🍁I : Tugas Prakerin (b)🍁

Zacznij od początku
                                    

"Nama, kah ...," kataku sembari memikirkannya. Hmm, apa, ya?

"Gimana kalau," laki-laki yang tingginya rata-rata menunjuk padaku, "dia 'Uta', dan Robotnya 'Maza'? itu huruf yang sesuai sama nama angka mereka."

Putri ras Api menoleh pada kami berdua. "Uta dan Maza, ya? Kalian keberatan dengan nama itu?"

"Uta." Mulutku terasa ringan mengucapkannya dan aku langsung menyukai sebutan itu. "Baiklah. Teman-teman, mulai sekarang namaku adalah Uta," senyumku.

"Maza juga bukan panggilan yang buruk," lanjut Sigma, ikut mengulas senyum.

"Aku tidak mau dipanggil Tuan Putri terus, jadi panggil aku Amara, ya?" ujar putri ras Api.

Aku mengangguk mantap. " Amara."

"Aku Radit," ucap laki-laki yang tadi memberikan kami nama.

Aku mengangguk lagi. "Radit."'

Perempuan yang tubuhnya menyala berkata dengan nada yang tidak terkesan senang, "Athyana."

"Aku Saga," ujar laki-laki tinggi kedua.

"Aku Rav dan ini Han," kata laki-laki paling tinggi yang diangguki perempuan bersurai putih di sebelahnya.

Laki-laki pendek bersuara, "aku Lofi. Aku, Rav dan Amara lebih tua dari kalian, sementara Radit, Athyana, Saga dan Han masih enam belas tahun. Sekedar untuk informasi."

"Lofi, jangan paksa dia buat panggil kamu 'abang'," ujar Athyana.

"Apa, sih?" lontar Lofi, anehnya ditanggapi dengan tawa dari perempuan itu.

"Amara, Radit, Athyana, Saga, Rav, Han dan Lofi. Salam kenal," kataku selagi kembali menyatukan telapak tangan di bawah dagu.

 Kini mereka tampak ramah dengan raut yang tidak tegang seperti tadi. Baguslah, aku pikir mereka tidak terima tentang kedatanganku dan Maza untuk prakerin di planet di sini. Kalau iya, aku mesti pindah wilayah dan itu membuatku keberatan. Aku sudah tertarik dengan tempat ini sejak sampai tadi.

"Uta sudah makan?" tanya Amara.

Aku menggeleng dan mulai was-was. Ini dia momen yang sulit untuk kubayangkan. Menyantap makanan planet lain.

"Kalau begitu, kita makan bareng-bareng di sini. Aku yang traktir. Fi, anterin aku ke toko-tokonya, yuk."

Lofi tersenyum lebar sambil menaruh tangan di dada kanan. "Dengan senang hati, Yang Mulia."

"Hentikan, ih."

Saga, Rav dan Han sedang mengusulkan makanan apa yang akan dibeli oleh Amara dan Lofi, sementara Athyana menatap kami dengan mata menyelidik.

Aku pun bertanya, "kenapa, Athyana?"

Dia tercenung sejenak, lalu maniknya bergeser ke arah lain sambil bilang, "enggak."

Sigma menimpali, "kami tidak akan berbuat jahat di sini, jadi tidak perlu merasa waspada."

Perempuan itu langsung bangun dari duduk, lalu berkata dengan penuh penekanan. "Mana mungkin."

Athyana pun pergi ke ruangan terpisah.

Radit yang melihat sikap Athyana tertawa pada kami. "Maaf, ya. Sebenarnya ... kami sedang mengalami masa-masa sulit, jadi kedatangan kalian cukup ... menyulitkan."

"Masa-masa sulit? Apa sesuatu yang buruk sedang terjadi di planet ini?" tanyaku.

"Lebih tepatnya, sesuatu yang buruk sudah terjadi pada banyak orang, tapi berdampak cukup besar pada Kakakku." Radit menatap pintu ruangan tempat Athyana sekarang. "Sebelum datang, kalian sudah tau sesuatu, kan, tentang tempat ini?" tanyanya.

Forestesia | Pribumi dan Penjajah [✓]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz