"Bisa. Namun siap-siap aja nanti otakmu penuh sama memori masa lalu," jawab diriku dari dunia lain.

"Memori?"

Dia mengiyakan ucapanku. "Aku heran pada diriku yang entah kenapa sedikit to*** ini." Taufan kw merotasikan bola matanya lelah.

"Intinya, dulu ayah pernah melakukan beberapa operasi ilegal pada kita. Itu penyebab kita lupa ingatan."

Ah, begitu. Ternyata itu sebabnya aku tidak bisa mengingat masa kecilku yang suram.

"Oke, satu pertanyaan-" Ucapanku disela olehnya.

"Mau bertanya siapa ayah kita?"

Aku terperangah sekali lagi. Terkejut kenapa dia bisa membaca apa yang kupikirkan.

"Iya." 

Dia memasang muka geram. "Si bajingan itu tidak baik. Kalau kau bertemu dengannya segeralah menghindar."

Kemudian tubuh dari Taufan kw bersinar, aku panik menarik tangannya agar jangan pergi. Masih banyak pertanyaan yang ingin kuajukan!

Dia tersenyum lebar. "Waktuku udah habis. Ingatlah baik-baik bahwa ibu mati dibunuh oleh ayah, sama seperti kejadian yang kau anggap drama tadi." Semakin lama semakin samar suaranya, semakin buram sosoknya.

Mataku kian menutup akibat kantuk sialan yang datang mendadak.

"Jangan ulangi kesalahanku! Kalian berempatlah penyebab mereka rela mengulang waktu."

Taufan Pov End

"Kau yakin upaya bodohmu ini akan berhasil?"

"Diam dan lihat saja. Berhenti menanyakan hal itu, kau sudah bertanya lebih dari 30 kali, Hali."

"Kau menyuruhku diam? Taufan bahkan belum sadar sampai saat ini!"

"Ck-"

"Sudahlah kalian berdua, sampai kapan akan berperang?" Ice menggurut keningnya pening. Dari kemarin sampai siang ini masih saja bertengkar. Tak adakah jeda waktu istirahat?

"Haish...." Gempa menghela napas, ia tidak peduli. Gempa lebih rela menunggu Taufan sadar daripada mendengar gonggongan hewan yang useless.

Tapi mendadak perut Thorn berbunyi. Semua melirik si polos imut yang kini berusaha meredam panggilan lapar tersebut.

Thorn menggembungkan pipi. Perutnya berbunyi di saat yang tidak tepat. Sepertinya ia harus mengonsumsi sesuatu. Thorn mengorek-orek tas ranselnya sambil bergumam, "Kira-kira ada mie instan tidak, ya?"

Blaze menggendong 8 bungkus mie instan yang ia ambil dari tas. "Ini aja Thorn," katanya lesu.

"Rela tidak nih?" Thorn bertanya memastikan. Blaze kadang orangnya pelit.

"Iya, ayo cepat kita masak!~ aku lapar."

Thorn mengiyakan, mulai membuka bungkus mie instan. Niatnya makan, tapi malah salfok ke angka-angka aneh yang tertera di bungkus bumbunya.

0185019 93719471 29462957
91747193 916566666295 291740
195729471 472917480244 382801

Anggap saja Thorn berusaha membaca pesan aneh itu. Matanya menyipit kemudian menyerah karena ternyata ia tidak mengerti sama sekali. "Solar, kayaknya ini ada sandi pesan."

Solar menghampiri mereka sembari menaikkan sebelah alis. Dalam dua detik saja Solar sudah dapat mengartikan semua angka itu. Matanya mengedip tajam.

"Sialan! Rupanya dia mengutus Fang untuk menyerang kita!" Solar mengambil bungkusan lain untuk mengartikan sandinya.

The TimeTravel [✔]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz