Cherry Blossom

235 27 0
                                    

Langkahku tergesa-gesa menuju tempat berkumpul yang sudah kami janjikan. Deru napas tak beraturan dan rambut yang mulai berantakan sudah tak kupedulikan lagi. Padahal ini adalah hari penting, kakak senior sekolahku dulu sudah menunggu, aku tak bisa berlama-lama lagi.

Aku berlari memasuki taman, kelopak bunga sakura sudah berserakan di jalanan, ini adalah awal dari musim semi, semua orang sudah bersukacita menanti bunga pembuka musim ini. Manikku melirik ke segala arah, sejujurnya sudah agak lupa dengan rupa mantan kakak kelasku dulu.

"Ah itu dia!" Ucapku kegirangan, penantian selama tiga tahun terbayar, aku sangat mengaguminya semasa sekolah dulu.

"Kak Mai!" Panggilku, aku berjalan mendekatinya tapi dia malah menoleh ke arah lain.

"Kak Mai!" Panggilku lagi, namun tetap saja dia tak mau menoleh. Kalau dilihat-lihat sekarang rambutnya panjang, bahkan sekarang dia juga memakai kacamata. Aku tidak pernah tahu kalau dia rabun sebelumnya.

"Siang Kak Mai" Ku tepuk pelan bahunya dan akhirnya wanita ini menoleh ke arahku, tapi setelah diperhatikan lagi ... Orang ini bukan Kak Mai.

"M-maaf aku salah orang" Ucapku malu.

Dia menatapku heran, sepertinya dia sedang bermain ponsel makanya tak begitu menggubris panggilan ku. Auranya lebih tajam, wajahnya lebih tegas dan tatapan matanya sangat berbeda dengan Kak Mai.

"Tidak apa" Balasnya ramah. Aku hanya membalas dengan senyuman kikuk, malu sekali.

Rasanya mau menghilang saja!

Begitulah yang kupikirkan saat ini, aku menghela napas gusar, mengacak rambut sembari menggerutu kecil. Sudah terlambat salah orang pula, benar-benar hari yang kacau.

"Kau sendirian?" Tiba-tiba orang itu mengajakku bicara.

"Begitulah, aku sedang menunggu teman hehe"

"Oh begitu"

"Kau sangat mirip dengannya, jadi aku kira ..." Dia terkekeh kecil, lalu menatapku lagi.

"Dia pacarmu?"

"T-tidak! Kami cuma teman, dia kakak seniorku semasa sekolah dulu" Sanggahku. Tunggu, kenapa aku harus memberitahu hal ini pada orang asing?

Aku menunduk kikuk, bodohnya aku, kenapa jadi salah tingkah di depan orang yang sudah membuatmu malu.

Kalau dilihat-lihat mereka memang mirip tapi sangat berbeda. Wajahnya bak pinang dibelah dua. Hanya saja cara berpakaian dan nada bicara mereka terasa sangat berbeda, orang ini lebih dingin, tegas dan berwibawa, sedangkan Kak Mai itu centil, pemarah tapi sangat anggun.

Aku yakin dia akan teriak kalau tahu aku terlambat datang.

"Ughh"

"Kenapa, kau sakit?" Tanyanya.

"Tidak, aku cuma memikirkan hal tidak penting" Aku sangat lelah, padahal cuaca masih dingin tapi keringat ini membuatku semakin kesal saja.

"Ini" Sebuah sapu berwarna biru gelap tangan diberikan padaku.

"Tidak perlu repot" Ujarku menolak secara halus, apa dia baru saja memberikan perhatian padaku?

"Kau lebih berkeringat dari atlet renang"

"Bagaimana cara melihat keringat atlet renang?" Perkataannya terdengar aneh, apa dia berusaha bercanda?

"Mana ku tau" Sambungnya.

Ketimbang beradu argumen kuambil sapu tangan itu, lalu memakainya. Harum, bau ini sangat nyaman di indra penciuman ku, padahal biasanya aku sangat sulit menentukan parfum lantaran terlalu sensitif dengan bebauan.

"Baiklah, sampai nanti. Aku harus pergi" Belum sempat mengucapkan terima kasih dia sudah meninggalkanku sendirian. Surai terikat dan kacamata ungu yang berkesan. Belum lagi sikap ramah dan lembutnya, mimpi apa dia tadi malam.

"Nobara!"

Ah ini dia, suara ini aku sangat mengenalnya. Aku berbalik dan mendapati Kak Mai berlari kecil mendekatiku.

"Kenapa lama sekali? Kau baik-baik saja kan?"

"Maaf, tadi ada kejadian kecil. Aku tidak sengaja salah menyapa orang" Jawabku jujur, dia hanya menghela napas lalu melipat tangan di dada.

"Ada-ada saja, ayo kita ke cafe" Aku mengangguk cepat, mengikuti Kak Mai, hari indah ini akan kami habiskan bersama. Kak Mai bercerita tentang kehidupannya sebagai model, jika aku sudah lulus kuliah nanti aku juga ingin menjadi model seperti Kak Mai.

Tak terasa siang telah berganti malam, Kak Mai mengajakku mengunjungi rumahnya malam ini, sekedar makan malam dan menyapa keluarga Kak Mai bukan hal buruk pikir ku.

"Oh iya, bagaimana dengan orang itu?" Alisku bertaut bingung, kami hampir sampai ke rumahnya dan dia tiba-tiba menanyakan hal membingungkan.

"Siapa?"

"Orang yang kau kira itu aku"

"Dia tidak marah, wajahnya sangat tegas saat menatapku tapi ternyata dia orang yang baik dan perhatian" Entah kenapa pipiku terasa panas kalau mengingat kebaikan orang itu, padahal cuma sebatas memberi sapu tangan.

"Bahkan dia meminjamkan ku ini" Ku ambil sapu tangan yang ia beri tadi, raut wajah Kak Mai terlihat kaget, tak lama ia tersenyum bahagia.

"Kenapa?" Tanyaku heran.

"Tidak apa, lanjutkan saja ceritamu di dalam, kita sudah sampai"

Aku masuk ke rumah Kak Mai, sangat berbeda dari rumah kebanyakan, walaupun jaman sudah maju tapi mereka tetap menonjolkan unsur tradisional yang kental pada kediaman mereka.

Kami berjalan menuju ruang tamu, koridor yang begitu panjang, rumah ini memang bukan rumah orang biasa...

"Jadi apa kau menyukai orang yang baru kau temui tadi siang?" Sepanjang perjalanan Kak Mai terlihat sangat tertarik dengan pertemuan singkat ku.

"Aku tidak tau, bahkan kami tidak sempat berkenalan... " Aku menunduk, agak sedih mengingat kejadian tadi. Langkahku terhenti, kenapa aku jadi kecewa begini?

"Aku bahkan belum berterima kasih padanya" Ujarku pelan. Ah, aku benci ini, kenapa aku menaruh ekspektasi tinggi pada orang asing.

"Kalau begitu kita berkenalan sekarang, maaf atas ketidaknyamanannya" Tunggu, suara ini.

Aku langsung mendongak, mendapati sosok yang kutemui tadi siang. Wajahnya, mata tajam dan tubuh atletis yang ia pampang membuatku malu.

"Bagaimana bisa kau ada di sini???" Tanyaku kebingungan.

"Kau tidak tau ya?" Ucapnya padaku.

"Arghh sebenarnya aku malas mengakui, tapi ..." Kak Mai mendekati wanita itu, jujur saja tubuh bagus, tank top hitam dan celana hitam itu sangat cocok untuknya.

"Dia ini kembaranku"

"Yo, aku Zenin Maki" Mataku terbelalak tak percaya. Jadi orang yang kutemui tadi adalah...

"Kita bertemu lagi Nona cantik" Dia mengulurkan lengannya padaku.

Arghh! Sialan. Aku sangat malu, sampai-sampai ingin lenyap dari dunia ini.

"Kugisaki Nobara" Ucapku sembari menguatkan diri sendiri, kubalas jabatan tangannya dengan baik. Dia mendekat ke arahku, tak lama bibirnya berhenti tepat di sebelah telingaku.

"Lain kali jangan salah lagi ya cantik"

Sial, bagaimana bisa aku terpikat dengan orang menyebalkan seperti ini!

*
*
Cherry Blossom End

MakiNoba CollectionWhere stories live. Discover now