf Juli, ini salah ku.. jadi tolong jangan menyalahkan-"

Plak!
Tamparan keras mendarat di pipinya.

Aku sudah tidak mampu lagi menahan sesaknya dada ku, aku tidak percaya semua terjadi.

"Bajing*n!! Tidak puas kah kamu bersama ku sampai adik ku pun kamu tiduri !! Aku mempercayai mu selama ini, aku sudah menganggap mu sebagai kakak kedua untuknya !! Bagaimana bisa kamu malah membuat dia hamil ?! Dia masih kecil !! Sialan !!" Aku memukul dia bertubi-tubi.

"Kak, sudah kak Juli ! Kakak!! Maaf.. haaa.. ! Sudah kak, ini salah kami.. salah kami kak !" Adik ku langsung memeluk pria brengs*k ini, dia melindungi pria bajing*n ini.

"Hah.. hah.. hah.. " aku sudah tidak mampu lagi berpikir, aku berjalan menjauh dari mereka.

Kaki ku melangkah keluar rumah, aku menatap langit malam bertabur bintang.

Buliran bening keluar membasahi pipi ku.
"Cuaca sangat tidak mendukung" ujar ku, aku diam lama di luar sampai akhirnya ku putuskan masuk lagi.

Pria bajing*n itu terus mencoba bicara dengan ku tapi aku mengabaikannya, adik ku hanya diam berdiri di ruang tamu dia tidak berani bicara pada ku.

Aku mengambil koper ku lalu memasukkan barang-barang ku ke dalam koper. Pria ini terus membujuk ku untuk tetap tinggal disini, dia tidak mau kehilangan ku tapi dia juga mencintai adik ku.

Mendengar hal itu aku langsung tertawa.
"Tiga tahun lebih kita menjalin kasih dan kau hilang akal dalam waktu 10 bulan ? Kamu bahkan membuat dia hamil, tapi kamu masih berpikir egois meminta aku tetap tinggal disini ? Aku memang cinta tapi aku tidak bodoh" Aku menunjuk kasar dadanya lalu menarik koper ku melewatinya.

"Juli ! Aku membutuhkan mu, Adik mu juga ! Kami sangat menyesal, tolong jangan pergi !" Dia masih saja menahan ku, aku menghempas kasar tangannya dari ku.

"Kalian berdua.. " aku menghela nafas ku berat lalu menarik sudut bibir ku mencoba tersenyum.
" .. sekarang aku akan mengucapkan selamat untuk pernikahan kalian dan selamat untuk kelahiran anak kalian, karena aku tidak akan datang untuk memberi kalian selamat.. "

Aku menatap pria sialan ini.
"Selamat sudah berjalan di jalan yang benar, aku tidak menyalahkan mu tapi ku harap kamu tidak melukainya dengan berkencan bersama pria atau wanita lain dan untuk mu dek.. "

Aku menatap adik ku, aku tau dia merasa sangat takut dan bersalah sekarang.
" ..terima kasih sudah menjadi adik ku selama 17 tahun ini, kamu sudah dewasa dan mampu memilih jalan mu sendiri tanpa bantuan ku, selamat tinggal"

Setelah berkata seperti itu, aku melangkah keluar dari rumah penuh kenangan dan luka, aku tidak akan pernah kembali lagi ke tempat itu.

Aku melangkah tak tentu arah dan tak tau harus kemana, sampai ku lihat seorang pria duduk di depan mini market, dia tengah menikmati kopi hangat dan rokoknya.

Langkah kaki ku berhenti di hadapannya, dia menatap ku bingung.
"Apa kita saling mengenal ?" Tanyanya.

"Belum, tapi apa kamu mau mengenal ku ? Malam ini aku tidak punya tujuan dan tidak punya tempat tinggal, kamu mau menampung kucing jalanan ini ?"

Dia melihat ku dari ujung sepatu hingga rambut.
"Mobil ku di sebelah sana, kamu mau ikut ke apartemen ku ?"

"Ya, bawa aku" malam itu aku tidak berpikir lagi tentang siapa dan apa pekerjaan orang ini.

Entah dia akan membunuh ku atau menjual organ ku bahkan menjadikan ku pelac*r, aku tidak perduli.

Pikiran ku kosong, aku tidak tau harus menjalani hidup seperti apa setelah ini.

Aku hidup tapi terasa mati.

.
.

Bersambung ...

.
.

Up setelah My Daddy Tamat ❤️❤️

One More Time (Tamat 21+)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora